Liputan6.com, Jakarta - Foto Menteri Keuangan Sri Mulyani berjilbab yang diklaim tengah membicarakan program wakaf beredar di media sosial. Foto tersebut diunggah oleh akun Facebook Abdillah pada 27 Januari 2021.
Dalam foto tersebut, tampak Sri Mulyani mengenakan jilbab berwarna coklat dan tengah berbicara di atas mimbar.
Baca Juga
Foto tersebut kemudian terdapat narasi sebagai berikut:
Advertisement
"Masyaallah Ukhti, Baru Hijrah Sudah Bicarakan Wakaf..."
Akun Facebook Abdillah kemudian mengaitkan foto Sri Mulyani dengan program Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU)Â yang baru saja diluncurkan pemerintah.
"Pakai jilbab aja masih miring kok ngomong wakaf," tulis akun Facebook Abdillah.
Konten yang disebarkan akun Facebook Abdillah telah 15 kali dibagikan dan mendapat 45 komentar warganet.
Benarkah dalam foto itu Sri Mulyani tengah membicarakan program wakaf? Berikut penelusurannya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri foto Menteri Keuangan Sri Mulyani berjilbab yang diklaim tengah membicarakan program wakaf.
Penelusuran dilakukan dengan mengunggah foto tersebut ke situs Google Reverse Image. Hasilnya terdapat beberapa artikel yang juga memuat foto tersebut.
Satu di antaranya artikel berjudul "Gaya Modis Sri Mulyani Tampil Berjilbab di Aceh" yang dimuat situs Liputan6.com pada 5 Januari 2017 silam.
Liputan6.com, Banda Aceh - Menteri Keuangan Sri Mulyani melakukan kunjungan kerja ke Aceh pada Kamis (5/1/2017). Saat kunjungan ke Aceh, ia juga memberikan kuliah umum di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) kota Banda Aceh.
Saat memberi kuliah umum tersebut, penampilan Sri Mulyani cukup berbeda dari hari biasanya. Ia yang selalu setia dengan pakaian batiknya, kini dipadu padankan dengan memakai jilbab.
Sri Mulyani mengenakan baju biru muda bermotif coklat muda dengan celana berwarna hitam. Baju biru bermotif coklat muda tersebut dipadukan dengan jilbab coklat. Kedatangan Sri Mulyani ke Aceh pun bukan pertama kali.
"Saya tidak asing lagi ke Aceh, karena juga pejabat pertama sekali tiba di Aceh, saat tsunami dulu bersama dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla waktu itu," kata Sri Mulyani Indrawati.
Ia mengaku melihat langsung paska bencana di Aceh . Jadi ia mengaku bangga bisa hadir kembali di Aceh, khususnya untuk memberikan kuliah. Meskipun juga ikut bersedih karena baru saja terjadi bencana gempa di Pidie Jaya.
Sri Mulyani memberikan kuliah umum dengan tema "Peran Fiskal dalam Membangun Perekonomian Inklusif".
Dalam kuliah umum tersebut, ia menyampaikan sejumlah materi terkait pemberdayaan instrumen keuangan negara melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menciptakan pembangunan yang merata serta kurangi ketimbangan penghasilan penduduk Indonesia.
Sri Mulyani menuturkan, ketimpangan yang terjadi di Indonesia saat ini dapat dilihat dari masih tinggi gini ratio. Gini ratio itu menggambarkan ukuran ketimpangan dengan nilai berkisar antara nol hingga satu. Makin tinggi indeks gini, menunjukkan besarnya ketimpangan.
"Indonesia saat ini ratio gininya mencapai 0,39, itu masih tinggi. Kita harus bekerja semaksimal mungkin dengan menyusun kebijakan yang lebih merata seperti harapan Presiden yang menginginkan rasio gini terus turun," ujar Sri Mulyani di Banda Aceh.
Sri menambahkan tingginya rasio gini, maka akan melemahkan kemampuan satu negara untuk tumbuh dalam jangka panjang.
Melalui instrumen fiskal seperti APBN, kebijakan moneter bank sentral serta kebijakan ekonomi struktural berupa paket ekonomi yang kompetitif, Sri Mulyani berharap Indonesia mampu menurunkan angka ketimpangan menjadi lebih rendah.
Salah satu komponen yang penting dalam APBN kata Sri Mulyani adalah penerimaan pajak non-migas, yaitu penerimaan pajak dari wajib pajak, baik itu individu maupun organisasi, yang menurutnya masih rendah.
"Dari 30 juta-an peserta wajib pajak di Indonesia, hanya sebagian kecil yang menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak, dan yang membayar pajak secara teratur tidak sampai 10 juta peserta," ujar dia.
Sri Mulyani mengatakan, rendahnya partisipasi masyarakat terutama para wajib pajak menyebabkan anggaran APBN selalu defisit, sehingga negara harus berutang karena angka belanjanya yang lebih tinggi.
"Itulah makanya, kita lakukan beberapa kebijakan di bidang pajak seperti Tax Amnesty dalam rangka meningkatkan pendapatan negara sehingga proses pemerataan kesejahteraan masyrakat dapat tercapai melalui tranfer dana ke daerah dari pemerintah pusat," jelas dia.
Menanggapi keberhasilan program tax amnesty atau pengampunan pajak tersebut, Sri Mulyani mengatakan jumlah peserta yang ikut dalam program itu masih rendah karena baru mencapai 2 persen dari total jumlah wajib pajak yang wajib menyampaikan SPT.
"Jumlah wajib pajak ini pun masih sedikit. Seharusnya dengan total jumlah penduduk 200 juta jiwa saja, jumlah wajib pajaknya mencapai 60 juta. Dengan itu pemerintah dapat maksimal menggunakan instrumen fiskal untuk kesejahteraan bangsa Indonesia," kata dia.
Â
Â
Advertisement
Kesimpulan
Foto Menteri Keuangan Sri Mulyani berjilbab yang diklaim tengah membicarakan program wakaf ternyata tidak benar.
Faktanya, foto tersebut tidak ada kaitannya dengan program wakaf yang baru saja diluncurkan pemerintah.
Foto itu merupakan kegiatan Sri Mulyani saat menjadi pembicara di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) kota Banda Aceh pada 2017 silam.
Â
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement