Sukses

Cek Fakta: Benarkah Tak Ada Satu Media TV Indonesia Menayangkan Berita Penyiksaan ABK di Kapal China?

Beredar kabar tak ada satu media televisi Indonesia menayangkan berita tentang penyiksaan ABK di kapal milik China. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Klaim tentang tak ada satu media TV Indonesia yang menayangkan berita penyiksaan ABK di Kapal China beredar di media sosial. Kabar ini disebarkan akun Facebook Lenggo Geni pada 6 Mei 2020.

Akun ini mengunggah gambar tangkapan layar video dari YouTube yang menjelaskan mengenai dugaan penyiksaan ABK Indonesia di Kapal China.

"Tidak satupun media tv Indonesia menayangkan berita penyiksaan ABK Indonesia yg bekerja pada kapal Cina. Justru berita ini pertama kali diangkat oleh media Korea.

Pemerintah yg notabene kacungnya Cina tidak berani beraksi. Bahkan si Opung yg menjadi kaki tangan cina di Indonesia seperti pura pura tuli. Menhan yg selama ini selalu bicara melindungi segenap bangsa Indonesia melempem.

Negara ini benar benar dipecundangi oleh Cina. Parahnya media tv pura pura tidak tahu. Payah kalian semua. Pengecut tak punya nyali..Ini adalah pelanggaran HAM berat yg dilakukan sebuah perusahaan kapal Cina kepada pekerja Indonesia.

Pemerintah harus meminta badan HAM internasional mengusut tuntas. Itupun kalo kalian punya nyali pada cina.. 😠😠https://youtu.be/3QIEmJ1mCZY~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Cerita miris datang dari dunia pekerja kapal asal Indonesia. 4 dari 18 Anak Buah Kapal (ABK) yang bekerja di Kapal Longxing 629 China meninggal dunia dan tiga jasad di antaranya terpaksa dibuang ke laut lepas.

Ketua Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI) Korea Selatan Ari Purboyo mengungkapkan, mereka meninggal dunia dalam kondisi tubuh yang bengkak.

Tiga ABK tersebut, yakni Al Fattah yang meninggal dunia pada September 2019 karena sakit, Sefri asal Palembang dengan penyebab yang sama, kemudian Ari yang meninggal dunia pada Februari 2020. "Tiga orang ini yang dibuang di laut," kata Ari.

Sedangkan, satu ABK lainnya yakni Effendi Pasaribu sempat dilarikan ke rumah sakit di Korea Selatan namun nyawanya tidak dapat tertolong. Dari hasil forensik yang dilakukan, penyebab Effendi meninggal dunia karena pneumonia atau radang paru-paru.

Banyak faktor yang menjadi indikasi penyebab keempat WNI tersebut meninggal dunia dengan kondisi tubuh membengkak. Ari menyebut ada faktor kekerasan yang dialami, akan tetapi menurutnya faktor tersebut bukan menjadi unsur terbesar dari penyebab meninggal dunia.

Faktor lainnya juga bisa dari makanan atau minuman yang ABK tersebut konsumsi setiap harinya. Ari menyebutkan, jika ABK asal Indonesia mendapatkan perlakukan berbeda untuk makanan dan minuman dengan ABK asal China. "Itu minum mungkin bisa dilihat dari peristiwanya kan badannya membengkak ya. Itu kemungkinan besar mereka meminum air laut yang disuling," ungkapnya.

suara. com," tulis akun Facebook Lenggo Geni.

Konten yang disebarkan akun Facebook Lenggo Geni telah 1000 kali dibagikan dan mendapat 29 komentar warganet.

 

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim tentang tak ada satu media TV Indonesia yang menayangkan berita penyiksaan ABK di Kapal China. Penelusuran dilakukan menggunakan situs berbagi video YouTube dengan memasukkan kata kunci "abk indonesia kapal china".

Hasilnya terdapat beberapa akun Channel YouTube yang menayangkan berita tentang ABK asal Indonesia yang diduga diperbudak saat bekerja di kapal milik China. Beberapa Channel YouTube yang menayangkan berita tersebut adalah milik media televisi Indonesia.

Satu di antaranya video berjudul "Soal Jenazah ABK WNI yang Tewas di Kapal China, Berikut Pernyataan dari Dubes Indonesia" yang ditayangkan Channel YouTube KOMPASTV pada 7 Mei 2020.

Gambar Tangkapan Layar Video dari Channel YouTube KOMPASTV

"KOMPAS.TV - Sejumlah Warga Negara Indonesia diduga dieksplotasi dan mengalami praktik pelanggaran Hak Asasi Manusia di sebuah Kapal Tiongkok.

Sebuah video yang dipublikasikan media Korea Selatan memperlihatkan bagaimana jenazah anak buah kapal asal Indonesia dilarung ke laut.

Menurut laporan eksklusif stasiun televisi Korea Selatan, MBC, dugaan itu berasal dari laporan sejumlah anak buah kapal Warga Negara Indonesia yang bekerja di Kapal Ikan milik Tiongkok.

Mereka mengatakan diperlakukan dengan buruk, bekerja hingga 18 sampai 30 jam, dengan istirahat yang minim dan bayaran yang tidak sesuai dengan kontrak.

Menurut pengakuan 2 Warga Negara Indonesia yang dirahasiakan identitasnya, seorang rekan mereka meninggal karena sakit saat kapal sedang berlayar. Jasadnya dilempar di tengah laut dengan upacara seadanya.

Padahal dalam surat pernyataan, kapal harus merapat ke pelabuhan untuk menyerahkan jasad awak mereka yang meninggal dalam kondisi utuh atau dikremasi. Kapal merapat ke Pelabuhan Busan, Korea Selatan, pada 23 April lalu," tulis Channel YouTube KOMPASTV.

Berita serupa juga ditayangkan Channel YouTube milik stasiun televisi Tv One, tvOneNews pada 6 Mei 2020 lalu. Channel YouTube tvOneNews memberikan judul "GEGER! Jasad WNI ABK Kapal China Dibuang Ditengah Laut, Diduga Diperlakukan Tak Layak" pada video yang diunggahnya.

Gambar Tangkapan Layar Video dari Channel YouTube tvOneNews

"Jakarta, tvOnenews.com - Video pelarungan atau pembuangan mayat anak buah kapal atau ABK asal Indonesia dari kapal China yang dilaporkan oleh stasiun televisi Korea Selatan jadi viral. Pemerintah Indonesia langsung bergerak cepat untuk mendapatkan klarifikasi dan penjelasan mengenai kasus ini," tulis Channel YouTube tvOneNews.

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Klaim tentang tak ada satu media TV Indonesia yang menayangkan berita penyiksaan ABK di Kapal China ternyata tidak benar. Sejumlah media televisi di Indonesia menayangkan berita tentang peristiwa tersebut.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Video Terkini