Keinginan Persebaya Surabaya merekrut Stefano Lilipaly menemui jalan buntu. Pasalnya, gelandang naturalisasi itu meminta harga terlalu tinggi.
Pemain klub Eerste Divisie, Almere City, itu dikabarkan mengajukan nilai kontrak senilai Rp 1,6 miliar berdurasi 10 bulan. Sementara informasi di lapangan mengabarkan, kubu Persebaya hanya mampu menyanggupi Rp 1,3 miliar.
"Hingga kini masih belum ada kesepakatan dengannya (Lilipaly). Harganya masih belum cocok. Terlalu mahal," kata Direktur Olahraga Persebaya Dhimam Abror Djuraid seperti dikutip Goal Indonesia, Jumat (21/2/2014).
Pemain kelahiran Arnhem, 10 Januari 1990, ini memang dibutuhkan Persebaya untuk mempersolid lini tengah. Namun, banderol yang tinggi membuat manajemen Persebaya harus berpikir ulang untuk mendatangkannya. Ini mengingat mereka sudah membelanjakan dana sekitar Rp 22 miliar untuk mengontrak pemain di musim ini.
Dalam proses komunikasi dengan Lilipaly, pelatih Persebaya Rahmad Darmawan langsung turun tangan. Rahmad yang menghubungi dan bernegosiasi harga dengan sang pemain. Sayangnya, hingga kini belum ada kesepakatan antara Persebaya dan pemain 24 tahun tersebut.
"Soal alternatif pemain buruan, selain Lilipaly, kami serahkan sepenuhnya pada coach RD (Rahmad). Karena pelatih yang lebih tahu apa yang dibutuhkan tim daripada kami di jajaran manajemen," ucap Dhimam.
Keinginan mendatangkan Lilipaly lebih dikarenakan Persebaya membutuhkan sosok playmaker mumpuni yang bisa mengatur ritme permainan, baik sebagai pembagi bola maupun kreator serangan. Patrice Nzekou yang diplot di posisi ini ternyata masih belum bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya sesuai harapan.
Untuk itu, kata Abror, RD mengajukan alternatif kepada manajemen untuk mendatangkan Lilipaly dengan opsi meminjamkan antara Nzekou atau Agu Casmir ke klub lain. "Itu (dilakukan)agar neraca keuangan tim tetap stabil. Tapi kalau kondisinya seperti ini, manajemen pasti akan berpikir ulang," pungkasnya.(Bog)
Pemain klub Eerste Divisie, Almere City, itu dikabarkan mengajukan nilai kontrak senilai Rp 1,6 miliar berdurasi 10 bulan. Sementara informasi di lapangan mengabarkan, kubu Persebaya hanya mampu menyanggupi Rp 1,3 miliar.
"Hingga kini masih belum ada kesepakatan dengannya (Lilipaly). Harganya masih belum cocok. Terlalu mahal," kata Direktur Olahraga Persebaya Dhimam Abror Djuraid seperti dikutip Goal Indonesia, Jumat (21/2/2014).
Pemain kelahiran Arnhem, 10 Januari 1990, ini memang dibutuhkan Persebaya untuk mempersolid lini tengah. Namun, banderol yang tinggi membuat manajemen Persebaya harus berpikir ulang untuk mendatangkannya. Ini mengingat mereka sudah membelanjakan dana sekitar Rp 22 miliar untuk mengontrak pemain di musim ini.
Dalam proses komunikasi dengan Lilipaly, pelatih Persebaya Rahmad Darmawan langsung turun tangan. Rahmad yang menghubungi dan bernegosiasi harga dengan sang pemain. Sayangnya, hingga kini belum ada kesepakatan antara Persebaya dan pemain 24 tahun tersebut.
"Soal alternatif pemain buruan, selain Lilipaly, kami serahkan sepenuhnya pada coach RD (Rahmad). Karena pelatih yang lebih tahu apa yang dibutuhkan tim daripada kami di jajaran manajemen," ucap Dhimam.
Keinginan mendatangkan Lilipaly lebih dikarenakan Persebaya membutuhkan sosok playmaker mumpuni yang bisa mengatur ritme permainan, baik sebagai pembagi bola maupun kreator serangan. Patrice Nzekou yang diplot di posisi ini ternyata masih belum bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya sesuai harapan.
Untuk itu, kata Abror, RD mengajukan alternatif kepada manajemen untuk mendatangkan Lilipaly dengan opsi meminjamkan antara Nzekou atau Agu Casmir ke klub lain. "Itu (dilakukan)agar neraca keuangan tim tetap stabil. Tapi kalau kondisinya seperti ini, manajemen pasti akan berpikir ulang," pungkasnya.(Bog)