Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah negara terus berupaya mengembangkan vaksin untuk virus corona Covid-19. Di tengah upaya itu, sentimen terhadap vaksin Covid-19 marak dalam beberapa bulan terakhir.
Tak sedikit masyarakat juga mempertanyakan keefektifan vaksin, praktik pengembangan, standar keamanan, dan hingga tujuan dari vaksinasi Covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan keragu-raguan vaksin termasuk di antara 10 ancaman kesehatan global teratas. Menurut WHO, vaksinasi bisa mencegah 2-3 juta kematian setahun.
Advertisement
Terkait vaksin Covid-19, para ahli dan pejabat kesehatan mengatakan bahwa sangat penting untuk memerangi informasi yang salah atau hoaks dan disinformasi tentang vaksinasi. Berikut beberapa mitos utama yang beredar tentang vaksin Covid-19, seperti dilansir dari cnbc.com:
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Vaksin Covid-19 Tidak Aman karena Dikembangkan Terlalu Cepat
Vaksin Covid-19 yang sekarang sedang digunakan telah menjalani uji klinis yang ketat dan melibatkan ribuan relawan saat uji coba
Pembuat vaksin bersikeras bahwa tidak ada jalan pintas dan hasil percobaan asal-asalan. Sebelum diizinkan untuk digunakan, data uji coba dari vaksin - seperti yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech, Moderna dan Universitas Oxford-AstraZeneca - telah menjalani pemeriksaan ketat oleh regulator di beberapa negara.
Misalnya Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, Badan Obat-obatan Eropa, dan Badan Obat-obatan Inggris.
Dalam uji klinis tahap akhir, vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna ditemukan 95% dan 94,1% efektif, masing-masing, dalam mencegah infeksi Covid-19 yang parah. Vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca ternyata memiliki kemanjuran rata-rata 70%.
Ketika Inggris pada awal Desember menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin Pfizer-BioNTech, Dr. June Raine, kepala eksekutif MHRA Inggris mengatakan, tidak ada jalan pintas dalam persetujuannya.
"Para ahli telah bekerja sepanjang waktu dengan hati-hati, meneliti tabel, dan analisis serta grafik pada setiap bagian data," kata June.
Advertisement
Vaksin Covid-19 Mengubah DNA
Faktanya, vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna mengandung messenger RNA (atau mRNA) yang menginstruksikan sel manusia cara membuat protein yang memicu respons imun. Proses ini akan membangun kekebalan terhadap virus yang menyebabkan Covid.
MRNA (yaitu, instruksi) dari vaksin Covid tidak pernah memasuki inti sel, di mana DNA kita disimpan, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
"Ini berarti mRNA tidak dapat mempengaruhi atau berinteraksi dengan DNA kita dengan cara apapun. Sebaliknya, vaksin mRNA Covid-19 bekerja dengan pertahanan alami tubuh untuk mengembangkan kekebalan terhadap penyakit dengan aman."
Vaksin Covid-19 Mempengaruhi Kesuburan
Faktanya, tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut. Peneliti dari Royal College of Obstetricians and Gynecologists, dr Edward Morris menyebut efek vaksinasi Covid-19 pada kesuburan bersifat spekulatif dan tidak didukung oleh data apa pun.
"Kami ingin meyakinkan wanita bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 akan mempengaruhi kesuburan," katanya.
"Tidak ada mekanisme yang secara biologis masuk akal di mana vaksin saat ini akan berdampak pada kesuburan wanita. Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa wanita yang telah divaksinasi mengalami masalah kesuburan," sambung dia.
Advertisement
Tak Perlu Pakai Masker Usai Divaksin
Faktanya, orang yang sudah diimunisasi vaksin Covid-19 tetap berpeluang tertular Covid-19. Karena itu, orang yang disudah disuntik vaksin diminta untuk mengikuti protokol kesehatan dengan menjaga jarak sosial, memakai masker, dan mencuci tangan.
Vaksin Menularkan Covid-19
Faktanya, vaksin Covid-19 yang diproduksi baik dari Pfizer-BioNTech atau Moderna tidak mengandung virus hidup.
Proyek Pengetahuan Vaksin Universitas Oxford menjelaskan bahwa bahan aktif vaksin Oxford-AstraZeneca dibuat dari adenovirus yang dimodifikasi. Virus ini telah dimodifikasi sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi. Hal ini digunakan untuk mengirimkan kode genetik untuk protein lonjakan Covid-19.
Advertisement