Sukses

Cek Fakta: Shark Allies Bantah Sarankan Bunuh 500 Ribu Hiu untuk Buat Vaksin Covid-19

Disebutkan oleh netizen, Shark Allies menyarankan membunuh lebih dari 500 ribu hiu untuk menciptakan vaksin covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Seluruh peneliti di dunia sedang berlomba menciptakan vaksin virus corona covid-19. Wabah yang pertama kali muncul di Wuhan, China, Desember 2019 itu sudah membuat lebih dari satu juta orang di dunia meninggal dunia.

Ketika vaksin covid-19 belum ditemukan, Cek Fakta Liputan6.com menemukan postingan yang mengejutkan di Twitter. Saat ini, netizen sedang ramai membicarakan tentang ide organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk konservasi hiu, Shark Allies.

Disebutkan oleh netizen, Shark Allies menyarankan membunuh lebih dari 500 ribu hiu untuk menciptakan vaksin covid-19. Salah satu akun Twitter yang membahas ini adalah @cicodog dengan narasi sebagai berikut:

"Mengimunisasi semua orang di dunia dengan satu dosis vaksin covid-19 yang mengandung squalene akan membutuhkan sekitar 250.00 hiu. Ini berlipat ganda menjadi setengah juta jika diperlukan 2 dosis, eperti yang dikatakan para peneliti. Kelompok Shark Allies yang berbasis di California menyarankan hal itu."

Lalu, benarkah Shark Allies yang merupakan organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk konservasi hiu dan pari, menyarankan membunuh 500 ribu hiu untuk menciptakan vaksin covid-19?

 

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kebenaran informasi tersebut dengan mesin pencari Google. Hasil penelusuran mengarahkan ke artikel di Snopes dengan judul: "Will Over Half A Million Sharks Be Killed for COVID-19 Vaccine?", yang dipublikasikan pada 9 Oktober 2020.

Artikel itu mengambil bantahan dari Pendiri dan Direktur Eksekutif Shark Allies, Stefanie Brendl, yang membantah isu tersebut. Brendl malah menyebut ada kesalahpahaman besar dari berita yang sudah dibelokkan.

"Kami tidak mengklaim perusahaan vaksin atau nelayan bakal keluar untuk membunuh 500 ribu hiu agar memenuhi permintaan vaksin," katanya.

Brendl menyebut, angka itu (500 ribu), pertama kali diterbitkan di The Daily Telegraph. Kemudian diambil oleh beberapa media yang disalahartikan dan menyebabkan berita menyesatkan.

Sementara Josh Soll, seorang peneliti untuk Shark Allies, mengatakan, penelitiannya menggunakan jumlah squalene yang disipakan dalam adjuvan untuk memperkirakan hiu yang dibutuhkan untuk permintaan vaksin covid-19. Ini berdasarkan populasi manusia.

Untuk sampai pada kesimpulannya, Soll mengatakan, dia beralih ke temuan yang dipublikasikan dalam menemukan jumlah squalen hiu di beberapa adjuvan vaksin, serta informasi tentang berapa banyak hiu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu metrik ton squalene.

"Penelitian sebelumnya yang menguji bahan pembantu berbasis shark squalene untuk penyakit seperti influenza dan virus corona masa lalu, seperti SARS dan Mers memberikan informasi tentang jumlah squalene yang digunakan dalam satu dosis adjuvan, yang merupakan komponen dari beberapa vaksin," katanya.

Untuk diketahui squalene digunakan sebagai adjuvan, bahan khusus yang dipakai untuk vaksis supaya memperoleh respons kekebalan yang lebih kuat agar terlindung dari penyakit. Cadangan squalane terbesar dimiliki hiu laut dalam yang hidup di kedalaman hingga 5.000 kaki.

Adjuvan yang mengandung squalene, terutama dua yang dikenal sebagai MF59 dan AS03, semakin banyak digunakan sebagai adjuvan imunologi dalam beberapa vaksin, termasuk pandemi flu novel influenza A (H1N1) 2009 dan vaksin flu musiman FLUAD dan Chiron sejak 1997. Faktanya, lebih banyak lagi dari 22 juta dosis vaksin flu yang mengandung squalene telah diberikan secara global, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO mencatat bahwa AS03 dan MF59, dua bahan pembantu yang paling umum dibuat dari squalene hiu, masing-masing membutuhkan 10,68 dan 9,75 miligram squalene per dosis. Berdasarkan perkiraan ini, Soll menentukan bahwa antara 2.500 dan 3.000 hiu akan dibutuhkan untuk menghasilkan 1 metrik ton bahan pembantu berbasis squalene.

Dengan informasi ini, Soll memperkirakan bahwa satu putaran vaksinasi covid-19 berbasis squalene yang diberikan kepada populasi manusia global akan setara dengan pemanenan sekitar 450.000 dan 580.000 hiu.

Namun, angka itu tidak memperhitungkan variabel dan asumsi yang dibuat oleh penelitian. Tidak hanya tidak mungkin setiap orang di dunia akan membutuhkan vaksin covid-19, tetapi dosis dan jadwal administrasi yang tepat tidak diketahui.

"Kami tidak tahu berapa banyak lagi virus corona yang harus kami tangani di masa mendatang. Angka itu (500 ribu) tidak mencerminkan berapa tahun kita akan diberikan vaksin covid-19. Jadi, mengatakan 500 ribu hiu akan mati hanya karena vaksin merupakan pernyataan yang licik," ujar Direktur Eksekutif Shark Allies, Stefanie Brendl.

Hasil penelusuran Google juga mengarahkan ke artikel dengan judul: "A Coronavirus Vaccine Could Kill Half A Million Sharks, Conservationists Warn." Artikel itu dipublikasikan NPR pada 10 Oktober 2020.

Artikel ini juga mengambil pernyataan dari Direktur Eksekutif Shark Allies, Stefanie Brendl. Dalam artikel tersebut, dia memberikan prediksi bakal ada 500 ribu hiu terbunuh untuk menciptakan vaksin covid-19.

Dia juga memperkirakan, setiap tahunnya, ada 2,7 juta hiu dibunuh untuk mendapatkan sualene demi membuat alat kecantikan. Artikel itu tidak menyebut Shark Allies menyarankan membunuh 500 ribu hiu untuk menciptakan vaksin covid-19.

Brendl malah meminta para peneliti menghentikan perburuan hewan liar untuk kepentingan manusia. "Kami mulai mencari alternatif, karena dalam jangka panjang, kami tidak dapat mengandalkan sumber daya hewan liar untuk kebutuhan global apapun," ujarnya.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Informasi yang menyebut Shark Allies menyarankan bunuh 500 ribu hiu untuk menciptakan vaksin covid-19 adalah salah. Faktanya, Direktur Eksekutif Shark Allies, Stefanie Brendl menyebut angka 500 ribu sudah salah diartikan. Menurutnya, angka itu adalah prediksi tentang ada 500 ribu hiu terbunuh untuk menciptakan vaksin covid-19.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.