Bintang sepakbola bertaburan di seluruh muka bumi ini. Target rata-rata pemain bintang tersebut yaitu ingin tampil di Piala Dunia sekaligus tentunya membawa negara masing-masing menjadi juara. Tampil di Piala Dunia adalah obsesi sekaligus kebanggaan yang harus direbut lewat perjuangan berat.
Tentu, tak semua bintang beruntun bisa tampil di Piala Dunia. Tak didukung tim yang kuat, pemain bintang pun tak bisa berbuat apa-apa. Sepakbola adalah permainan tim sehingga sehebat apa pun seorang pemain tak bisa menentukan hasil akhir.
Berikut ini enam bintang sepakbola dunia yang tak beruntung karena tidak berkesempatan untuk mengenyam Piala Dunia sampai akhir karier mereka. Ryan Giggs, bintang asal Wales meski masih main sampai sekarang, tapi peluangnya untuk masuk Piala Dunia boleh dibilang tertutup. Ini rinciannya seperti dirangkum dari berbagai sumber:
Tentu, tak semua bintang beruntun bisa tampil di Piala Dunia. Tak didukung tim yang kuat, pemain bintang pun tak bisa berbuat apa-apa. Sepakbola adalah permainan tim sehingga sehebat apa pun seorang pemain tak bisa menentukan hasil akhir.
Berikut ini enam bintang sepakbola dunia yang tak beruntung karena tidak berkesempatan untuk mengenyam Piala Dunia sampai akhir karier mereka. Ryan Giggs, bintang asal Wales meski masih main sampai sekarang, tapi peluangnya untuk masuk Piala Dunia boleh dibilang tertutup. Ini rinciannya seperti dirangkum dari berbagai sumber:
2 dari 7 halaman
1. Alfredo Di Stefano (Argentina, Kolumbia, Spanyol)
Seorang Pele memuji sosok Di Stefano yang disebutnya pemain terhebat dalam sejarah sepakbola. Dialah pemain kunci Madrid sehingga mendominasi Eropa pada era 1950-an. Dia terkenal karena ketajaman, taktis, stamina bagus dan gol lewat tendangan keras.
Dengan reputasi itu, Di Stefano ternyata tak pernah main di Piala Dunia. Padahal, dia tiga kali berpindah kewarganegaraan yaitu Argentina, Kolombia dan Spanyol. Pada Piala Dunia 1950, Argentina tak mengirimkan tim karena sedang berseteru dengan Brasil. Di Stefano saat itu berusia 24 tahun.
Pada Piala Dunia 1954, Di Stefano jadi pemain tak sah karena pernah membela Timnas Argentina dan Kolombia. Menjelang Piala Dunia 1958, dia resmi menjadi warga negara Spanyol. Dia membela Spanyol di kualifikasi. Sayang, dia mengalami cedera jelang Piala Dunia dimulai. Sejak itu, Di Stefano tak bisa lagi membela timnas.
Advertisement
3 dari 7 halaman
2. George Best (Irlandia Utara)
George Best adalah pemain legenda bagi Manchester United. Dia salah satu pemain yang berhasil menggondol gelar Piala Champions di musim 1968 bersama Denis Law dan Bobby Charlton. MU saat itu menjadi klub Inggris pertama yang berjaya di Eropa. Dia pun berhasil menjadi pemain terbaik di Eropa tahun itu.
Pemain bola yang terkenal flamboyan ini sangat lihai menggunakan kedua kakinya, akselerasi, kecepatan, drible dan menerobos pertahanan seorang diri. Berjaya di MU, tapi Best tak bisa membawa negaranya Irlandia Utara tampil di Piala Dunia. Kebiasaannya dalam menenggak alkohol juga cukup mengganggu.
Penampilan apik Best dengan Irlandia Utara salah satunya pada kualifikasi Piala Dunia 1978 melawan Belanda. Best melewati tiga pemain Belanda termasuk Johan Cruyff, pemain terbaik dunia saat itu.
4 dari 7 halaman
3. Benrd Schuster (Jerman)
Pemain yang kini menjadi pelatih Malaga ini termasuk salah satu pemain berbakat di Jerman. Dia meraih banyak penghargaan semasa memperkuat Barcelona dan Madrid. Karier cemerlang di klub membawanya masuk timnas Jerman.
Dia termasuk salah satu pemain yang berjasa membawa Jerman memenangi gelar Piala Eropa pada 1980. Tapi setelah itu, karier Schuster di timnas Jerman berakhir dengan cara yang aneh, bahkan boleh dibilang tak lazim. Salah satunya akibat kesulitan komunikasi.
Schuster tak dipanggil lagi ke timnas karena tak ikut pesta perayaan kemenangan Jerman atas Brazil di sebuah laga uji coba. Dia saat itu beralasan tak bisa ikut pesta karena harus bangun pagi. Schuster pun didepak dari timnas gara-gara itu. Schuster mencoba untuk berbicara dengan Udo Lattek, pelatih Jerman saat itu, lewat sambungan telepon. Tapi operator mengacaukan sambungan teleponnya.
Advertisement
5 dari 7 halaman
4. George Weah (Liberia)
George Weah bisa disebut salah satu pemain terhebat dari Afrika. Bagaimana tidak, dia menjadi pemain satu-satunya yang berhasil menyabet trofi Ballon d'Or pada 1995. Sampai saat ini, belum ada pemain Afrika yang mampu melakukan hal yang sama.
Weah menorehkan sukses bersama Monaco, PSG, Milan and Chelsea. Sayang sukses di klub tak membawanya juga sukses di timnas Liberia. Bahkan, karena negaranya miskin, Weah menggunakan uangnya sendiri untuk fasilitas latihan timnas dan transportasi.
6 dari 7 halaman
5. Eric Cantona (Prancis)
Pemain berkarisma ini salah satu pembelian jitu Sir Alex Ferguson. Dia menjadi kunci kebangkitan Manchester United di era 1990-an. Ini berkat skill tinggi dan juga kepemimpinannya di lapangan. Meski Cantona punya sisi buruk yaitu temperamental.
Cantona main di timnas Prancis pada 1987 saat masih dilatih Henri Michael. Dia pun lakoni debut melawan Jerman Barat. Sayang, Cantona memiliki hubungan buruk dengan Henri sehingga ditendang dari timnas pada 1988.
Henri lalu digantikan Michael Platini pada 1990. Platini memanggil kembali Cantona. Sayang Platini diganti karena penampilan buruk di Piala Eropa 1992. Dia mundur dan diganti Gerrard Houllier. Houllier punya hubungan baik dengan Cantona sebelum akhirnya diganti Aime Jacquet gara-gara gagal lolos Piala Dunia 1994.
Cantona tak pernah mampu main di Piala Dunia utamanya setelah disanksi larangan bermain di Manchester United pada Januari 1995. Saat itu, Cantona disanksi karena sudah menyerang fan Crystal Palace. Cantona tak pernah lagi main di timnas.
Advertisement
7 dari 7 halaman
6. Ryan Giggs (Wales)
Pemain gaek yang masih tampil sampai sekarang untuk Manchester United. Kariernya di MU tak perlu ditanyakan lagi karena sederet trofi sudah berhasil dikoleksinya. Sayang, kesuksesan itu tak menular ke timnas. Magisnya tak bisa menular ke timnas Wales.
Kolektivitas Wales yang buruk secara tim membuat mereka selalu kalah bersaing di kualifikasi. Bahkan Giggs sempat disarankan pindah ke Inggris, tapi Giggs tak pernah mau melakukannya.
Pemain Wales lain yang `terancam` bernasib sama mungkin adalah Gareth Bale. Meski memiliki masa depan cerah, tapi timnas Wales belum juga bangkit. Apakah mungkin kutukan itu menular ke Bale? (Def)