Sukses

Cek Fakta: Hoaks Dokumen WHO Tidak Anjurkan Penggunaan Masker Selama Pandemi Virus Corona Covid-19

Faktanya, pada 5 Juni 2020, WHO merekomendasikan pemerintah di dunia untuk mendorong rakyatnya menggunakan masker selama pandemi virus corona covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Di media sosial Facebook, ada sebuah gambar berupa dokumen yang menunjukkan kalau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menganjurkan penggunaan masker selama pandemi virus corona covid-19.

Dengan data dari CrowdTangle, fitur insight publik yang dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Tim Cek Fakta Liputan6.com menemukan satu akun di Facebook yang menyebut WHO tidak menganjurkan penggunaan masker selama pandemi virus corona covid-19. Akun yang mengunggah itu adalah Knowledge is Power.

Begini narasi yang diunggahnya untuk foto dokumen WHO tidak menganjurkan penggunaan masker selama pandemi virus corona covid-19:

 

"Apakah WHO merekomendasikan untuk memakai masker di tempat umum? Jawabannya sangat sederhana, tidak, tidak."

Lalu, benarkah foto dokumen WHO tidak menganjurkan penggunaan masker selama pandemi virus corona benar-benar asli?

 

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Tim menemukan sebuah artikel dari AFP yang berjudul: 'Fake WHO document shared in anti-mask posts'. Artikel itu sudah dipublikasikan pada 20 Agustus 2020.

Dalam artikel tersebut, AFP mengambil pernyataan dari juru bicara WHO Margaret Harris, yang menjelaskan kalau dokumen yang beredar di media sosial tersebut palsu.

"Ini bukan dokumen WHO. Siapapun yang membuatnya sudah menampilkan materi di luar konteks dari beberapa dokumen WHO," ucap Margaret Harris.

Dalam foto tersebut, ada perkataan Dr Roger Chou, Profesor Informatika Medis dan Epidemiologi Klinis, di Oregon Health & Science University, yang mengatakan kalau pemakaian masker secara universal tidak ada bukti pencegahan selama pandemi virus corona covid-19.

Namun faktanya, klaim itu merupakan kutipan untuk studi Dr Roger Chou di tahun 2012. Ketika itu dia membahas penggunaan tentang: "Masker wajah, kebersihan tangan, dan influenza di antara anak-anak remaja: uji coba intervensi secara acak".

Penelitian itu dilakukan selama musim influenza di tahun 2007 hingga 2008, bukan soal pandemi virus corona covid-19. Dalam penelitiannya, Dr Roger Chou menemukan kalau siswa yang memakai masker wajah dan mempraktikan kebersihan tangan bisa mengurangi tingkat penyakit yang mirip influenza.

Namun penelitian Dr Chou malah dipermainkan dalam dokumen palsu WHO. Dokumen palsu itu malah menyebut tindakan non-farmasi tidak direkomendasikan untuk mencegah virus corona.

Klaim kedua dalam dokumen palsu WHO itu menyebut: "Petugas kesehatan yang menggunakan masker kain memiliki risiko lebih tinggi terkena covid-19 ketimbang yang memakai masker medis".

Klaim itu sebenarnya merupakan kitupan studi yang dilakukan oleh Erin Silverman, Koordinator Riset Klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Florida, di tahun 2015. Ketika itu dia melakukan studi dengan judul: "Uji coba acak dengan kelompok masker kain dibandingan dengan masker medis pada petugas kesehatan".

Studi tersebut menemukan kalau pekerja yang menggunakan masker kain memiliki tingkat infeksi virus influenza lebih tinggi, tetapi penulis stuid masih menegaskan perlunya perlindungan. Studi ini dilakukan untuk influenza, bukan virus corona covid-19.

Sementara itu, pada 5 Juni 2020, WHO, dalam situs resminya, merekomendasikan pemerintah di dunia untuk mendorong rakyatnya menggunakan masker selama pandemi virus corona covid-19.

"Berdasarkan bukti yang berkembang, WHO menyarankan bahwa pemerintah harus mendorong masyarakat umum untuk memakai masker di mana ada penularan yang meluas dan jarak fisik sulit dilakukan," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Informasi yang memaparkan dokumen WHO tidak menyarankan penggunaan masker selama pandemi virus corona adalah salah. Faktanya, sejak 5 Juni 2020, WHO merekomendasikan pemerintah di dunia untuk mendorong rakyatnya menggunakan masker selama pandemi virus corona covid-19.

Dokumen WHO yang beredar di Facebook adalah palsu. Banyak penelitian dalam dokumen tersebut yang salah diartikan.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Video Terkini