Sukses

Prestasi dan Rasisme Warnai Perjalanan Karier Aragones

Dia menjadi pelatih tertua yang mampu mengantarkan Spanyol menjadi juara Piala Eropa 2008.

Pelatih kawakan Spanyol, Luis Aragones tutup usia, Sabtu 1 Februari 2014. Nama Aragones mulai mencuat seiring keberhasilan sang pelatih membawa Spanyol tampil sebagai juara Piala Eropa 2008 lalu.

Nama Aragones masuk dalam daftar sejarah sepakbola di Spanyol dan Eropa. Dia menjadi pelatih tertua yang mampu mengantarkan gelar bagi Spanyol di Piala Eropa 6 tahun silam. Saat membawa Tim Matador merengkuh kejayaan, Aragones berusia 69 tahun.

Aragones mulai aktif mengolah bola pada 1957. Dia memulai kiprahnya sebagai pemain di Getafe. Setelah Getafe, Aragones memperkuat Real Madrid. Bersama Los Galacticos, Aragones sempat dipinjamkan kes sejumlah klub hingga dibeli Oviedo. Karier Aragones mulai bersinar saat memperkuat Atletico Madrid periode 1964-1974. Aragones tampil di 372 laga mencetak 172 gol.

Bersama Atletico, Aragones  mempersembahkan tiga gelar La Liga musim 1966, 1970, dan 1973. Puas bermain, Aragones memutuskan menjadi pelatih. Atletico menjadi tim pertama yang ditanganinya. Mulai 1974 hingga 1980, Di tangan Aragones, Atletico menjadi tim yang disegani di Tanah Matador.

Selepas menangani tim berjuluk Los Cholchoneros itu, Aragones mulai mengembar ke sejumlah klub seperti Valencia, Sevilla, hingga Barcelona. Pada 1988, Aragones memberikan gelar Copa del Rey.

Meski bertabur prestasi, Aragones sempat tersangkut kasus rasisme pada 2004. Masalah bermula saat dia memberikan motivasi kepada Jose Antonio Reyes agar mampu mengalahkan rekan satu timnya di Arsenal, Thierry Henry dengan menyebut 'Negro de Mierda' (si hitam pembawa sial) dalam sebuah video dokumenter Timnas Spanyol.

Ucapan Aragones itu membuat dia dihukum UEFA dengan membayar denda sebesar 87 ribu pound (Rp 1,7 miliar). Jumlah tersebut sama dengan gaji per hari Aragones di Timnas Spanyol saat itu.

Pernyaatan berbau rasis Aragones langsung mengundang reaksi negatif. Namun Aragones dengan tenang menanggapi, tidak bermaksud melecehkan Henry. Bagi sang arsitek kata-kata itu hanya sekadar motivasi dan biasa dilontarkan kepada rekan-rekannya yang berkulit hitam. Dia merasa pernyataanya telah disalahartikan.

Tapi bagaimanapun, nama Aragones tetap dikenang di seluruh penjuru Spanyol karena dianggap sebagai peletak batu lompatan Spanyol untuk berjaya di kancah Eropa dan Dunia. "Dia orang yang paling mulia dari keberhasilan sepakbola kami di dunia," tulis pernyataan resmi Federasi sepakbola Spanyol, RFEF.

Pelatih Timnas Spanyol, Vicente del Bosque mengatakan, sebelumnya tidak pernah membayangkan, Aragones akan menghemnbuskan napas terakhirnya.

"Saya tahu dia memiliki masalah kesehatan. Namun saya tidak mengira dia akan pergir secepat itu. Sepakbola Spanyol kehilangan tokoh pentingnya. Dia salah satu kunci keberhasilan dalam sejarah olahraga negeri ini." (Rej)

Baca Juga:

[Full Time] Gol Alcacer Hancurkan Barcelona di Camp Nou
[Full Time] Paulinho Selamatkan Spurs dari Kekalahan
[Full Time] MU Takluk di Tangan Stoke
Monaco Tertahan di Markas Lorient
Gol Spektakuler Mirallas Menangkan Everton