Sukses

Alonso, Jangkar Keseimbangan Real Madrid

Babak baru Real Madrid dimulai. Ancelotti bakal menerapkan formasi 4-3-3 dimana gelandang Xabi Alonso dijadikan jangkar keseimbangan tim.

Berbulan-bulan pelatih baru Real Madrid Carlo Ancelotti mencari formula untuk mencari keseimbangan tim di lini tengah. Dalam 16 pertandingan yang telah dilalui Los Blancos, tercatat 10 kali Ancelotti memainkan komposisi gelandang yang berbeda. Hasilnya? Ancelotti tetap manyun alias kecewa.

Kini, seperti yang dilansir AS, tampaknya Ancelotti pantas semringah. Sebabnya, mantan pelatih AC Milan dan Juventus ini diklaim telah menemukan formula yang dinilainya pas guna menjadikan Madrid sebagai tim yang seimbang dalam menyerang dan bertahan. Kunci formula tersebut terdapat dalam diri gelandang senior Xabi Alonso.

Pemain berusia 31 tahun yang sempat dibuang ke Liverpool tersebut baru sembuh dari cedera lutut yang dialaminya sejak akhir musim lalu. Keberadaan Alonso yang dinilai Ancelotti sebagai “profesor” itu sangat vital artinya dalam menjaga keseimbangan permainan tim yang akan menerapkan formasi 4-3-3.

Dalam formasi tersebut, Ancelotti bakal menempatkan Alonso sebagai jenderal tengah diapit dua gelandang lainnya: Sami Khedira dan Luka Modric. Formasi Khedira-Alonso-Modric hanya akan berubah jika Ancelotti memainkan bintang muda Spanyol Isco untuk menggantikan Modric.

Dalam wawancaranya dengan Onda Cero, Ancelotti memberikan indikasi kuat jika bintang muda Madrid lainnya, Asier Illarramendi, mustahil untuk dimainkan dalam formasi 4-3-3. “Itu hanya akan terjadi jika kami memainkan dua gelandang bertahan. Sulit bagi Illarra untuk bermain dalam formasi tiga pemain tengah. Didukung dengan karakter Bale dan Ronaldo, maka saya pikir formasi 4-3-3 adalah opsi terbaik guna membuat tim memiliki kendali dalam penguasaan bola,” terang Carletto.

Lebih jauh, catatan statistik menunjukkan jika pilihan Ancelotti untuk menjadikan Alonso sebagai jangkar lini tengah dan keseimbangan tim adalah benar adanya. Selain mumpuni dalam menyodorkan umpan, Alonso pun piawai dalam menahan bola dan cakap menerapkan taktik serta strategi permainan.

Contohnya, apa yang terjadi ketika Madrid menang tipis 3-2 di kandang Rayo Vallecano. Selama dua babak, Ancelotti memainkan secara bergantian Alonso dan Illarramendi. Hasilnya, di babak pertama saat Alonso bermain, Madrid kehilangan turnover sebanyak 50 kali, namun menguasai 54 persen penguasaan bola.

Di babak kedua, ketika Illarramendi diturunkan, turnover Madrid melonjak mencapai 65 kali. Bahkan, penguasaan bola menurun sampai 42 persen. Dalam jumlah passing dan operan yang komplet, Alonso tetap unggul, 27 kali menyodorkan passing (24 kali komplet) dibanding Illarramendi yang hanya melontarkan 19 passing, 13 di antaranya komplet. Thus, di babak pertama, Sociedad hanya mampu melancarkan 6 kali tembakan, berbanding jauh dengan 14 kali di babak kedua.(*)