Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akan menghadapi Joachim Fische Nielsen/Christinna Pedersen asal Denmark di final ganda campuran China Open Super Series Premier 2013 di Shanghai, Minggu (17/11/2013). Laga ini merupakan pertemuan dua ganda campuran kelas dunia.
Meski dalam tiga pertemuan terakhir selalu kalah, Tontowi/Liliyana justru mengaku amat menanti-nanti kesempatan bertemu dengan pasangan rangking empat dunia itu. "Kami penasaran mau bertemu Nielsen/Pedersen. Soalnya sudah lama kami tidak bertemu mereka. Dari awal juga berharap bertemu mereka," kata Liliyana kepada Badminton Indonesia, Sabtu (16/11/2013).
"Menonton video pertandingan lawan, itu sudah pasti, supaya kami punya modal untuk melawan mereka. Apalagi, sudah lama tidak bertemu," tambah pemain yang biasa disapa Butet ini. "Peluang pasti ada, sebagai pemain, kita harus percaya diri mau melawan siapa pun."
Empat kali bertemu, Tontowi/Liliyana tercatat baru satu kali menundukkan Nielsen/Pedersen pada pertemuan pertama di BWF World Championships 2011. Pada perebutan medali perunggu Olimpiade London 2012, Korea Open Super Series Premier 2013, dan Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013, Tontowi/Liliyana belum mampu menghadang lawannya tersebut.
"Di beberapa pertemuan terakhir, Tontowi/Liliyana kalah dari Nielsen/Pedersen. Namun, kali ini kami optimistis Tontowi/Liliyana bisa membalas kekalahan dan juara," ucap Nova Widianto, Asisten Pelatih Ganda Campuran PBSI.
"Pasangan China sebetulnya lebih kuat, tapi ada pola permainan pasangan Denmark yang tidak disukai Tontowi/Liliyana. Mungkin karena salah satunya adalah pemain kidal. Nielsen memang lebih dominan ketimbang Pedersen," jelas Nova.
Kedua pasangan juga merupakan satu-satunya harapan masing-masing negara. Indonesia hanya menempatkan Tontowi/Liliyana di partai final. Begitu pun Denmark yang tinggal berharap pada Nielsen/Pedersen untuk membawa pulang gelar.(Bog)
Meski dalam tiga pertemuan terakhir selalu kalah, Tontowi/Liliyana justru mengaku amat menanti-nanti kesempatan bertemu dengan pasangan rangking empat dunia itu. "Kami penasaran mau bertemu Nielsen/Pedersen. Soalnya sudah lama kami tidak bertemu mereka. Dari awal juga berharap bertemu mereka," kata Liliyana kepada Badminton Indonesia, Sabtu (16/11/2013).
"Menonton video pertandingan lawan, itu sudah pasti, supaya kami punya modal untuk melawan mereka. Apalagi, sudah lama tidak bertemu," tambah pemain yang biasa disapa Butet ini. "Peluang pasti ada, sebagai pemain, kita harus percaya diri mau melawan siapa pun."
Empat kali bertemu, Tontowi/Liliyana tercatat baru satu kali menundukkan Nielsen/Pedersen pada pertemuan pertama di BWF World Championships 2011. Pada perebutan medali perunggu Olimpiade London 2012, Korea Open Super Series Premier 2013, dan Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013, Tontowi/Liliyana belum mampu menghadang lawannya tersebut.
"Di beberapa pertemuan terakhir, Tontowi/Liliyana kalah dari Nielsen/Pedersen. Namun, kali ini kami optimistis Tontowi/Liliyana bisa membalas kekalahan dan juara," ucap Nova Widianto, Asisten Pelatih Ganda Campuran PBSI.
"Pasangan China sebetulnya lebih kuat, tapi ada pola permainan pasangan Denmark yang tidak disukai Tontowi/Liliyana. Mungkin karena salah satunya adalah pemain kidal. Nielsen memang lebih dominan ketimbang Pedersen," jelas Nova.
Kedua pasangan juga merupakan satu-satunya harapan masing-masing negara. Indonesia hanya menempatkan Tontowi/Liliyana di partai final. Begitu pun Denmark yang tinggal berharap pada Nielsen/Pedersen untuk membawa pulang gelar.(Bog)