Sukses

Dosen UGM Sebut Hoaks Sudah Berevolusi

Dalam tahun-tahun sebelumnya, hoaks sangat mudah dikenali dengan penggunaan huruf kapital, banyak tanda seru, iming-iming hadiah, hingga foto atau video yang tidak buram.

Liputan6.com, Jakarta - Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gajah Mada (UGM), Zainuddin Muda Z Monggilo menyebut, hoaks sudah berevolusi. Dia juga mengatakan, para produsen hoaks memutar otak agar informasi palsu yang disebarkan bisa dicerna oleh masyarakat luas.

Hal itu dikatakan Zainuddin pada live streaming Inspirato Sharing Session dengan tema: "Waras di Era Post-Truth, Jawab dengan Cek Fakta". Diskusi tentang hoaks ini juga diikuti oleh Direktur Komunikasi WhatsApp APAC, Sravanthi Dev serta Staf Khusus Bidang IKP, Transformasi Budaya dan Hubungan Antar Lembaga Kemenkominfo RI, Rosarita Niken Widiastuti.

Dalam kesempatan ini, Zainuddin menyebut hoaks sudah berevolusi. Dalam tahun-tahun sebelumnya, hoaks sangat mudah dikenali dengan penggunaan huruf kapital secara serampangan, banyak tanda seru, hingga foto atau video yang buram dan diedit sana-sini.

"Ketika masyarakat mulai skeptis, produsen hoaks bakal memutar otak. Dia bakal mencari titik mana saja yang belum diketahui masyarakat," katanya, Selasa, 27 Oktober 2020.

Produsen hoaks, kata Zainuddin, sudah meninggalkan cara lama. Kini, mereka menyebarkan hoaks dengan cara membagikan pesan yang seolah-olah dari instansi pemerintahan.

"Sekarang, hoaks menyaru dengan pesan resmi (dari pihak pemerintah atau perusahaan lain), seperti hoaks dokumen penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) dalam bentuk PDF dan menampilkan logo-logo resmi seolah pengumuman aslinya," ucap Zainuddin melanjutkan.

 

2 dari 3 halaman

Cara Terhindar dan Memutus Hoaks

Zainuddin juga membagikan beberapa tips mudah untuk mengindari dan memutus penyebaran hoaks. Dari riset UGM, kata Zainuddin, hoaks banyak tersebar di grup pesan keluarga dan kerabat dekat.

"Jadi untuk itu, kita harus meningkatkan literasi media dan informasi, literasi digital, buka semua perspektif. Itu artinya kita melek. Salah satu hasil riset kami, semakin menjelaskan, grup keluarga, alumni, teman sekolah, selalu menjadi sarang penyebaran hoaks yang empuk," kata Zainuddin.

"Kita harus menyampaikan kebenarannya dengan cara yang santun dan etis agar tidak cekcok dengan keluarga. Kita bisa diskusi kecil dengan keluarga. Bersuaralah, tidak diam, sepanjang kita menyampaikan kebenaran dan tidak menyerang orang yang menyebarkan," ujarnya menegaskan.

Zainuddin meminta untuk tidak menyerang orang yang meneruskan hoaks karena bisa saja dia belum tahu fakta sesungguhnya.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Video Terkini