Sukses

Cek Fakta: Ini Bukan Video Unjuk Rasa Menolak RUU HIP

Beredar video yang diklaim unjuk rasa menolak RUU HIP. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Video unjuk rasa ratusan orang beredar di media sosial. Video berdurasi 2 menit 45 detik itu diklaim sebagai demonstrasi masyarakat menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP).

Adalah akun Facebook Kadek Mulyawan yang mengunggah video tersebut pada 21 Juni 2020. Dalam video itu tampak massa aksi berkumpul di Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Mereka tampak membentangkan bendera ormas dan penolakan terhadap kebangkitan komunisme.

"Luput dari pantauan media

MONAS MENJADI LORENG oleh PEMUDA PANCASILA dan ORMAS ISLAM.

TOLAK & CABUT RUU HIP !!!," tulis akun Facebook Kadek Mulyawan.

Video yang disebarkan akun Facebook Kadek Mulyawan telah 7.800 kali dibagikan dan mendapat 498 komentar warganet.

 

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video unjuk rasa yang diklaim sebagai aksi menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Penelusuran dilakukan dengan mengunggah gambar tangkapan layar tersebut ke situs pencari Google Reverse Image dan Yandex. Namun tidak ditemukan video yang identik.

Liputan6.com kemudian menemukan bantahan dari warganet di kolom komentar akun Facebook Kadek Mulyawan. Video tersebut ternyata berasal dari Channel YouTube BBC News Indonesia bertajuk "Liberal = PKI, kata peserta demo anti-PKI". Video tersebut diunggah Channel YouTube BBC News Indonesia pada 3 Juni 2016.

Gambar Tangkapan Layar Video dari Channel YouTube BBC News Indonesia

"Sekitar 1.500 orang yang merupakan gabungan massa sedikitnya dari Front Pembela Islam, FKPPI, Pemuda Pancasila, Forum Umat Islam berjalan dari Masjid Istiqlal menuju Istana Negara untuk menggelar aksi menolak komunisme dan Partai Komunis Indonesia," tulis Channel YouTube BBC News Indonesia.

Liputan6.com kemudian menemukan artikel yang menjelaskan mengenai unjuk rasa tersebut. Adalah artikel berjudul "Massa Tolak PKI Unjuk Rasa di Depan Istana Presiden" yang diunggah situs detik.com pada 3 Juni 2016 lalu.

Jakarta - Massa peserta Apel Akbar sudah mulai bergerak menuju Istana Merdeka. Massa bergerak dari Masjid Istiqlal setelah sebelumnya merapatkan barisan di silang Monas

Apel Akbar ini merupakan aksi lanjutan setelah digelarnya Simposium Anti PKI yang telah digelar selama 2 hari di Balai Kartini. Dalam barisan massa dapat dilihat berbagai perangkat demo berupa spanduk, poster dan bendera-bendera dari berbagai organisasi seperti Front Pembela Islam (FPI), Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII), Forum Umat Islam (FUI), Forum Komunikasi Putera Puteri Purnawirawan Polri Indonesia (FKPPI) dan organisasi lainnya.

Ribuan orang yang ikut dalam barisan pun terdiri dari pria dan wanita dari beragam usia. Mereka bergerak menuju Istana Presiden sekitar pukul 14.20 WIB.

"Ayo, ayo Jokowi, selamatkan NKRI dari Rongrongan PKI," ucap barisan massa yang dipimpin dari mobil komando, Jumat (3/6/2016).

Sesekali mereka mengganti dan menambah yel-yel.

"Ayo, ayo Jokowi, selamatkan NKRI dari Rongrongan PKI. Biar kami hancur, biar binasa. Asal kan Islam berjaya untuk Indonesia," seru mereka bersama.

Massa kemudian tiba di lajur Jalan Medan Merdeka Barat. Aksi demonstrasi disampaikan secara bergantian. Sebagai pembuka, Letjen TNI Purn. Kiki Syahnakri menyampaikan dua pesan kepada para massa dan orator.

"Ada dua pesan saya, pertama, jaga ketertiban, kita bukan massa liar. Kita manusia demokratis yang berdasarkan negara ini yang berdasar pada Pancasila. Jangan provokasi petugas," ujar Kiki.

"Kedua, orasi jangan keluar dari tema perjuangan kita memperjuangkan Pancasila tanpa masuk kemana-mana termasuk politik praktis," ucapnya.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan Klaim

Video unjuk rasa yang diklaim sebagai aksi menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) ternyata tidak benar.

Video yang diunggah akun Facebook Kadek Mulyawan merupakan video unjuk rasa menolak kebangkitan komunisme pada 3 Juni 2016 silam. Ketika itu, pemerintah dan DPR belum membahas RUU HIP.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.