Liputan6.com, Jakarta Akun Facebook Soleh Nasa mengawali unggahannya dengan menyebut virus baru bernama Zika, yang konon lebih ganas dari Virus Corona (Covid-19) yang sedang mewabah.
Jika dibaca hingga akhir, klaim yang diunggah pada 9 Februari 2020 tersebut ternyata hanya guyonan.Â
Berikut unggahannya:
Advertisement
"Hati2 dan waspadalah...!!Belum selesai persoalan Corona Virus...sekarang muncul lagi virus baru yaitu :" VIRUS ZIKA"Di sinyalir virus Zika lebih ganas daripada Corona Virus .Kepada dulur2 harap berhati-hati... benar2 jaga kesehatan...Virus Zika sudah Sampai Lampung, Jakarta , Bandung , Surabaya, Bali dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.Hal ini bisa menjadi endemi yg meresahkan masyarakat.
Ciri2 penyakit ZIKA :- kepala terasa pusing cenut-cenut- mudah marah/emosi- demam, dan kluar kringet dingin- uring-uringan/gelisah
Penyakit ZIKA cepat berkembang apabila:1.ZIKA ditagih hutang2.ZIKA ditagih kreditan3.ZIKA dompet kosong4.ZIKA tanggal tua5.ZIKA perut lapar
Maka waspadalah......ZIKA tertular pada anda... Jangan terlalu serius dalam peristiwa hidup selamat membaca..."
Meski klaim tersebut hanya guyonan, namun termasuk dalam jenis disinformasi, berikut penjelasan Cek Fakta Liputan6.com.
Penelusuran:
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri jenis konten yang masuk dalam kategori disinformasi, dengan Google Search 'jenis hoaks', pecarian mengarah pada situs medcom.id dengan judul artikel 'Mengenal Tujuh Jenis Hoaks' yang dimuat pada 27 Oktober 2019.
Dalam artikel menyebut, ada tujuh jenis disinfromasi dan misinformasi dan disinformasi, yaitu:
"Satire atau parodi
Konten jenis ini biasanya tidak memiliki potensi atau kandungan niat jahat, namun bisa mengecoh.Satire merupakan konten yang dibuat untuk menyindir pada pihak tertentu. Kemasan konten berunsur parodi, ironi, bahkan sarkasme. Secara keumuman, satire dibuat sebagai bentuk kritik terhadap personal maupun kelompok dalam menanggapi isu yang tengah terjadi.Sebenarnya, satire tidak termasuk konten yang membahayakan. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih banyak yang menanggapi informasi dalam konten tersebut sebagai sesuatu yang serius dan menganggapnya sebagai kebenaran.
Misleading content (konten menyesatkan)
Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok. Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.Misleading contentdibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.
Imposter content (konten tiruan)
Imposter content terjadi jika sebuah informasi mencatut pernyataan tokoh terkenal dan berpengaruh. Tidak cuma perorangan, konten palsu ini juga bisa berbentuk konten tiruan dengan cara mendompleng ketenaran suatu pihak atau lembaga.
Fabricated Content (konten palsu)
Fabricated content terbilang menjadi jenis konten palsu yang paling berbahaya. Konten ini dibentuk dengan kandungan 100% tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara fakta. Biasanya, fabricated content berupa informasi lowongan kerja palsu dan lain-lain.
False connection (koneksi yang salah)
Ciri paling gamblang dalam mengamati konten jenis ini adalah ditemukannya judul yang berbeda dengan isi berita. Konten jenis ini biasanya diunggah demi memperoleh keuntungan berupa profit atau publikasi berlebih dari konten sensasional.
False context (konteks keliru)
False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Manipulated content (konten manipulasi)
Manipulated content atau konten manipulasi biasanya berisi hasil editan dari informasi yang pernah diterbitkan media-media besar dan kredibel. Gampangnya, konten jenis ini dibentuk dengan cara mengedit konten yang sudah ada dengan tujuan untuk mengecoh publik."
Dari tujuh kategori misinformasi dan disinformasi dalam artikel tersebut, klaim Virus Zika yang diunggah akun Facebook Soleh Nasa mengarah pada jenis satire atau parodi. Meski unggahan tersebut tidak memiliki potensi atau kandungan niat jahat, namun bisa mengecoh. Kemasan konten klaim yang diunggah akun Facebook Soleh Nasa terdapat unsur parodi, yang merupakan salah satu unsur yang ada dalam kategori satir atau parodi.
Artikel situs medcom.id tersebut bersumber dari situs firstdraftnews.org, First Draft, sebuah organisasi nirlaba yang mendukung jurnalis, akademisi, dan teknolog dalam upaya pemberantasan hoaks.
Dalam artikel yang berjudul "Fake news. It’s complicated", dimuat pada 16 Februari 2017, menyebut:
"We certainly should worry about people (including journalists) unwittingly sharing misinformation, but far more concerning are the systematic disinformation campaigns. Previous attempts to influence public opinion relied on ‘one-to-many’ broadcast technologies but, social networks allow ‘atoms’ of propaganda to be directly targeted at users who are more likely to accept and share a particular message. Once they inadvertently share a misleading or fabricated article, image, video or meme, the next person who sees it in their social feed probably trusts the original poster, and goes on to share it themselves. These ‘atoms’ then rocket through the information ecosystem at high speed powered by trusted peer-to-peer networks.
This is far more worrying than fake news sites created by profit driven Macedonian teenagers."
Dalam artikel ini menyebut, perang informasi menimbulkan kekhawatiran, artikel, gambar, video atau meme yang menyesatkan atau dibuat-buat, yang disebar kemudian dipercaya dan disebar kembali sangat berbahaya.
Â
Â
Advertisement
Kesimpulan:
Unggahan akun Facebook Soleh Nasa masuk dalam kategori disinformasi, sebab informasi yang disebarkan bisa mengecoh pembacanya, terutama mereka yang tak membacanya hingga akhir.
Â
Â
Data: Eka M
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.