Sukses

[Cek Fakta] Hoaks Baskom Isi Air Garam Bisa Memancing Hujan Turun

Viral baskom berisi air dan garam yang bisa menurunkan hujan. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang baskom berisi air dan garam yang bisa menurunkan hujan, viral di media sosial. Kabar ini beredar lewat sebuah pesan berantai. Satu di antaranya yang diunggah oleh akun Facebook Syerpihan Hati‎ pada 12 September 2019.

Akun ini menuliskan narasi bahwa baskom berisi air dan garam bisa memancing hujan turun. Tujuannya agar bisa mengatasi kabut asap dan memadamkan kebakaran hutan dan lahan.

"Darurat Asap !!

Sediakan baskom air yang dicampur garam dan diletakkan diluar rumah, biarkan menguap, jam penguapan air yang baik adalah sekitar pukul 11.00 s.d jam 13.00, dengan makin banyak uap air di udara semakin mempercepat Kondensasi menjadi butir air pada suhu yang makin dingin di udara.Dengan cara sederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun, semakin banyak warga yang melakukan ini di masing-masing rumah, ratusan ribu rumah maka akan menciptakan jutaan kubik uap air di Udara.

Lakukan ini satu rumah cukupp 1 ember air garam, bsok jum'at tgl 13 Sept, jam 10 pagi serempak..

Mari kita sama2 berusaha utk mnghadapi kabut asap yg kian parah ini.. >:|<

Mohon diteruskan..Terima kasih," tulis akun facebook Syerpihan Hati.

Konten yang diunggah akun Facebook Syerpihan Hati telah 362 kali dibagikan dan mendapat 159 komentar warganet.

 

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Setelah ditelusuri, kabar tentang baskom berisi air dan garam yang bisa memancing turunnya hujan ternyata tidak benar alias hoaks.

Hal itu berdasarkan penjelasan yang dikutip dari situs resmi milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), bppt.go.id dengan judul artikel "Baskom Isi Air Garam, Pembuatan Hujan Tidak Semudah Itu".

Maraknya pesan berantai mengenai baskom berisi air garam yang digunakan untuk memancing hujan ditanggapi oleh Kepala Bidang Pengkajian Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BPPT, Tri Handoko Seto. Menurutnya, menciptakan hujan tidaklah semudah itu.

"Dengan 1 ember air tiap rumah dan ajakan ratusan ribu rumah, berharap ada jutaan meter kubik uap air. Dengan asumsi 1 ember sama dengan 10 liter air, maka total air yang yang diharapkan terjadi penguapan hanya ribuan meter kubik. Diperlukan ratusan juta ember untuk mendapatkan jutaan meter kubik. Itu pun jika semua air yang ditempatkan di ember menguap semua. Dan kemungkinannya pun tidaklah segampang yang dibayangkan," katanya.

Menurut Seto, proses terjadinya hujan tidaklah seperti itu saja. Perlu banyak rangkaian proses agar terbentuk awan hujan. Selain penguapan yang sangat banyak, juga perlu pola angin tertentu yang mengarahkan uap air sehingga terjadi kondensasi di suatu wilayah.

"Tentu saja ini terkait dengan kondisi cuaca skala luas. Keberadaan gunung bisa saja mengakibatkan terbentuknya awan, tetapi untuk menjadi hujan juga perlu lingkungan yang mendukung," jelasnya.

Pada saat ini, air laut di sekitaran Jambi, Sumsel dan Riau tetap menguap airnya. Namun pola angin mengakibatkan uap air tertarik ke utara dan timur laut. Sehingga awan terbentuk di wilayah utara dan timur laut wilayah Indonesia.

Namun bukan tidak mungkin tiba-tiba terjadi perubahan pola angin pada skala yang lebih kecil sehingga terbentuk awan. Tim UPT Hujan Buatan BPPT telah siaga untuk menyemai awan yang mungkin tumbuh agar bisa menjadi hujan.

Terkait bencana asap yang melanda Pekanbaru dan Jambi, Seto mengungkapkan bahwa yang terpenting saat ini kita harus bisa menjaga agar jangan ada lagi pembakaran lahan maupun hutan di saat kemarau. "Jika melihat pelaku kebakaran, langsung laporkan ke pihak berwajib. Atau kita juga bisa saja bergabung ke dalam gerakan-gerakan pemadaman kebakaran hutan dan lahan," pungkasnya.

Penjelasan lainnya dikutip dari situs merdeka.com dengan judul artikel "BMKG Pastikan Info Buat Hujan Buatan dengan Baskom Air dan Garam Hoaks".

Merdeka.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan bantahan atas pesan beredar di WhatsApp Grup mengenai cara memunculkan hujan buatan di tengah musim kemarau.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG, Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Asep Firman Ilahi menyebut bahwa pesan itu dibuat oleh orang tidak bertanggungjawab. Dia juga memastikan informasi itu hoaks.

"Sebenarnya isi pesan broadcast WhatsApp di atas sudah sering diluruskan, tapi masih berlanjut saja, hoaks itu," ujarnya dikutip dari Antara, Minggu (15.9).

Menurutnya, dari sisi keilmuan, kegiatan memunculkan hujan buatan menggunakan air garam yang dijemur itu tidak mendasar. Dia menganggap, dari kegiatan tersebut juga tidak menghasilkan perubahan suatu zat atau biasa disebut proses fisis.

"Dari sisi keilmuan, kegiatan tersebut sangat tidak mendasar. Proses fisis-nya tidak ada," kata Asep.

"Setelah itu bergulir posisinya di selatan ekuator. Posisi matahari sekarang, menyebabkan di utara masih hangat, sehingga angin masih bergerak dari selatan, di mana angin selatan atau tenggara cenderung lebih kering, sulit terjadi hujan," paparnya.

Namun, khusus di daerah Bogor, karena faktor geografis pegunungan, maka masih memungkinkan hujan lokal. Tapi, ketika matahari sudah berada di selatan pada Oktober sampai Februari, hujan akan lebih intensif karena selatan lebih hangat dibandingkan dengan utara.

"Kita bersabar saja, ini ujian dari Allah. Yang penting kita tetap sabar dan tawakal. Ketika hujan kita berdoa agar jadi berkah bukan bencana. Mari kita berpikir lebih cerdas dengan media sosial," tuturnya.

Pesan seruan untuk menciptakan hujan buatan yang sempat beredar di beberapa WhatsApp Group seperti berikut:

"Darurat Kemarau Panjang !! Sediakan baskom air yang dicampur garam dan diletakkan di luar rumah, biarkan menguap, jam penguapan air yang baik adalah sekitar pukul 11.00 - jam 13.00, dengan makin banyak uap air di udara semakin mempercepat kondensasi menjadi butir air pada suhu yang makin dingin di udara.

Dengan cara sederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun, semakin banyak warga yang melakukan ini di masing-masing rumah, ratusan ribu rumah maka akan menciptakan jutaan kubik uap air di udara.

Lakukan ini satu rumah cukup satu ember air garam, Sabtu pukul 10 pagi serempak..Mari kita sama-sama berusaha untuk menghadapi kemarau kian parah ini..Mohon diteruskan..kesemua groupTerima kasih."

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Baskom berisi air dan garam tidak bisa digunakan untuk memancing hujan turun.

Kabar yang diunggah oleh akun Facebook ‎Syerpihan Hati‎ tidak sesuai dengan fakta sebenarnya bahkan cenderung hoaks dan menyesatkan.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.