Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang bahayanya mengonsumsi boba beredar di media sosial. Kabar ini disebarkan oleh akun facebook Andrie Kombes pada 20 Januari 2020 lalu.
Akun ini menyebut bahwa boba tidak bisa dikonsumsi alat pencernaan manusia, sehingga dianggap berbahaya. Kabar ini dia sebar lewat sebuah video berdurasi 42 detik. Dalam video tersebut, tampak seorang dokter bedah memamerkan salah satu organ dalam. Organ tersebut berbentuk mirip kantong. Organ itu lalu dibedah, dan keluarlah butiran-butiran yang diyakini sebagai boba.
Akun ini kemudian menambahkan sebuah narasi dalam video tersebut.
Advertisement
"Semoga bermanfaat
Hasil operasi usus buntu dan didapatkan Bubble Tea yg TIDAK bisa hancur “Xi Bo Ba”.
Kurangi kunsumsi Bubble Tea sebelum terlambat," tulis akun facebook Andrie Kombes.
Konten yang diunggah akun facebook Andrie Kombes setidaknya telah 1.000 kali dibagikan dan mendapat 38 komentar warganet.
Penelusuran Fakta
Setelah ditelusuri, kabar tentang boba yang tidak bisa dicerna tubuh ternyata tidak benar. Informasi ini dikutip dari situs detik.com dengan judul artikel "Viral Disebut Picu Sumbatan Usus, Beneran Boba atau Batu Empedu Sih?".
Jakarta - Sebuah broadcast tentang boba lagi-lagi viral di media sosial. Disebutkan, terlalu banyak mengonsumsi boba bisa bikin usus tersumbat seperti dalam penggalan video pendek yang menyertai pesan menakutkan ini.
Dalam video tersebut, seorang dokter bedah memamerkan salah satu organ dalam. Mirip usus, tetapi lebih mirip semacam kantong. Organ itu lalu dibedah, dan keluarlah butiran-butiran yang oleh beberapa orang diyakini sebagai boba.
"Hati2 ya temn2 kalau beli minuman ada boba nya, jangan sering2, di jaga kesehatan nya.." tulis seorang netizen.
Benarkah benda itu adalah usus yang tersumbat boba? Video tersebut bermula dari unggahan akun @justageneralsurgeon, yang memang diberi caption 'bag of boba'. Namun unggahan tersebut juga disertai tanda pagar yang cukup jelas yakni #gallstones alias batu empedu.
Dalam video tersebut, si pemilik akun sebenarnya tengah memamerkan hasil operasi kantung empedu yang dipenuhi kristal-kristal batu empedu. Bagi dokter bedah seperti dirinya, sepertinya itu tampak seperti butiran-butiran boba.
Sebenarnya bukan kali ini saja batu empedu dijadikan hoax untuk menakut-nakuti penggemar boba. Beberapa waktu lalu, ramai pula foto X-ray yang disebut boba di dalam usus, tetapi ternyata diambil dari sebuah jurnal penelitian tentang batu empedu.
Sejumlah pakar memang menyebut, boba yang terbuat dari tapioka, susah dicerna di dalam perut. Tetapi ingat, pencernaan terjadi bukan hanya secara kimiawi di perut tetapi dimulai secara mekanis di mulut.
Video yang diunggah oleh akun facebook Andrie Kombes ternyata berasal dari akun instagram @ustageneralsurgeon. Akun ini juga menambahkan sebuah narasi "bag of boba". Namun unggahan tersebut juga disertai tanda pagar yang cukup jelas yakni #gallstones alias batu empedu.
Dokter Miyata juga telah memberikan klarifikasi dalam akun Instagramnya, @justageneralsurgeon.
Ini yang dia sampaikan:
My “bag of boba” gallbladder post from January 9, 2020 went viral! Unfortunately, it’s not because I’m super sexy. People thought I actually found a gallbladder full of boba balls 🙈. This video will hopefully demonstrate how this is not possible. Boba is no more dangerous than Anh other food. It is a sugary treat that should be enjoyed in moderation like everything else, but should not be avoided due to health concerns. Enjoy!.#boba #bobatea #milktea #dessert #asia #asian #indonesia #thai #thailand #surgery #surgeon #gallbladder #gallbae #gallstones #nurse #nurses #diet #heath #educate #learning
Advertisement
Kesimpulan
Video yang diunggah oleh akun facebook Andrie Kombes bukanlah butiran boba yang menyumbat usus, melainkan batu empedu.
Data: Eka M
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.