Sukses

Cek Fakta: Tidak Benar Muncul Virus Baru di China Setelah Covid-19

Akun Facebook atas nama Opo Sisi mengunggah narasi yang menyebut muncul virus baru di China pada 10 Agustus 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Cek Fakta Liputan6.com menemukan postingan yang mengejutkan di Facebook dan Twitter. Netizen menyebut ada virus baru yang muncul di China, meski pandemi virus corona covid-19 belum berakhir.

Akun Facebook atas nama Opo Sisi mengunggah narasi yang menyebut muncul virus baru di China pada 10 Agustus 2020. Narasi yang dibuatnya, yakni sebagai berikut:

"Setelah Corona Virus muncul 1 lagi virus baru di Cina.

Infeksi virus baru tiba-tiba muncul lagi di cina yang disebabkan oleh gigitan kutu dan menular dari orang ke orang.________________

Apakah ini semua akibat manusia yang sudah jauh menyimpang dari kaidah hidup yang seharusnya.

Dibuatnya penyakit. Dijualnya alat kesehatan, vaksin dan obat-obatan.

Mungkin setan juga tidak begitu-begitu amat cara cari hartanya keles."

Kemudian, postingan soal virus baru di China juga ditemukan di akun Twitter @wikaseno. Berikut ini narasinya:

"Dilansir Times of India, virus yang ditularkan melalui gigitan kutu ini telah diidentifikasi sebagai demam parah dengan sindrom trombositopenia, atau disingkat virus SFTS."

Lalu, benarkah ada virus baru di China yang ditularkan melalui gigitan kutu ini telah diidentifikasi sebagai demam parah dengan sindrom trombositopenia, atau disingkat virus SFTS?

 

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri informasi itu menggunakan mesin pencari, Google dengan kata kunci: "New virus in China". Hasil penelusuran mengarahkan ke situs AFP dengan judul: "Online articles claiming a ‘new virus’ was spreading in China in September 2020 lack important context," yang dipublikasikan pada 9 Oktober 2020.

Dalam artikelnya, AFP meminta penjelasan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka berdiskusi tentang informasi dari netizen itu melalui surat elektronik, email. Hasil percakapan itu menyebut WHO membantah adanya virus baru yang diidentifikasi sebagai demam parah dengan sindrom trombositopenia.

"Demam parah dengan sindrom trombositopenia (SFTS) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, dan pertama kali dilaporkan di China pada 2009. Sejak itu, infeksi dilaporkan di China dan tempat lain di Asia Timur selama dekade terakhir," kata juru bicara WHO.

Bantahan juga dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melalui website resmi mereka. Mereka menyebut SFTS bukanlah penyakit baru yang ditemukan di tengah pandemi covid-19.

"Demam parah dengan sindrom trombositopenia (SFTS) adalah infeksi tickborne yang disebabkan oleh virus SFTS (SFTSV, juga dikenal sebagai Huaiyangshan banyangvirus). Virus ini diidentifikasi di China pada 2009 dan kemudian di Korea Selatan, Jepang, dan Vietnam. Sejak itu, jumlah kasus SFTS di Asia Timur meningkat pesat," begitu bunyi penjelasan CDC.

CDC juga melaporkan tentang prevalensi kasus SFTS di Korea Selatan terjadi pada 2016 hingga 2018. Virus ini juga terjadi di Jepang pada 2013 hingga 2017.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Informasi yang menyebut ditemukannya virus baru di China yang ditularkan melalui gigitan kutu telah diidentifikasi sebagai demam parah dengan sindrom trombositopenia, atau disingkat virus SFTS adalah salah.

Faktanya, virus SFTS ini pertama kali ada di China pada 2009. Kasus ini meningkat pesat di kawasan Asia Timur setelah pertama kali ditemukan.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.