Sukses

[Cek Fakta] Telur Ikan Sarden Ini Ternyata Tumor Akibat Cemaran Logam Berat?

Kabar mengenai ikan sarden berancun beredar luas di media sosial. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kabar mengenai ikan sarden berancun beredar luas di media sosial. Kabar ini viral lewat sebuah gambar.

Di gambar itu, terlihat sejumlah ikan yang sudah dikeluarkan isi perutnya. Terdapat bulatan-bulatan yang dikatakan mirip telur ikan, namun disebutkan pula bahwa sebetulnya bulatan-bulatan tersebut adalah tumor akibat cemaran logam berat.

Hal ini sebagaimana yang diunggah oleh akun Sahabat Islam. Akun ini juga menuliskan narasi yang berisi larangan menyantap ikan yang ada di dalam gambar tersebut. 

"Perhatian pada penggemar makanan laut bila nampak dalam perut ikan sejenis telur ikan seperti dlm gbr ini tolong jangan di makan karena ini adalah racun bukan telur ikan, tolong sebar kan info ini.Tumor cancer dari ikan,akibat logam berat,jgn dianggap telor ikan lalu dimakanKlo ibu hamil yg makan anaknya jadi ABK tipe autistic..bantu sebarkan....," tulis akun Sahabat Islam.

Konten tersebut telah 8.842 kali dibagikan dan mendapat 141 komentar warganet sejak diunggah pada 26 Juni 2018.

Selain Sahabat Islam, akun Della Dinda juga mengunggah konten yang sama. Ia menambahkan narasi dalam konten tersebut.

"Perhatian pada penggemar makanan laut bila nampak dalam perut ikan sejenis telur ikan seperti gambar ini...tolong jangan di makan karena ini adalah racun bukan telur ikan, Tolong sebarkan info ini,Tumor cancer dari ikan,akibat logam berat, jangan anggap telor ikan lalu dimakan klo ibu hamil yang makan anak nya jadi ABK tipe autistic....#bantusebarkan. Info dari nara sumber jkt," tulis Della Dinda.

Konten tersebut mendapat 36 komentar warganet dan 242 kali dibagikan sejak diunggah pada 25 Juli 2018 lalu.

 

 

2 dari 3 halaman

Fakta

Berdasarkan penelusuran, kabar mengenai adanya kandungan logam berat beracun menyerupai telur pada komoditas ikan sarden di Indonesia ternyata tidak benar.

Hal ini sudah diklarifikasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sebagaimana yang dikutip dari Liputan6.com dengan judul berita 'KKP: Ikan Sarden Tercemar Logam Berat Bukan dari RI', KKP menegaskan hal tersebut tidak benar.

Kepala Biro Kerjasama dan Humas KKP Lilly Aprilya Pregiwati memberi klarifikasi yang terdiri dari sembilan poin. Dikutip Liputan6.com, Sabtu (4/11/2017), berikut sembilan poin tersebut:

1. Jenis ikan yang saat ini ramai diberitakan adalah bukan di Indonesia ataupun berasal dari perairan Indonesia. Ikan sarden jenis tersebut diketahui dari kelompok Family Clupeidae, tapi secara morfologis tidak mirip dengan ikan siro (Amblygaster sirm) maupun ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang terdapat di Indonesia yang menjadi bahan sarden kalengan atau ikan asin.

2. Benda mirip telur atau kristal di dalam perut makanan ikan sarden kaleng yang dianggap tumor atau kanker berbahaya tersebut merupakan Glugea sardinellensis (sejenis protozoa). Glugea mampu membuat sel-sel di sekelilingnya menyerupai bola untuk membentuk perisai.

Sel berbentuk telur ini dapat bertumbuh hingga ukuran 1-18 mm yang disebut dengan Xenoma. Di mana, ikan tumbuh dalam kelompok besar, Glugea akan menyebar lebih banyak. Jadi, dapat dipastikan bahwa benda mirip telur atau kristal tersebut bukan diakibatkan oleh kandungan logam berat sebagaimana diberitakan.

3. Parasit ini tidak menginfeksi pada manusia dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi jika terlebih dahulu dibersihkan, dicuci, dan direbus dengan benar. Glugea sebenarnya bukanlah penyakit aneh, langka, ataupun berbahaya sehingga tidak perlu dihindari.

4. Ikan sarden di Indonesia umumnya dijual dalam bentuk kemasan kaleng dan sudah melalui tahap jaminan mutu dan keamanan pangan yang sangat ketat melalui sertifikasi SKP, HACCP, MD, dan sekarang SPPT SNI. Hal itu mengacu kepada standar FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations).

5. Persyaratan mutu dan keamanan produk ikan sarden dalam kemasan salah satunya adalah cemaran logam (Hg, Pb, Cd, Sn dan Arsen) di bawah batas yang diizinkan. Jika salah satu logam berat melebihi ambang batas, maka sertifikat mutu di atas tidak akan diterbitkan.

6. Saat proses produksi, cara pengolahan dan sanitasi sudah diterapkan dengan baik. Sudah semestinya jika terlihat butiran seperti telur ikan akan otomatis dibersihkan karena kasatmata.

7. Jika diduga butiran telur itu adalah parasit dan masih tertinggal dalam produknya, maka parasit dan sporanya sudah pasti mati. Sebab, sarden dalam kemasan kaleng telah melalui pemanasan tinggi (sterilisasi) dengan persyaratan pangan sterilisasi komersial.

8. Apabila ikan sudah dikeluarkan dari kaleng dan dibiarkan lama di suhu ruang, maka akan terjadi kontaminasi yang memungkinkan ulat atau belatung berada dalam produk sarden kaleng. Ini tentu merupakan kelalaian fatal dari konsumen.

9. Konsumen diharapkan lebih cermat dan teliti dalam melihat tanggal kedaluwarsa yang tercantum dalam kemasan kaleng.

Selain itu, akun facebook Jabar Saber Hoaks juga meluruskan kabar tersebut. Dalam sebuah unggahannya, Jabar Saber Hoaks mengungkapkan fakta sebenarnya.

"Sebenarnya, pesan berantai yang dipastikan adalah HOAX ini sudah beredar sejak lama. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2017 telah membuat klarifikasi, namun sepertinya tidak membuat peredaran hoax ini terputus," tulis Jabar Saber Hoaks.

 

 

3 dari 3 halaman

Kesimpulan

Kabar mengenai telur ikan sarden yang beracun itu ternyata salah. Kabar ini sudah beredar sejak 2017 lalu. Hal ini juga sudah diklarifikasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 

Benda mirip telur di dalam perut ikan sarden kaleng, yang dianggap akibat pencemaran logam berat ternyata salah dan bukan diakibatkan oleh cemaran logam berat.

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Video Terkini