Sukses

Mereka Terpapar Virus Corona setelah Menganggap Covid-19 Hanya Kabar Hoaks

Kendati virus corona sudah menyebar ke seluruh pelosok dunia, masih saja ada orang yang menganggap wabah ini sebagai informasi hoaks.

Liputan6.com, Jakarta - Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah mencatat 19,8 juta orang di dunia terpapar virus corona covid-19. Di Indonesia saja sudah ada 125 ribu kasus hingga Senin (10/8/2020).

Kendati virus corona covid-19 sudah menyebar ke seluruh pelosok dunia, masih saja ada orang yang menganggap wabah ini sebagai informasi hoaks atau teori konspirasi. Seperti halnya Ruben Mata, seorang pelatih kebugaran di Stanton, California.

Di awal-awal pandemi virus corona covid-19, Maret lalu, dia tidak percaya dengan wabah tersebut dan memilih berkeliling dunia sebagai motivator. Namun, pada 13 Maret, dua minggu setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan situasi darurat akibat wabah, Ruben Mata dinyatakan positif covid-19.

Pria berusia 53 tahun itu harus dirawat selama lima hari. Bahkan, kondisinya sempat dinyatakan koma. Persentase hidupnya kala itu hanya 40 persen.

"Sebelumnya saya hanya berpikir kalau virus corona covid-19 hanya dibuat-buat," kata Ruben Mata yang kini sudah sembuh dari virus corona, dikutip dari NBC News.

"Pola pikir saya (tentang virus corona) covid-19 adalah hoaks ternyata sangat menakutkan ketika berada di rumah. Saya tidak mau ini sampai mengenai anggota keluarga. Ini nyata!" ujarnya menambahkan.

 

2 dari 4 halaman

Pertemuan Keluarga Menjadi Malapetaka

Ruben Mata tidak sendiri. Pada Juni lalu, Tony Green, pria berusia 43 tahun, mengadakan pertemuan keluarga di rumahanya yang berada di Dallas. Tony Green tidak percaya covid-19 dan mengabaikan instruksi pemerintah untuk menjaga jarak.

"Itu keluarga. Anda tahu kami sudah tidak bertemu beberapa bulan dan saat itu menjadi waktu yang tepat untuk berpelukan, peluk ibu. Tentu saja saya memeluknya," ucapnya.

Beberapa hari setelah pertemuan tersebut, tercatat sebanyak 14 keluarga Tony Green dinyatakan positif virus corona covid-19. Bahkan, neneknya sampai meninggal dunia. Green sendiri harus dirawat di rumah sakit karena virus corona covid-19 menyerang sistem saraf pusatnya.

"Sebenarnya saya ingin menyalahkan Donald Trump yang saya pilih di tahun 2016. Sebab, dia tidak sungguh-sungguh menerapkan protokol keseatan. Namun saya berpikir: 'akh sial, saya malah jatuh ke lubang penyakit, ini memalukan," ujarnya.

 

 

3 dari 4 halaman

Pemuda Sombong

David Vega, 27 tahun, pemuda asal Miami ini sangat sombong. Dia percaya tubuh kekar bisa membantunya terbebas dari virus corona covid-19. Dia pun memilih berjalan-jalan di kota, meski pemerintah AS sudah menutup semua fasilitas umum.

Bahkan, David Vega sempat menghadiri pesta di Italia. Akibatnya sangat fatal. Dia jatuh sakit dan harus diisolasi mandiri akibat virus corona yang menyerang tubuhnya di pertengahan bulan Maret. David Vega tercatat sebagai mahasiswa kedokteran.

"Itu merupakan sakit paling parah yang pernah saya alami," katanya yang kehilangan berat badan hingga 10 pon akibat virus corona covid-19.

Setelah terpapar virus corona covid-19, Vega akhirnya menyadari kalau meremehkan penyakit bisa berbahaya. "Saya mengira kuat. Namun tetap saja, saya seorang manusia biasa," ucap Vega.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Video Terkini