Sukses

[Cek Fakta] Hoaks Cerita Kematian Presiden Pertama Turki

Viral cerita kematian tragis Presiden Pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Turki pertama, Mustafa Kemal Ataturk telah meninggal pada 10 November 1938 silam. Cerita meninggalnya mantan petinggi militer ini beredar di media sosial.

Dalam cerita itu, disebutkan bahwa Ataturk meninggal dengan cara yang mengenaskan. Dia disebut-sebut terserang penyakit kulit, jantung, dan darah tinggi.

Cerita ini diunggah oleh akun Facebook, Fai Fajar pada 12 Mei 2019.

Akun ini juga menambahkan sebuah narasi dalam konten yang diunggahnya.

Selain itu, akun tersebut juga menggunggah gambar pria yang diklaim sebagai Ataturk. Dalam gambar itu terdapat sebuah narasi, "Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik perempuan beliau datang meminta ulama-ulama Turki memandikan, mengkanfankan dan menyembahyangkannya".

"CONTOH AKHIR HIDUP PENGUASA YANG HINA

*** Peringatan untuk yang Berkuasa. Jangan Mentang-mentang ya... ***

Hinanya Kematian Mustafa Kemal Attatürk yang Dikenal sebagai ‘Bapak Modernisasi Turki’ dari perspektif Barat, dia sebenarnya adalah tokoh yang meng’sekuler’kan dan ‘membunuh’ syiar Islam di Turki. Siapa lagi jika bukan Mustafa Kemal Attatürk yang diberi gelar Al-Ghazi (orang yang memerangi). "Attatürk" berarti "Bapak Orang Turki".

Attatürk adalah orang yang bertanggung jawab meruntuhkan Khilafah Islam Turki pada tahun 1924. H.S. Armstrong, salah seorang pembantu Attatürk dalam bukunya yang berjudul Al-Zi’bu Al-Aghbar atau Al-Hayah Al-Khasah Li Taghiyyah telah menulis: "Sesungguhnya Attatürk adalah keturunan Yahudi, nenek moyangnya adalah Yahudi yang pindah dari Spanyol ke pelabuhan Salonika".

Golongan Yahudi ini dinamakan dengan Yahudi "Daunamah" yang terdiri dari 600 keluarga. Mereka mengaku beragama Islam hanya sebagai identitas, tetapi masih menganut agama Yahudi secara diam-diam. Ini diakui sendiri oleh bekas Presiden Israel, Yitzak Zifi, dalam bukunya Daunamah terbitan tahun 1957.

Attatürk mengubah ucapan Assalamualaikum menjadi Marhaban Bikum (Selamat Datang), melarang menggunakan busana Islam dan sebaliknya mewajibkan memakai pakaian ala Barat. Dalam tempo beberapa tahun saja, dia berhasil menghapuskan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha serta melarang kaum muslim menunaikan ibadah Haji, melarang poligami dan melegalkan perkawinan wanita muslim dengan non muslim.

Dia membatalkan libur pada hari Jum'at, melarang adzan dalam bahasa Arab dan menggantinya dengan bahasa Turki. Tindakan yang dilakukan oleh Attatürk ini nyata sekali telah memisahkan budaya Turki dari akar agama Islam dan menghapuskan Islam sebagai agama resmi negara Turki.

Attatürk berusaha keras untuk menghancurkan para penentangnya. Dia membakar majelis-majelis, menangkap para pimpinan majelis dan juga mengawasi para ulama. Attatürk pernah menegaskan bahwa “negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian modern”.

Dia menggalakkan minum arak secara terbuka, mengubah Al-Quran yang kemudian dicetak dalam bahasa Turki.

Bahasa Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab dan Parsi. Attatürk mengubah Masjid Besar Aya Sofia menjadi gereja dan setengahnya untuk musium, menutup masjid serta melarang shalat berjamaah, menghapuskan Kementerian Wakaf dan membiarkan anak-anak yatim dan fakir miskin.

Dia membatalkan undang-undang waris, faraid secara Islam, menghapus penggunaan kalendar Islam dan mengganti huruf Arab ke dalam huruf Latin.

Attatürk mengganggap dirinya tuhan sama seperti firaun. Ketika itu ada seorang prajurit ditanya “siapa tuhan dan di mana tuhan tinggal?” karena takut, prajurit tersebut menjawab "Kemal Attatürk adalah tuhan”, dia tersenyum dan bangga dengan jawaban yang diberikan.

Saat-saat menjelang kematiannya, Allah mendatangkan kepadanya beberapa penyakit yang membuatnya tersiksa dan tak dapat menanggung azab yang Allah berikan di dunia, diantaranya penyakit kulit dimana dia merasakan gatal di sekujur tubuh.

Dia juga menderita penyakit jantung dan darah tinggi. Kemudian rasa panas sepanjang hari, tidak pernah merasa sejuk sehingga pompa air dikerahkan untuk menyirami rumahnya selama 24 jam.

Attatürk juga menyuruh para pembantunya untuk meletakkan kantong-kantong es di dalam selimut untuk membuatnya sejuk. Maha Suci Allah, walau telah berusaha keras, tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengusir rasa panas itu. Oleh karena tidak tahan dengan panas yang dirasakan, dia menjerit sangat keras hingga seluruh istana mendengarnya.

Karena tidak tahan mendengar jeritan, para pembantunya membawa Attatürk ke tengah lautan dan diletakkan dalam kapal dengan harapan beliau akan merasa sejuk. Maha Besar Allah, panasnya tak juga hilang!! Pada 26 September 1938, dia pingsan selama 48 jam disebabkan panas yang dirasakannya dan kemudian sadar tetapi dia hilang ingatan.

Pada 9 November 1938, dia pingsan sekali lagi selama 36 jam dan akhirnya meninggal dunia. Ketika itu tidak ada yang mau mengurus jenazahnya sesuai syariat. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik perempuannya datang meminta ulama-ulama Turki untuk memandikan, mengkafankan dan menshalatkannya.

Tidak cukup sampai disitu, Allah tunjukkan lagi azab ketika mayatnya akan dimakamkan. Sewaktu mayatnya hendak ditanam, tanah tidak menerimanya (tak dapat dibayangkan bagaimana jika tanah tidak menerimanya). Karena tidak diterima tanah, mayatnya diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke dalam musium yang diberi nama EtnaGrafi selama 15 tahun hingga tahun 1953.

Setelah 15 tahun mayatnya hendak dikuburkan kembali, tapi Allah Maha Agung, bumi sekali lagi tak menerimanya. Sampai akhirnya mayat Attaturk dibawa ke satu bukit dan disimpan dalam celah-celah marmer seberat 44 ton.

Lebih menyedihkan lagi, ulama-ulama yang sezaman dengan Attatürk mengatakan bahwa jangankan bumi Turki, seluruh bumi Allah ini tidak akan menerimanya.

Naudzubillah," tulis akun facebook Fai Fajar.

Konten yang diunggah akun facebook Fai Fajar telah 9.300 kali dibagikan dan mendapat lebih dari 1.000 komentar warganet.

 

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Setelah ditelusuri, cerita kematian Mustafa yang viral di Facebook ternyata tidak benar. Fakta ini sebagaimana dikutip dari situs wikipedia tentang Mustafa Kemal Atatürk.

Mustafa Kemal Atatürk (lahir di Selânik (sekarang Thessaloniki, Yunani), 19 Mei 1881 – meninggal di Istana Dolmabahçe, Istanbul, Turki, 10 November 1938 pada umur 57 tahun), hingga 1934 namanya adalah Gazi Mustafa Kemal Paşa, adalah seorang perwira militer dan negarawan Turki yang memimpin revolusi negara itu. Ia juga merupakan pendiri dan presiden pertama Republik Turki. Ideologinya yang sekularis dan nasionalis berikut kebijakan serta teorinya dikenal sebagai Kemalisme.

Mustafa Kemal membuktikan dirinya sebagai komandan militer yang sukses selama berdinas sebagai komandan divisi dalam Pertempuran Gallipoli. Setelah kekalahan Kesultanan Utsmaniyah di tangan tentara Sekutu, dan rencana-rencana berikutnya untuk memecah negara itu, Mustafa Kemal memimpin gerakan nasional Turki dalam apa yang kemudian menjadi Perang Kemerdekaan Turki. Kampanye militernya yang sukses menghasilkan kemerdekaan negara ini dan terbentuknya Republik Turki. Sebagai presiden yang pertama, Mustafa Kemal memperkenalkan serangkaian pembaruan luas dalam usahanya menciptakan sebuah negara modern yang sekuler dan demokratis. Menurut Hukum Nama Keluarga, Majelis Agung Turki memberikan kepada Mustafa Kemal nama belakang "Atatürk" (yang berarti "Bapak Bangsa Turki") pada 24 November 1934.

Selama 1937, indikasi bahwa kesehatan Atatürk semakin buruk mulai muncul. Pada awal 1938, ketika dia dalam perjalanan ke Yalova, dia menderita penyakit serius. Dia pergi ke Istanbul untuk perawatan, di mana dia didiagnosis menderita sirosis hati. Sepanjang sebagian besar hidupnya, dia telah menjadi peminum berat, sering mengkonsumsi setengah liter rakı sehari.[37] Selama tinggal di Istanbul, ia berusaha mengikuti gaya hidup regulernya untuk sementara waktu. Dia meninggal pada 10 November 1938, pada usia 57, di Istana Dolmabahçe, di mana dia menghabiskan hari-hari terakhirnya.[38] Jam di kamar tempat dia meninggal masih diatur ke waktu kematiannya, jam 9:05 pagi.[butuh rujukan]

Pemakaman Atatürk memunculkan kesedihan sekaligus kebanggaan di Turki, dan 17 negara mengirim perwakilan khusus, sementara sembilan menyumbangkan detasemen bersenjata untuk iring-iringan. [39] Jenazah Atatürk semula diletakkan di Museum Etnografi Ankara, dan dipindahkan pada 10 November 1953, 15 tahun setelah kematiannya di sebuah sarkofagus seberat 42 ton, ke sebuah makam yang menghadap ke Ankara,[40] Anıtkabir. Dalam wasiatnya, Atatürk menyumbangkan semua harta miliknya kepada Partai Rakyat Republik, dengan ketentuan bahwa bunga tahunan dari dana itu akan digunakan untuk menjaga saudara perempuannya Makbule dan anak-anak angkatnya, dan mendanai pendidikan tinggi anak-anak İsmet İnönü. Sisa dari minat tahunan ini adalah keinginan untuk Asosiasi Bahasa Turki dan Lembaga Sejarah Turki.

Fakta lainnya yang bisa membantah klaim tersebut bisa dilihat di situs kompas.com dengan judul artikel "Biografi Tokoh Dunia: Mustafa Kemal Ataturk, Presiden Pertama Turki".

KOMPAS.com - Mustafa Kemal Ataturk merupakan seorang panglima tertinggi, negarawan, penulis, sekaligus pendiri Republik Turki. Dia melaksanakan modernisasi, di antaranya mengenalkan huruf Latin, memperkenalkan pendidikan dan sistem kehidupan ala Eropa. Dia menjabat sebagai presiden pertama Turki pada 1923 hingga kematiannya di 1938, dan juga perdana menteri pertama di 1920-1921.

Berikut merupakan biografi dari politisi yang pemikiran maupun segala teorinya dikenal sebagai Kemalisme tersebut.

1. Masa Kecil

Ataturk lahir dengan nama Ali Riza oglu Mustafa (Mustafa bin Ali Riza) pada 19 Mei 1881 di Salonica (sekarang Thessaloniki, Yunani), Kekaisaran Ottoman. Ayahnya, Ali Riza Efendi, merupakan seorang perwira milisi dan juga pedagang kayu. Sedangkan ibunya bernama Zubeyde Hanim. Nama tengah Ataturk, Kemal yang berarti Kedewasaan, diberikan oleh guru matematikanya, Kapten Uskuplu Mustafa Efendi. Awalnya, ibunya menyuruh Ataturk untuk menempuh pendidikan di sekolah agama, sesuatu yang diturutinya dengan sangat enggan sehingga hanya bertahan sebentar. Dia kemudian masuk Sekolah Semsi Efendi, sebuah sekolah dengan kurikulum yang lebih sekuler. Ayahnya sengaja memasukkannya supaya dia menjadi pedagang. Namun tanpa meminta pertimbangan orangtuanya, dia ikut ujian masuk Sekolah Militer Salonica di 1893. Di 1896, dia masuk SMA Militer Monastir. Pada 14 Maret 1899, dia pindah ke Akademi Militer di kawasan Pangalti yang dekat dengan ibu kota Konstantinopel (sekarang Istanbul). Dia lulus pada 1902. Tiga tahun, tepatnya pada 11 Januari 1905, Ataturk lulus dari Perguruan Tinggi Militer Ottoman Konstantinopel.

2. Karir Militer

Setelah lulus, dia sempat ditahan atas keterlibatannya dalam gerakan anti-monarki, dan dilepaskan beberapa bulan kemudian berkat bantuan mantan direktur sekolahnya, Riza Pasha. Ataturk kemudian ditugaskan sebagai Kapten Staf di Pasukan Kelima Turki yang bermarkas di Damaskus, Suriah, di kompi Ali Fuat dan Lutfi Mufit. Di sana, dia bergabung dengan kelompok rahasia revolusioner bernama Vatan ve Hurriyet yang dipimpin tentara bayaran Mustafa Elfan. Di Juli 1908, dia terlibat dalam Revolusi Turki Muda yang berhasil menjungkalkan Sultan Abdulhamid II dan memulihkan konstitusi monarki. Dari 1909 hingga 1918, Ataturk menempati sejumlah jabatan penting di angkatan bersenjata Ottoman. Dia pernah berperang melawan Italia dalam Perang Italo-Turki di 1911.

Kemudian di 1912-1913, dia berpartisipasi dalam Perang Balkan. Selama Perang Balkan II, dia menjadi kepala staf sebelum dipindah ke kedutaan Turki di Bulgaria. Saat Ottoman terjun ke kancah Perang Dunia I bersama Aliansi Sentral (Jerman, Austria-Hungaria, Bulgaria), Ataturk menjadi komandan Divisi ke-19. Berkat keberanian dan strategi tempurnya, dia membantu menggagalkan invasi Sekutu ke Dardanella di 1915, dan mendapat promosi hingga Perjanjian Mudros diteken di 1918. Gencatan senjata itu memberikan keleluasaan bagi Sekutu untuk menduduki benteng yang mengendalikan saluran air utama, dan wilayah yang bisa memberikan ancaman. Pada 1919, Ataturk mengatur adanya pemberontakan. Ketika Perjanjian Sevres ditandatangani yang membagi Ottoman, dia menginginkan kemerdekaan bagi Turki. Dewan Pertemuan Besar (GNA), sebutan untuk parlemen Turki saat itu, harus mengatur gempuran yang dilakukan Yunani serta Armenia. Serangan itu berakhir setelah Ataturk meneken Traktat Lausanne di 29 Oktober 1923 yang menandai berdirinya Republik Turki, dan menjadikannya presiden.

3. Menjadi Presiden Pertama Turki

Menjadi orang nomor satu di Turki, Ataturk mulai berupaya untuk memodernisasi negaranya. Pemerintahannya mulai menganalisis sejumlah negara Barat. Di antaranya Perancis, Swedia, maupun Italia, dan mengadopsi nilai maupun sistem mereka sesuai dengan kebutuhkan serta karakteristik bangsa Turki. Dikenal sebagai pemimpin militer yang efisien, dia mengubah Turki menjadi negara yang modern, demokratis, serta sekuler. Sebagai bagian dari sekulerisasi, dia menjauhkan pemerintahan dari agama, mengganti huruf Arab dengan huruf Latin.

Kemudian dia juga memperkenalkan kalender Gregorian, dan mendesak warganya supaya mengenakan busana layaknya orang Barat. Di bidang sosial-ekonomi, dia melakukan industrialisasi dengan mendirikan pabrik negara serta jaringan kereta di seluruh wilayah. Kemudian dia memperkenalkan undang-undang tentang persamaan gender, menghapus hukum hijab bagi perempuan, dan memberikan mereka hak politik. Tidak semua reformasi yang dilakukan Ataturk berhasil. Kebijakannya soal sekulerisasi dianggap sebagai hal yang kontroversial.

4. Kematian

Di 1937, Ataturk mulai mengalamin penurunan kesehatan. Awal 1938 saat berada dalam perjalanan ke Yalova, dia menderita penyakit serius. Dia kembali ke Istanbul untuk menjalani perawatan, di mana dokter menjelaskan bahwa Ataturk menderita sirosis di livernya. Selama perawata, dia mencoba untuk beraktivitas seperti biasa. Namun, dia meninggal di usia 57 tahun pada 10 November 1938 di Istana Dolmabahce. Dia dimakamkan di Museum Etnografi Ankara. Di 10 November 1953, 15 tahun setelah kematiannya, dia dipindahkan sarkofagus seberat 42 ton. Sarkofagus tersebut berada di mausoleum Anitkabir yang berada di Ankara.

Hal serupa dimuat dalam situs Encyclopedia Britannica. Berikut cuplikannya:

In his later years Atatürk grew more remote from the Turkish people. He had the Dolmabahçe Palace in Istanbul, formerly a main residence of the sultans, refurbished and spent more time there. Always a heavy drinker who ate little, he began to decline in health. His illness, cirrhosis of the liver, was not diagnosed until too late. He bore the pain of the last few months of his life with great character and dignity, and on November 10, 1938, he died at 9:05 AM in Dolmabahçe. His state funeral was an occasion for enormous outpourings of grief from the Turkish people. His body was transported through Istanbul and from there to Ankara, where it awaited a suitable final resting place. This was constructed years later: a mausoleum in Ankara contains Atatürk’s sarcophagus and a museum devoted to his memory.
3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Cerita tentang kematian tragis Mustafa Kemal Ataturk yang viral di media sosial ternyata tidak benar. Cerita tersebut tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

Dalam catatan sejarah yang dikutip dari berbagai sumber, Ataturk meninggal karena menderita penyakit sirosis pada livernya. 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.