Sukses

Cek Fakta: Tidak Benar Ada Gambar Suku Adat China di Uang Rupiah Baru

Beredar postingan di media sosial soal desain mata uang Rupiah yang baru. Postingan itu banyak disebarkan sejak awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Beredar postingan di media sosial soal desain mata uang Rupiah yang baru. Postingan itu banyak disebarkan sejak awal pekan ini.

Salah satu yang mengunggahnya adalah akun bernama Agus Riyanto Al Jabbar. Dia mempostingnya pada Senin (17/8/2020).

Dalam postingannya dia memuat gambar mata uang Rupiah yang baru bernilai 75 ribu. Namun dalam gambar tersebut ada seorang anak yang dilingkari.

Postingan tersebut juga disertai dengan narasi: "Ada yg bisa menjelaskan...sejak kapan ya...suku adat China jadi bagian di indonesia"

Lalu benarkah ada gambar suku adat China di desain mata uang Rupiah yang baru?

 

 

2 dari 4 halaman

Penelusuran fakta:

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim tersebut dengan mengetik kata kunci "rupiah baru tiongkok" di mesin pencarian Google.

Hasilnya ada artikel dari cekfakta.com berjudul "[SALAH] Baju Adat Tiongkok China Dalam Gambar Pecahan Uang 75 Ribu Rupiah" yang tayang 17 Agustus 2020.

Isinya sebagai berikut:

"Berdasarkan penelusuran, klaim bahwa terdapat baju adat Tiongkok, China pada gambar pecahan uang 75 ribu rupiah adalah salah. Faktanya, Baju tersebut merupakan baju adat dari Suku Tidung, Kalimantan Utara.Salah satu akun facebook @/sejarahtidung turut mengunggah foto seorang anak yang memakai baju adat Suku Tidung dengan disandingkan foto uang pecahan 75 ribu rupiah.

Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan (Kalimantan Utara). Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia (negeri Sabah).

Suku Tidung sendiri memiliki identitas lain yang merujuk pada konteks budaya yaitu melalui pakaian adat. Pakaian adat yang terdiri Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin).

Proses rekonstruksi pakaian adat sebagai identitas etnis Suku Tidung Ulun Pagun menemukan momen yang tepat seiring dengan perubahan status Tarakan dari kota administratif menjadi kotamadya, dimana pakaian tersebut kemudian “diakui” sebagai pakaian daerah kota Tarakan. Pakaian Adat Suku Tidung sebagai identitas etnis dan sekaligus sebagai identitas daerah kota Tarakan."

Selain itu ada naskah dari turnbackhoax.id yang berjudul "[SALAH] Baju Adat Tiongkok China Dalam Gambar Uang Pecahan 75 Ribu Rupiah" yang tayang 17 Agustus 2020.

Berikut isinya:

"[NARASI]:

“PEMERINTAH SAAT INI BENARKAH ADA MENGELUARKAN UANG KERTAS BANK INDONESIA DENGAN NOMINAL PECAHAN UANG BERNILAI 75 RIBU dan ADA YANG TIDAK LAZIM KARENA DI UANG INI HANYA ADA BAJU ADAT THIONGKOK CHINA…KUMAHA TEH,KAMANA NYAK SILIWANGI…???”

[PENJELASAN]:

Akun facebook bernama Didid Gaung mengunggah foto uang baru pecahan 75 ribu rupiah edisi spesial kemerdekaan HUT RI yang ke 75. Dalam unggahannya, akun facebook itu mengklaim bahwa gambar pada bagian uang tersebut terdapat seorang anak yang mengenakan pakaian adat Thiongkok, China.

Berdasarkan penelusuran, klaim bahwa terdapat baju adat Tiongkok, China pada gambar pecahan uang 75 ribu rupiah adalah salah. Faktanya, Baju tersebut merupakan baju adat dari Suku Tidung, Kalimantan Utara.Salah satu akun facebook @/sejarahtidung turut mengunggah foto seorang anak yang memakai baju adat Suku Tidung dengan disandingkan foto uang pecahan 75 ribu rupiah.

Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan (Kalimantan Utara). Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia (negeri Sabah).

Suku Tidung sendiri memiliki identitas lain yang merujuk pada konteks budaya yaitu melalui pakaian adat. Pakaian adat yang terdiri Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin).

Proses rekonstruksi pakaian adat sebagai identitas etnis Suku Tidung Ulun Pagun menemukan momen yang tepat seiring dengan perubahan status Tarakan dari kota administratif menjadi kotamadya, dimana pakaian tersebut kemudian “diakui” sebagai pakaian daerah kota Tarakan. Pakaian Adat Suku Tidung sebagai identitas etnis dan sekaligus sebagai identitas daerah kota Tarakan."

Bank Indonesia sendiri sudah menjelaskan dalam websitenya, bi.go.id arti desain dalam uang baru pecahan 75 ribu tersebut.

Di bagian depan bermakna mensyukuri kemerdekaan yakni dengan adanya foto Proklamator Ir Soekarno dan Dr Mohammad Hatta. Lalu ada gambar pengibaran bendera proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dan pencapaian pembangunan Indonesia khususnya di bidang infrastruktur melalui gambar tol trans Jawa, jembatan Youtefa Papua, dan MRT Jakarta.

Sementara di bagian belakang ada dua makna yang diusung yakni menyongsong masa depan gemilang dan memperteguh kebinekaan.

Itu sebabnya ada gambar anak-anak menggunakan pakaian adat mewakili wilayah Barat, Tengah, dan Timur NKRI. Selain itu ada motif songket Sumatera Selatan, batik Kawung Jawa dan tenun Gringsing Bali yang menggambarkan keanggunan, kebaikan, dan kesucian.

Anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus SDM unggul yang siap mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Selain itu ada peta Indonesia Emas pada bola dunia yang melambangkan peran strategis Indonesia dalam ranah global. Satelit Merah Putih digambar bermakna sebagai jembatan komunikasi NKRI.

Selain itu artikel Liputan6.com berjudul "Gambar 9 Anak Berpakaian Adat di Uang Baru Pecahan Rp 75 Ribu, Mewakili Mana Saja?" yang tayang 17 Agustus 2020 juga membahas hal yang sama. Berikut isinya:

"Jakarta - Uang pecahan baru edisi khusus memperingati HUT ke-75 RI baru saja diluncurkan, Senin (17/8/2020). Peluncuran dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo secara virtual. Uang kertas bernominal pecahan Rp75.000 ini tidak diedarkan secara bebas.

Sri Mulyani berujar, terdapat 75 juta lembar uang spesial yang dicetak dan bisa didapatkan masyarakat untuk dijadikan koleksi. Dalam acara peluncuran "Peresmian Pengeluaran Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun Republik Indonesia" di akun media sosial resmi Bank Indonesia, uang baru ini diberikan secara simbolis kepada keluarga proklamator, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta, yang diwakili oleh Guntur Soekarno dan Mutia Hatta.

Uang ini memiliki tiga tema dan makna filosofi, yaitu mensyukuri kemerdekaan, memperteguh kebhinekaan, dan menyongsong masa depan gemilang.  Dari gambar yang beredar, tampak muka uang baru tersebut bergambar proklamator Republik Indonesia Soekarno-Hatta. Di bawah gambar proklamator tersebut terdapat gambar moda transportasi yang dibanggakan masyarakat Indonesia, yaitu MRT.

Lalu, ada dua pihak yang menandatangani uang baru tersebut yaitu Gubernur Bank Indonesia Perry Wajiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.  Sedangkan, tampak belakang uang ini adalah gambar deretan anak-anak yang memakai berbagai baju adat dari Sabang sampai Merauke.

Baju adat tersebut berasal dari sembilan provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Maluku, dan Papua.

Dilansir dari beragam sumber, pakaian adat khas Aceh adalah Ulee Balang. Biasanya, pakaian adat Ulee Balang ini hanya dipakai oleh para raja dan keluarga-keluarganya ketika acara sakral atau upacara adat. Terdiri dari dua versi, yang perempuan disebut Daro Baro, sedangkan pakaian untuk kaum lelaki seperti yang dikenakan anak di uang baru itu disebut Linto Baro. 

Sementara, busana adat Riau yang dikenakan sosok anak perempuan disebut Kebaya Laboh. Busana adat tersebut biasa dikenakan oleh masyarakat Melayu Riau.

Sedangkan, dari Jawa Tengah diwakili gambar anak mengenakan beskap. Sebutan resmi untuk busana adat dari Jawa Tengah adalah Jawi Jangkep, terdiri dari atasan yang berupa baju beskap yang biasanya memiliki motif bunga, dan bawahan berupa kain jarik yang dililitkan pada ikat pinggang yang tersedia. 

Lalu dari Kalimantan Barat diwakili gambar anak perempuan yang mengenakan busana adat khas suku Dayak yang disebut King Bibinge. Pakaian adat ini biasanya menggunakan bahan dasar dari kulit kayu kapuo yang diolah menjadi kain. Sebelum memakainya, para perempuan harus menggunakan stagen. Sementara, kain bawahannya biasanya dihiasi bermacam manik-manik, dan bulu burung enggang.

Dari Kalimantan Utara dikenal dengan pakaian adat yang disebut sapei sapaq untuk kaum laki-laki dan ta'a untuk kaum wanita. Pakaian ta'a terdiri dari semacam ikat kepala yang disebut da'a, dibuat dari pandan. Biasanya pakaian adat itu dikenakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah.

Namun, dalam uang baru, busana adat yang dikenakan gambar anak lelaki yang berada di tengah-tengah adalah busana adat khas suku Tidung. Pakaian adat warga suku beragaman Islam itu terdiri Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin).

Sementara dari Nusa Tenggara Timur (NTT) diwakili gambar anak perempuan yang mengenakan busana adat khas suku Rote. Hal itu terlihat dari hiasan kepala berbentuk seperti bulan sabit. Kaum wanita biasanya akan memakai baju kebaya yang pendek dan untuk bagian bawahnya menggunakan kain tenun. 

Lalu dari Gorontalo diwakili oleh anak lelaki yang mengenakan busana adat yang disebut Makuta. Jenis baju adat yang satu ini tidak boleh digunakan untuk acara sembarangan. Penduduk setempat hanya menggunakan pakaian tradisional khas Gorontalo untuk beberapa acara adat atau sakral saja.

Kemudian, dari Maluku diwakili gambar anak perempuan yang mengenakan Baju Cele. Baju adat khas Maluku yang memiliki corak dengan ciri-ciri kotak kecil. Corak tersebut berbentuk geometris yang mana bergaris-garis lurus.

Terakhir, ada Papua yang diwakili dengan gambar anak lelaki yang berada paling kanan. Pakaian adat lelaki Papua dikenal dengan sebutan koteka, serta hiasan di kepala berupa rumbai-rumbai yang bentuknya seperti mahkota.

Di halaman belakang tersebut, juga terdapat motif tenun nusantara, antara lain gringsing Bali, Batik Kalong Jawa, dan Songket Sumatera Selatan yang menggambarkan kebaikan, keagungan, dan kesucian. Halaman belakang uang pecahan baru ini juga melambangkan filosofi menyongsong masa depan gemilang pada era digital dengan satelit merah putih sebagai jembatan komunikasi NKRI."

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Kesimpulan:

Klaim yang menyebut ada gambar suku adat China di mata uang Rupiah yang baru adalah tidak benar. Gambar yang dimaksud merupakan pakaian dari Suku Tidung, Kalimantan Utara.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Video Terkini