Liputan6.com, Jakarta - Informasi palsu atau hoaks soal kesehatan semakin beragam. Bahkan, ada yang menyebut kalau covid-19 bukanlah nama penyakit yang membuat seluruh dunia mengalami pandemi.
Berikut ini Cek Fakta Liputan6.com merangkum beberapa hoaks seputar kesehatan selama sepekan terakhir.
Baca Juga
1. Klaim Covid-19 Bukan Nama Virus dan Vaksinasi Bisa Melemahkan Tubuh
Advertisement
Sebuah video dengan judul pernyataan Dr. Roberto Petrella sedang viral di media sosial, Facebook. Dalam video tersebut, seorang pria paruh baya mengatakan covid-19 bukan nama virus dan vaksinasi bisa melemahkan kekebalan tubuh.
Dalam video tersebut, Dr Roberto Petrella mengatakan beberapa hal tentang vaksinasi, yakni:
"Covid-19 bukan nama virus, (tetapi) nama rencana internasional untuk mengontrol dan mengurangi populasi yang telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir dan diluncurkan pada 2020.
Setelah divaksinasi, kita semua akan sakit parah, lemah, dan pasti akan menuju kematian."
Salah satu pengunggah video klaim ini adalah pemilik akun atas nama Roberto Petrella Medico Ginecologo. Dia mengunggah video tersebut pada 30 Oktober 2020.
Sejak diunggah, video hoaks dengan klaim covid-19 bukan nama virus dan vaksinasi bisa melemahkan kekebalan tubuh sudah dilihat sebanyak 4,7 ribu kali oleh warga Facebook lainnya. Video itu juga mendapat 221 like dan 82 komentar.
Saksikan video pilihan berikut ini:
2. Klaim Kandungan Vaksin Ini Bisa Sebabkan Leukemia Pada Anak
Netizen di Facebook sedang ramai membicarakan kandungan yang berada di vaksin, formaldehida bisa menimbulkan leukemia di kalangan anak-anak. Klaim ini dimulai dari cerita seseorang yang berprofesi sebagai pembalsem selama 18 tahun.
Dalam klaim tersebut, pembalsem kawakan itu melihat banyak kasus kematian pada anak-anak. Dia pun menyimpulkan kalau kematian pada anak-anak disebabkan leukemia karena sering disuntik vaksin.
Begini narasi yang beredar dan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:
"Saya pembalsem selama 18 tahun. Anak-anak sekarang disuntik dengan lusinan vaksin daripada yang kita terima saat masih anak-anak. Salah satu bahannya adalah formaldehida (digunakan sebagai pengawet vaksin). Kanker anak nomor satu adalah leukemia."
Postingan seperti ini berada di akun Facebook atas nama Kimberly Hawkins Little. Unggahan di akun itu sudah dibagikan ratusan kali oleh pengguna akun Facebook lainnya.
Advertisement
3. Klaim Singapura Lakukan Vaksinasi Covid-19 di Bandara Changi
Sebuah narasi beredar di WhatsApp Group yang menyebut Singapura akan membuka vaksinasi covid-19 di Bandara Changi. Disebutkan juga kalau kebijakan ini akan menyedot wisatawan asing untuk pelesir ke Singapura.
Narasi itu menyebut Singapura membuka program 'Vaccine Tourism' bagi wisatawan asing. Cara ini, dalam klaim tersebut, menjadi peluang Singapura untuk menghidupkan pariwisata mereka yang sempat melemah akibat pandemi covid-19.
Begini narasinya:
"Singapore akan buka "Vaccine Tourism"; kita bisa terbang ke Spore, sampe Changi airport suntik vaccine, nginep di hotel airport atau langsung pulang.Pinter SG cari kesempatan bisnis 👍👍🏼
jadi org yg datang ga usah masuk SG, cukup di hotel airport saja. Jalan jalan beli oleh oleh di airport trus pulang lg ke JKT.PM Singapore Lee Hsien Loong baru saja mengumumkan Singapore akan masuk dlm phase 3 yg lebih longgar mulai 28 December ini..
Orang Indonesia pergi nonton F1 Grand Prix atau konser Coldplay ke Singapura aja didatangi - apalagi cuma buat pergi vaksinasi ke negara tetangga?
Mending mana: antrean vaksin berbayarnya di dalam negeri atau di luar negeri?
Tidak perlu karantina karena orangnya tidak masuk kota Singapura. Vaksinasi cukup dilakukan di Changi.
Selesai vaksinasi langsung pulang pakai penerbangan berikutnya.
Ongkosnya paling banyak "cuma" Rp.4 juta.
Tempat yang bernama bandara nggak punya masalah dengan logistik. Juga punya banyak ruang terbuka.
Ketimbang repot nunggu antrean vaksinasinya - lebih baik orangnya yang datang. Dari seluruh penjuru (kalo ngga dunia, ya tetangga tetangga di Asia Tenggara).."
Tentang Cek Fakta
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement