Sukses

[Cek Fakta] Anak Bisa Alami Gangguan Jiwa Jika Terlalu Banyak Ikut Les?

Karena terlalu banyak mengikuti les, seorang anak berusia 6 tahun diduga mengidap gangguan jiwa, benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Setiap orangtua tentu ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Salah satu usahanya ialah mengikutsertakan anak-anak mereka dalam berbagai kegiatan dan les.

Para orangtua berharap dengan mendaftarkan anak mereka les, sang anak akan menjadi lebih berprestasi dan sukses di masa depan.

Sayangnya, tak sedikit orangtua yang mengikutsertakan anaknya dalam terlalu banyak les, mengakibatkan waktu anak untuk bermain dan berkumpul bersama keluarga menjadi berkurang.

Klaim

Sedang ramai di media sosial, kisah seorang anak berusia 6 tahun yang karena terlalu banyak mengikuti les akhirnya mengalami gangguan jiwa dan harus dirawat di rumah sakit. Dari tangkapan layar yang beredar, kisah itu dibagikan oleh sebuah akun Facebook dengan nama Andi Teposs. Isinya adalah sebagai berikut:

"Hari ini saya berkunjung ke sebuah rumah sakit, membezuk anak teman saya yang sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama.

Anaknya adalah seorang anak perempuan yang manis, umurnya baru 6 tahunan. tak lupa saya membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan. Waktu saya datang dia langsung mengenali saya sebagai teman mamanya..

" bu siti ya" ( bukan nama sebenarnya) "iya " jawab saya, agak terharu karena dia mengenali saya

" Ayoo.. bu siti.. 42: 6 berapaa?"" Kalau do'a masuk kamar mandi?"

Kemudian dia menirukan gaya mengajar bu gurunya di kelas,Ada senam bersama, lalu dia menirukan gerakan senam versi dia kemudian menyanyikan lagu 5x5 =25, setelah itu dia melafalkan doa sebelum makan.

" bu siti ..ayo..buat kalimat.. saya pergi ke sekolah setelah itu pulangnya ke mall, bisa?"

- Lucu?? Pintar?? Cerdas??..mungkin itu juga yang ada di benak teman- teman saat mengikuti celoteh anak perempuan teman saya itu.

Namun selama saya hadir disitu sang bunda terus menerus menyeka air matanya.Ÿä.. saya turut prihatin dg penyakit yg sedang diderita oleh anaknya...

Penyakit apakah itu? Yang pasti bukan sembarang penyakit seperti anak anak biasa, bukan demam, bukan batuk, dan bukan pilek.

Jangan terkejut teman teman... karena saya berkunjung bukan di rumah sakit biasa, saya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa...

Ya... sebuah Rumah Sakit Jiwa di kawasan Jakarta Timur.

Minggu2 terakhir ini sang anak sangat suka menangis.

Kalau ditanya apa saja...jawabnya sering ngelantur, "7" "24 : 6 = 4...""how are you" , dan jawaban lain seperti huruf hijaiyah, kemudian menirukan gaya gurunya mengajar.

Menurut psikolog , anak ini terlalu di forsir..dia mengikuti les matematika & k**** yg target tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit, kemudian les bahasa inggris, terus PR sekolah, les mengaji dan lain-lain shg mengakibatkan anak terlalu jenuh.

Si anak hanya mau bercerita sama psikolognya,tetapi kalau ditanya oleh orang lain jawabannya angka-angka, bahasa inggris atau pelajaran mengaji.. "apa ini? huruf....hijaiyyah.." jadi dia menirukan gaya gurunya..dan jika bertemu orang yang memakai baju guru dia langsung tertekan.

Yg lebih mengharukan lagi, saat melihat sang bunda menangis, si anak cuma bilang.."bunda jangan nangis..aku kan pinter..tapi aku ga mau tidur sama bunda yaa..aku maunya sama dokter ganteng/cantik aja.."

Dia memang tinggal di kamar VIP... jadi memang ada dokter yg menemani sehari-hari...

Dan ternyata ada 5 anak kecil yg masuk rumah sakit jiwa itu.. tapi dia yg paling kecil...sisanya umur 12 tahunan.. karena broken home..

2 dari 3 halaman

Tanggapan Psikolog

Anak yang terlalu banyak ikut les memang dikhawatirkan akan terganggu kesehatan mentalnya karena terlalu dipacu untuk belajar. Namun, rupanya ikut banyak les tak langsung membuat anak menderita gangguan jiwa.

Efek buruk yang bisa dialami anak karena terlalu banyak ikut les berupa stres dan kelelahan.

Menurut Anna Surti Ariani, seorang psikolog anak dan keluarga, gangguan jiwa yang bisa dialami anak saat les, bukan bersumber dari banyaknya materi yang diberikan.

"Anak yang kebanyakan les tidak sampai gangguan jiwa. Kalau pun (menderita) gangguan jiwa, anak itu mungkin mengalami kekerasan tertentu di tempat les dalam jangka waktu lama," jelas Anna saat dihubungi Liputan6.com melalui sambungan telepon, Kamis (16/8/2018).

Gangguan jiwa yang dialami seseorang tidak langsung terjadi dalam waktu cepat, melainkan butuh waktu yang lama dan dipicu oleh faktor yang kuat. Misalnya jika anak mengalami kekerasan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.

Sudah Pernah Dibantah

Dari hasil pelacakan, kisah serupa ternyata sudah pernah viral sebelumnya, yakni pada akhir tahun 2014. Dalam kisah sebelumnya, anak perempuan itu disebut dirawat di RS Duren Sawit, Jakarta Timur, sedangkan kronologi serta ciri-ciri anaknya serupa dengan kisah yang sedang viral saat ini.

Saat itu RS Duren Sawit pun telah dimintai keterangan. Psikolog dari RS Duren Sawit waktu itu, Nurul Annisa, membantah adanya anak di bawah umur yang dirawat di rumah sakit tempatnya bekerja.

Nurul Annisa juga mengaku dirinya dan dua psikolog lain yang bekerja disana, tidak pernah menerima atau menangani pasien seperti yang diberitakan. Ia juga mengatakan saat itu tidak ada fasilitas rawat inap anak di unit psikiatrinya dan pasien termuda yang terdaftar sudah berusia 19 tahun.

3 dari 3 halaman

Kesimpulan

Seorang anak berusia 6 tahun tidak dapat serta-merta mengidap gangguan jiwa karena terlalu banyak les. Kalaupun menderita gangguan jiwa, penyebabnya adalah karena anak mungkin mengalami kekerasan tertentu dalam waktu lama di tempat lesnya. Kisah serupa pernah beredar dan telah dibantah kebenarannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kisah tersebut tidak benar atau hoaks.

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 53 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta@liputan6.com.