Sukses

Cek Fakta: Alat Rapid Test Antigen Menunjukkan Hasil Positif saat Diberikan Coca-Cola, Simak Fakta Sebenarnya

Beredar di media sosial postingan terkait anggota Parlemen Austria yang menguji alat rapid test antigen dengan Coca-Cola.

Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan terkait anggota Parlemen Austria yang menguji alat rapid test antigen dengan Coca-Cola. Postingan tersebut ramai dibagikan sejak pekan lalu.

Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama I Gusti Rahvtu Lan. Dia mengunggahnya pada 14 Desember 2020.

Dalam postingannya ia memasang foto dengan tulisan "Coca Cola Positif Covid-19". Selain itu ia juga menambahkan narasi:

"Parlemen di Austria membuktikan ngawurnya hasil rapid test dgn memberi contoh segelas Coke yg dites dan hasilnya positif.

Yg bikin gw trenyuh, marah sekaligus bingung, udah ada ribuan bukti dari hampir seluruh dunia bahkan dokter2 patologi Indonesia juga sependapat, tapi kenapa rapid masih DIWAJIBKAN sampai memakan banyak korban jiwa? Lu psikopat apa gimana?

Demi lindungin bisnis iblis kayak gini lu sampai penjarain orang ya IKATAN DOKTER INDONESIA. Mana sumpah dokter lu?"

Lalu benarkah alat rapid test antigen jika diberikan Coca-Cola akan memberikan hasil positif?

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta menelusuri dengan menghubungi Assoc. Prof. Bimo A. Tejo Ph.D, Ilmuan Kimia & Bioteknologi Universiti Putra Malaysia. Dia menjelaskan hasil rapid test menjadi positif saat menggunakan Coca-Cola karena tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh pabrikan alat rapid test tersebut.

Dalam video yang beredar, Parlemen Austria bernama Michael Schnedlitz memang langsung menuangkan minuman bersoda itu ke alat rapid test. Dia tidak memakai larutan penyangga (buffer) yang seharusnya dipakai saat menggunakan alat tersebut.

"Alat rapid test antigen sangat sensitif terhadap keasaman (pH) sampel yang digunakan. Oleh sebab itu sampel swab hidung harus dimasukkan ke dalam larutan penyangga (buffer) supaya keasamannya stabil di kisaran pH 7-8," ujar Prof Bimo saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (23/12/2020).

"Nilai pH Coca-Cola, sambal cireng, atau selai apel yang digunakan beberapa orang untuk menguji alat rapid test antigen berada di luar nilai pH yang diizinkan. Nilai pH itu justru merusak alat rapid test antigennya," katanya menambahkan.

"PH sampel yang diambil dari hidung sekitar 5,6 sampai 7,4 sehingga kalau masuk buffer distabilkan menjadi sekitar 7-8. Intinya penggunaan alat rapid test antigen harus dilakukan sesuai instruksi."

Terkait pH Coca-Cola bisa dilihat dalam link ini...

Sementara terkait alat rapid test antigen, studi lengkapnya bisa dilihat di link ini...

Selain itu ada juga penjelasan dari lembaga pemeriksa fakta AS, Politifact dalam artikel berjudul "Austrian politician goofed in testing Coca-Cola sample for COVID-19" yang tayang 17 Desember 2020.

Dalam artikelnya, Politifact mengutip pernyataan dari Dialab, perusahaan asal Austria yang alatnya menjadi bahan ujicoba Schnedlitz. Dalam penjelasannya Dialab menyebut Schnedlitz tidak menjalankan instruksi dari alat testnya.

"Dalam pengujian yang dijalankan dengan benar, sampel selalu diaduk terlebih dahulu dalam cairan (buffer) yang menjaga pH konstan. Tes covid-19 juga harus dilakukan oleh staf rumah sakit atau orang yang terlatih untuk mengujinya," bunyi pernyataan Dialab.

Dialab juga mengunggah beberapa postingan untuk membantah Schnedlitz seperti dapat dilihat dalam link ini...

PolitiFact juga mengutip instruksi penggunaan dari FDA (BPOM AS) bahwa alat rapid test antigen harus menggunakan buffer saat diuji. Penjelasan lengkapnya bisa dilihat di link ini...

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Postingan video dari anggota Parlemen Austria, Michael Schnedlitz yang menguji alat rapid test antigen dengan Coca-Cola dan hasilnya positif adalah salah. Faktanya Schnedlitz melakukan test tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan dan itu membuat hasilnya rusak.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.