Liputan6.com, Jakarta Warga Lombok dilanda keresahan dan duka mendalam setelah diguncang gempa bumi berskala 6,4 SR pada Minggu (29/7/2018). Kekuatan gempa tersebut membuat ribuan rumah penduduk rata dengan tanah.
Tak sedikit warga yang terluka bahkan meninggal dunia karena kedahsyatan gempa. Dilansir dari Antara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB hingga Selasa (31/7) mencatat sebanyak 17 orang meninggal dunia dan 401 korban luka-luka.
Tak hanya sampai di sana, warga Lombok masih dibayangi ketakutan akan tingginya frekuensi gempa susulan. Hingga Rabu (1/8), BMKG sudah mencatat gempa susulan sebanyak 422 kali, di mana 44 gempa dirasakan guncangannya oleh warga.
Advertisement
Klaim Gempa Lombok Picu Megathrust
Di media sosial, warga dibuat resah akan isu gempa Lombok yang dikabarkan akan memicu aktifnya gempa megathrust di Selatan Jawa dan Selat Sunda.
Isu ini menyeruak setelah beredarnya video wawancara dengan Kabag Humas BMKG mengenai potensi terjadinya gempa Jakarta 8,7 SR yang kembali ramai pasca terjadinya gempa di Lombok.
Klarifikasi BMKG
— InaTEWS BMKG (@InaTEWS) August 2, 2018
Â
Menanggapi isu tersebut, akun Twitter Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS)Â mengeluarkan pengumuman dari BMKG yang menklarifikasi bahwa video yang viral tersebut adalah video mengenai gempa Jakarta 8,7 SR yang sudah lama diberitakan, yakni pada Januari 2018, dan tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok akhir Juli lalu.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pun angkat bicara. Dwikorita menegaskan bahwa isu gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa - Selat Sunda adalah hoaks.
"Itu hoaks, jangan percaya. Tidak benar kalau gempa Lombok akan memicu gempa megathrust Selatan Jawa. Video yang banyak beredar merupakan video lama dan tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok," ungkap Dwikorita di Jakarta, Kamis (2/8).
Advertisement
Aktivitas Gempa Berbeda
Â
Dwikorita menerangkan, aktivitas gempa Lombok berbeda dengan gempa megathrust. Gempa Lombok dibangkitkan oleh patahan aktif, sedangkan gempa megathrust dibangkitkan oleh aktivitas tumbukan lempeng di zona subduksi. Hingga saat ini, katanya, belum ada cara untuk memprediksi secara tepat kapan, di mana, dan berapa kekuatan yang akan terjadi.
"Potensi gempa kuat di zona megathrust selatan Jawa Barat - Selat Sunda seperti halnya zona Megathust Mentawai adalah hasil kajian yang siapapun tidak tau kapan terjadinya," tuturnya.
Dwikorita lalu mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mempercayai hoaks yang banyak beredar di media sosial.
"Pastikan informasi hanya diperoleh dari BMKG. Selain lewat website, masyarakat juga bisa memantau akun media sosial BMKG serta melalui aplikasi mobile yang bisa didownload di Apple Store dan Google Play Store," tambahnya.
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 53 media massa lainnya di seluruh dunia.
Kami juga bekerja sama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta@liputan6.com.