Piala Dunia 2022 memang masih sembilan tahun lagi, namun FIFA bersama panitia lokal di Qatar telah mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk kelancaran turnamen sepakbola terbesar di dunia ini.
Akan tetapi, Piala Dunia 2022 berhadapan dengan sejumlah permasalahan. Piala Dunia 2022 mustahil dapat dilangsungkan saat musim panas, pada Juni dan Juli. Sebab temperatur udara yang terlalu panas akan membuat pemain bahkan penonton akan cepat dehidrasi.
Opsi untuk melangsungkan Piala Dunia di akhir tahun 2022 pun dianggap jadi solusi. Sialnya, belum beres masalah tersebut, FIFA kembali dihadapkan dengan masalah yang lain. FIFA mendapat laporan apabila sub-kontraktor yang membangun sarana Piala Dunia 2014 tidak memperlakukan para pekerjanya secara manusiawi.
Banyak pekerja yang hidup tidak layak, dan bahkan tidak mendapatkan gaji. Lebih parah lagi, para pekerja diperlakukan bak tawanan karena dilarang untuk meninggalkan Qatar dengan cara menyita passport para pekerjanya.
Kabar ini ternyata telah sampai ke Badan Amnesti Internasional (AI). AI yang memperjuangkan hak asasi manusia seluruh dunia pun meminta untuk membuka dialog dengan FIFA. Laporan tentang kasus pekerja di Qatar telah masuk ke dalam laporan AI yang berjudul "The Dark Side of Migration: Spotlight on Qatar's construction sector ahead of the World Cup".
Laporan ini berisi tentang kondisi pekerja yang dikabarkan hidup tanpa air bersih, sanitasi yang buruk, terancam deportasi, dan kehilangan pendapatannya. Bahkan ada laporan apabuila ada pekerja yang telah melakukan bunuh diri.
"Hal seperti itu terjadi di salah satu negara terkaya di dunia, maka itu tidak dapat dimaafkan. Banyak pekerja migran yang diekploitasi, kehilangan pendapatannya, dan harus bekerja keras agar tetap hidup," ujar Sekretaris Jenderal AI, Salil Shetty, seperti yang dikutip dari ESPN, Senin (18/11/2013).
"Kami mendapat laporan jika ekspliotasi kepada pekerja konstruksi di Qatar tengah sangat parah. FIFA memiliki tugas untuk memberi pesan kepada publik dengan melaporkan apabila tindakan itu tidak dapat ditoleril," Shetty menjelaskan.
"Banyak migran yang datang ke Qatar dengan penuh harapan, dan harapan itu hancur seketika mereka tiba di sana. Tidak ada waktu untuk menunda-nunda, pihak yang bertanggung jawab harus segera beraksi dan mengakhiri pelanggaran ini," tegas pria berkebangsaan India tersebut.
"Kontraktor dan pihak yang bersangkuatan di Qatar gagal melindungi pekerja imigran. Pengusaha di Qatar telah gagal menunjukan kegagalannya dalam hal hak asasi para pekerja migran," imbuh Shetty.
Presiden FIFA, Sepp Blatter, telah memberikan tanggapannya menyoal pekerja yang tewas. Blatter dengan tegas menolak bertanggung jawab atas insiden itu. Namun, FIFA akan berusaha untuk mencari solusi dengan insiden yang mungkin terburuk dalam sejarah Piala Dunia.(Ary)
Badan Amnesti Internasional Kecam FIFA Soal PD 2022
Kontraktor Piala Dunia 2022 di Qatar dianggap tidak manusiawi. FIFA pun harus berhadapan dengan Badan Amnesti Internasional.
Advertisement