Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah kabar hoaks masih beredar di media sosial selama sepekan terakhir. Beberapa di antaranya menyebar dalam bentuk video.
Misalnya saja video yang diklaim 500 ribu warga Austria masuk Islam. Video ini berdurasi 8 menit dan satu detik diunggah oleh akun Facebook, Pondok Islami.
Baca Juga
Dalam video tersebut tampak ratusan wara terlihat memenuhi jalanan sebuah kota. Mereka tampak berdiri sambil membawa sejumlah poster.
Advertisement
Terdapat juga sebuah narasi dalam video tersebut:
"500 ribu qarga Austria antri masuk Islam."
Sejak diunggah ke media sosial Facebook pada 6 Oktober 2020, video tersebut sudah disaksikan sebanyak 1.159 kali dan mendapat 13 like dari warganet.
Namun setelah ditelusuri, video yang diklaim 500 ribu warga Austria antre masuk Islam adalah salah. Faktanya, video itu menggambarkan protes 3.000 warga Austria soal Undang-Undang yang melarang penggunaan jilbab dan cadar di tempat umum pada tahun 2017.
Selain video yang diklaim 500 ribu warga Austria masuk Islam, ada beberapa video hoaks lainnya yang telah ditelusuri Cek Fakta Liputan6.com selama sepekan. Berikut rangkumannya.
Simak video pilihan berikut ini:
Video Apel Pasukan Brimob untuk Halau Demo UU Omnibus Law Cipta Kerja
Video yang diklaim apel pasukan Brimob Polri untuk menghalau demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja beredar di media sosial. Video tersebut diunggah akun Facebook Dilla Raya pada 12 Oktober 2020.
Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik itu, tampak pasukan Brimob dengan seragam hitam berbaris di lapangan. Pasukan Brimob tersebut juga terlihat menggaungkan yel-yel.
Video itu kemudian dikaitkan dengan apel pasukan Brimob untuk menghalau demonstrasi menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja.
"Persiapan untuk menghalau demo ga jelas kelompok perusuh besok...," tulis akun Facebook Dilla Raya.
Setelah ditelusuri, video apel pasukan yang diklaim untuk menghalau demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja ternyata tidak benar.
Video tersebut merupakan apel HUT Bhayangkara ke 71 di Monas dan tidak ada kaitannya dengan persiapan menghalau demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja.
Advertisement
Video Rombongan FPI Bermotor Saat Demonstrasi 13 Oktober 2020
Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video rombongan FPI bermotor saat demonstrasi 13 Oktober 2020.
Klaim video rombongan FPI bermotor saat demonstrasi 13 Oktober 2020 dimuat akun Facebook Allea Muraya, pada 13 Oktober 2020.
Video yang beredar menanyangkan sejumlah orang mengenakan peci dan baju putih mengendarai sepeda motor di area bundarahan Tugu Selamat Datang, Jakarta.
Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
"SELASA, 13 OKTOBER 2020
SITUASI TERKINI DI BUNDARAN HI JAKARTA
ORMAS eFPi SUDAH BANYAK YANG BERDATANGAN..
.ALLAHU AKBAR ☝️
Setelah ditelusuri, klaim video rombongan FPI bermotor saat demonstrasi 13 Oktober 2020 tidak benar.
Video tersebut beredar sebelum 13 Oktober 2020, peristiwa yang terjadi dalam video tersebut adalah ratusan pengendara motor yang mengenakan pakaian serba putih, sorban, dan peci berwarna putih yang bergerak menuju gedung KPU, Rabu (22/5/2019).
Video Wakapolri Tak Ada Kaitannya dengan Demo Tolak UU Omnibus Law
Video berisi pernyataan Wakapolri Komjen Syafruddin yang meminta media merekam aksi polisi di jalan beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan akun Facebok Nico Permana pada 9 Oktober 2020.
Dalam video berdurasi 30 detik itu, Wakapolri Komjen Syafruddin meminta media merekam aksi polisi. Syafruddin mengatakan ia akan memberikan sanksi pemecatan jika ada anggotanya yang melakukan kesalahan.
Akun Facebook Nico Pramana kemudian mengaitkan pernyataan Wakapolri dengan aksi pemukulan yang dilakukan polisi terhadap pengunjuk rasa saat demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja.
"Pak kalau aksi demo mahasiswa dan buruh yang kemarin di pukulin polisi di pecat ga pak anak buah nya…," tulis akun Facebook Nico Permana.
Setelah ditelusuri, video pernyataan Wakapolri Komjen Syafruddin diklaim berkomentar soal aksi pemukulan yang dilakukan polisi terhadap pengunjuk rasa saat demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja ternyata tidak benar.
Pernyataan Wakapolri Komjen Syafruddin dalam video itu diucapkan pada Mei 2018 lalu dan tidak ada kaitannya dengan demonstrasi penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja.
Advertisement
Video Mobil Pick Up Tabrak Polisi Saat Demo Tolak Omnibus Law
Sebuah video mobil pick menabrak kerumunan polisi yang diklaim saat unjuk rasa menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan akun Facebook Publik RI pada 9 Oktober 2020.
Video berdurasi 4 menit 19 detik memperlihatkan kerumunan polisi ditabrak pendemo menggunakan mobil pick up. Video tersebut kemudian dikaitkan dengan aksi demonstrasi penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja.
"Mahasiswa nekat tabrak kerumunan polisi pakai pick Up.....klo udah gini gak tau siapa yg benar atau salah. Ramaikan dan Bagikan ser
#tolakomnibuslaw
#mositidakpercaya," tulis akun Faceboob Publik RI.
Setelah ditelusuri, video mobil pick menabrak kerumunan polisi yang diklaim saat unjuk rasa menolak UU Omnibus Law ternyata tidak benar.
Video tersebut merupakan peristiwa unjuk rasa warga di pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat.
Video Thamrin City Dijarah Usai Unjuk Rasa UU Cipta Kerja
Beredar melalui media sosial video yang menyebut ada penjarahan di Thamrin City usai unjuk rasa UU Cipta Kerja, Selasa (13/10/2020). Video itu ramai dibagikan sejak petang kemarin.
Dalam video berdurasi sembilan detik tersebut menggambarkan situasi di depan Thamrin City. Video tersebut juga disertai suara orang yang berbicara:
"Thamrin City nih sekarang, Thamrin City habis lagi dijarah sama massa"
Selain itu dalam video yang beredar terdapat narasi "Tanahabang kusut, Thamrin city tanahabang pecah ada penjarahan"
Setelah ditelusuri, video yang menyebutkan ada penjarahan di Thamrin City setelah aksi unjuk rasa UU Cipta Kerja, Selasa (14/10/2020) adalah tidak benar.
Advertisement