Liputan6.com, Jakarta - Hoaks soal kesehatan terutama covid-19 masih menjadi yang terbanyak dilaporkan pada Dinas Bidang Informasi Publik, Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi DKI Jakarta melalui akun @jalahoaks pada bulan Agustus 2020.
Tercatat ada 17 hoaks kesehatan yang viral dan beredar di media sosial bulan lalu.
Baca Juga
Sementara laporan hoaks lain yang juga terbanyak dilaporkan adalah soal politik. Tercatat hoaks soal politik pada bulan lalu mencapai 12 laporan.
Advertisement
Sedangkan laporan hoaks lain seperti agama dan pendidikan tercatat empat laporan. Total ada 53 aduan yang berhasil diklarifikasi oleh tim @jalahoaks.
Lalu apa saja hoaks kesehatan yang menjadi sorotan dari laporan @jalahoaks. Berikut ulasannya:
Â
1. Cek Fakta: Tidak Benar RS Fatmawati Tutup karena Karyawannya Banyak Terpapar Covid-19
Beredar di media sosial postingan terkait penutupan layanan RS Fatmawati. Postingan ini ramai dibagikan sejak akhir pekan kemarin.
Salah satu yang membagikannya adalah akun Roshana Ocha pada Senin (31/8/2020) di Facebook. Sejauh ini postingan tersebut sudah mendapat 19 komentar dan 4 kali dibagikan.
Dalam postingannya terdapat foto yang bertuliskan: "Mohon maaf, saat ini RS Fatmawati tidak menerima pasien karena petugas IGD RSF banyak yg terpapar covid jadi pelayanan tutup."
Lalu dalam postingan tersebut dia menambahkan narasi:
"Info valid dari temen di RS Fatmawati....Ya Allah apa ini sudah masuk gelombang kedua puncak covid, dokter yang meninggal di Indonesia udah 100orang...
Stay save ya Mak... Jangan keluar rumah untuk hal yang kurang penting, kita lindungi diri dan keluarga dari penularan virus ini..Semoga pandemi segera berakhir"
Lalu benarkah RS Fatmawati menutup pelayanannya karena banyak petugasnya yang terpapar covid-19? Simak artikel lengkapnya dalam link berikut ini...
Advertisement
2. Cek Fakta: Tidak Benar Pesan Berantai Terkait Penanganan Pasien Stroke di RS PON
Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp terkait penanganan pada pasien stroke dari RS Pusat Otak Nasional (RS PON). Dalam pesan tersebut disebutkan ampuhnya penggunaan obat trombolisis asalkan tidak terlambat diberikan.
Berikut isi dalam pesan berantai tersebut yang ramai dibagikan sejak dua tahun lalu. Selain itu dalam pesan berantai tersebut juga disertakan link berita dari Detik.com berjudul "Jadi Rujukan Utama Stroke, Penanganan di RS PON Dimulai Sejak Pasien Menelepon".
"Sebagai info saja buat semua anggota group, apabila ada teman, kenalan atau keluarga terserang stroke, segera dibawa ke RS. Ada obat berupa cairan yang dimasukkan ke dalam tubuh (infus) namanya Trombolisis. Fungsinya "menjebol" blokade di bagian pembuluh darah yang tersumbat. Catatan penting: obat ini harus masuk ke dalam tubuh pasien maksimal 4 jam setelah kejadian (diatas 4 jam metode ini tidak bisa digunakan lagi).
Salah satu RS yang bisa menangani ini adalah RS Pusat Otak Nasional (RSPON) di Cawang (persis sebelah BNN - Badan Narkotika Nasional). Fasilitas di sana sangat lengkap dan menerima pasien BPJS. RSPON adalah RS milik Pemerintah, bukan swasta.
Contoh kasus yang terjadi: seorang pasien terkena stroke. Tangan kiri tidak dapat digerakkan. Pasien tiba di RSPON dini hari sekitar pukul 5 subuh. Setelah ditrombolisis pukul 8 sudah mulai dapat menggerakkan tangan kembali, setelah dirawat inap beberapa hari pasien sudah boleh pulang ke rumah dengan kondisi normal.
Ingat, cairan trombolisis bisa digunakan HANYA maksimal 4 jam setelah kejadian/serangan stroke, tingkat keberhasilan trombolisis ini diatas 95%. Sangat bagus dibanding pasien harus menderita lumpuh berbulan-bulan dengan pemulihan yang jauh lebih lama, dan jauh lebih mahal.
Informasi ini didapat dari bagian stroke di RSPON. Silahkan informasi ini dishare biar banyak orang terselamatkan, jangan panik segera antar ke RSPON. JANGAN DIHAPUS INFO INI PENTING."
Lalu benarkah isi dalam pesan berantai tersebut terkait penanganan pasien stroke dari RS PON? Simak artikel lengkapnya dalam link berikut ini...
3. Cek Fakta: Tidak Benar Pemprov DKI Jakarta Adakan Razia Masker pada Tanggal Tertentu
Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp pesan berantai soal razia masker di DKI Jakarta. Pesan itu ramai dibagikan sejak pekan lalu.
Dalam pesan tersebut berisi narasi sebagai berikut:
"Tolong ingatkan 15-19 Agustus akan ada razia masker besar-besaran di DKI. Bukan hanya di jalan besar tapi sampai ke gang-gang. Ingatkan saudara, nyak, babe, encang encing, cucu ponakan. Untuk selalu pakai masker kalau keluar rumah."
Lalu benarkah pesan berantai soal razia masker di DKI Jakarta tersebut? Simak artikel lengkapnya dalam link berikut ini...
Advertisement
4. Wagub Riza Patria Bantah DKI Jakarta Zona Hitam Covid-19
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan seluruh wilayah Ibu Kota tidak masuk dalam zona hitam virus corona atau Covid-19.
"Tidak ada zona hitam," kata Riza saat dihubungi, Rabu (12/8/2020).
Dia tidak membantah bila kasus positif terkait virus Covid-19 memang tinggi. Hal tersebut kata Riza disebabkan masifnya testing ke masyarakat.
"Luar biasa testing kita, jumlahnya bisa 5.000 hingga 10.000 per harinya. Sudah jauh di atas 55.000 lebih (per pekan)," ucapnya. Simak artikel lengkapnya dalam link berikut ini...
5. Cek Fakta: Hoaks Imbauan Camat soal PSBB DKI Jakarta
Beredar pesan berantai di aplikasi percakapan Whatsapp soal imbauan camat di DKI Jakarta. Imbauan tersebut terkait PSBB DKI Jakarta karena pandemi virus corona covid-19.
Pesan berantai tersebut ramai dibagikan bulan lalu. Berikut isinya:
"Mohon Izin Pimpinan untuk menyampaikan amanat....
Saya, Camat di DKI Jakarta dengan ini menghimbau kepada seluruh masyarakat , melalui Para Lurah
Kepada masyarakat, saya minta dengan tegas, untuk menunda setiap rencana kegiatan yg mengumpulnya massa banyak seperti : Hajatan , Arisan, Perayaan Keagamaan, Dll, serta membubarkan diri setiap kumpulan/tongkrongan di mana pun berada (tongkrongan anak2 dan kebiasan nongkrong remaja di warung2)
Karena kondisi negara kita, terlebih Provinsi DKI Jakarta, jumlah korban positif Corona terus meningkat sangat cepat. Agar menjadi perhatian kita semua.
Sekarang fasilitas kesehatan sudah tidak lagi mampu menampung para penderita yang positif.
Terlebih jumlah petugas kesehatan yg berada di garda terdepan dan paling beresiko terpapar juga sangat terbatas. Jika masih berkumpul yg tidak perlu, sangat rentan terjadinya penularan.
Ketika sudah menjadi positif, kemana lagi kita akan diobati? Karena fasilitas kesehatan dan tenaga medis saat ini sudah sangat terbatas.
Sekali lagi saya minta kepada Lurah dan jajaran, RW, RT, LMK, FKDM, 3 Pilar, Tokoh Masyarakat, Jumantik, para kader semuanya, juga kepada Para DKM Mesjid2, Musholla2, dan tempat ibadah lainnya, untuk berpartisipasi aktif mengikuti seruan Gubernur Provinsi DKI Jakarta dlm upaya memutus mata rantai penyebaran COVID- 19.
Sampaikan kepada seluruh masyarakat kita untuk Tetap Dirumah dan Tidak Kumpul-kumpul. Yang punya anak pelajar. agar distresing, libur bukan liburan. Tapi libur untuk mengamankan dari kemungkinan terpapar Virus Corona
Pada semuanya, saya minta kesadaran yang tinggi.
Ingat pesan pak Gubernur Bapak Anies Rasyid Baswedan JIKA ANDA INGIN MENJADI PAHLAWAN SAAT INILAH DENGAN DIAM DIRUMAH DAN BERAKTIFITAS DIRUMAH TIDAK PERLU HARUS BERTEMPUR SEPERTI PEJUANG DULU YANG MENGORBANKAN JIWA DAN RAGA SERTA HARTA. CUKUP BERADA DI RUMAH MAKA ANDA SAAT INI MENJADI PAHLAWAN
Saya sangat peduli kepada masyarakat, agar jangan sampai jumlah korban COVID- 19 makin meningkat.
Hari ini Beberapa wilayah Kecamatan, sudah ada kelurahan yg masuk ZONA MERAH Oleh karena itu, semua harus ikut bertanggung jawab untuk menyelamatkan saudara-saudara kita
Demikian, atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.Camat DKI Jakarta"
Lalu benarkah ada imbauan camat di DKI Jakarta terkait PSBB? Simak artikel lengkapnya dalam link berikut ini...
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.