Liputan6.com, Jakarta - Sebuah rekaman suara berisi pernyataan seseorang yang memprediksi gempa akibat letusan Gunung Anak Krakatau dalam waktu dekat beredar di media sosial. Rekaman ini beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp pada 29 September 2020.
Dalam rekaman itu, seorang pria yang mengaku bernama Andre memprediksi akan ada gempa akibat letusan Gunung Anak Krakatau. Ia mengaku informasi itu didapat dari Sekda Provinsi Banten dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Baca Juga
"Saudaraku ini Andre, saya baru dapat kabar dari Sekda Provinsi, beliau dapat data resmi dari BMKG yang memperkirakaan kalau Gunung Krakatau akan ada letusan yang mengakibatkan gempa dalam waktu dekat. Belum tahu apakah hari ini atau dalam beberapa hari ke depan. Besarnya gempa itu di atas 8 skala richter," ucap seseorang dalam rekaman tersebut.
Advertisement
Si pria tersebut kemudian meminta informasi soal potensi gempa akibat letusan Gunung Anak Krakatau ditindaklanjuti.
"Artinya keluarga-keluarga kita yang ada di sekitaran pantai mohon diingatkan. Karena sekarang ini Sekda sudah memerintahkan instansi terkait, Badan Penanggulangan Bencana untuk menentunkan titik koordinat untuk penyelamatan jadi tolong disampaikan ke keluarga," lanjut dia.
Benarkah rekaman suara tersebut berisi informasi valid soal gempa? Berikut penelusurannya Cek Fakta Liputan6.com.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri rekaman suara berisi pernyataan seseorang yang memprediksi gempa akibat letusan Gunung Anak Krakatau yang beredar di media sosial. Penelusuran dilakukan dengan menghubungi Kepala Dinas Kominfo Provinsi Banten, Eneng Nurcahyati.
Dalam keterangan tertulisnya, Eneng menegaskan rekaman hoaks ancaman tsunami akibat letusan Gunung Krakatau yang kini beredar di masyarakat adalah hoaks.
"Rekaman itu pernah beredar usai terjadi tsunami Selat Sunda di akhir tahun 2018. Tsunami akibat longsor Gunung Krakatau yang menerjang pesisir pantai barat Provinsi Banten di sebagian wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak," kata Eneng, Selasa (30/9/2020).
Menurut Eneng, rekaman itu tidak berdasarkan pada sumber yang jelas. Hanya menyebut BMKG dan setda provinsi.
Ia menjelaskan, pada umumnya letusan gunung berapi tidak datang tiba-tiba. Akan tetapi diawali dengan aktivitas vulkanik gunung berapi yang meningkat dengan ditandai oleh gempa vulkanik, guguran lava, hingga semburan debu vulkanik dan suara gemuruh.
"Pada situasi seperti saat itu, pihak BMKG biasanya sudah aktif memperingatkan semua pihak terkait. Termasuk kepada masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi," tutur Eneng.
"Semoga masyarakat tidak mudah percaya dengan informasi yang tidak jelas sumber dan kebenarannya alias hoaks," tambahnya.
Advertisement
Kesimpulan
Rekaman suara berisi pernyataan seseorang yang memprediksi gempa akibat letusan Gunung Anak Krakatau beredar di media sosial ternyata tidak benar alias hoaks.
Kepala Dinas Kominfo Provinsi Banten, Eneng Nurcahyati menyebut rekaman itu pernah beredar usai terjadi tsunami Selat Sunda pada akhir 2018 lalu.
(Yandhi Deslatama)
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement