Liputan6.com, Jakarta- Covid-19 terus menyebar di seluruh dunia, dengan kasus-kasus baru dilaporkan terus menerus. Ada yang juga menyebar sama cepatnya dengan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 tersebut. Yaitu teori-teori konspirasi yang mengklaim ada aktor kuat merencanakan sesuatu yang jahat berkaitan dengan pandemi ini.
Dikutip dari theconversation.com, berdasarkan penelitian yang dilakukan Daniel JolleySenior Lecturer in Psychology, Northumbria University, Newcastle mengatakan dan Pia LambertyPhD Researcher in Social and Legal Psychology, Johannes Gutenberg University of Mainz terhadap teori konspirasi medis menunjukkan, fenomena ini memiliki potensi untuk berdampak sama berbahayanya pada masyarakat seperti wabah Covid-19 sendiri.
Satu teori konspirasi menyebut bahwa Covid-19 adalah senjata biologis yang direkayasa oleh Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat sebagai cara untuk berperang dengan Cina. Sementara teori lain yakin bahwa pemerintah Inggris dan Amerika Serikat memperkenalkan virus ini sebagai cara untuk menghasilkan uang dari vaksin.
Advertisement
Meskipun banyak dari teori konspirasi ini tampaknya dibuat-buat, keyakinan bahwa kekuatan jahat sedang melakukan sebuah rencana rahasia tersebar luas di setiap masyarakat. Sering kali ini berhubungan dengan kesehatan.
Penelitian menunjukkan teori konspirasi memiliki kecenderungan untuk muncul berkaitan dengan saat-saat krisis dalam masyarakat, seperti serangan teroris, perubahan politik yang cepat, atau krisis ekonomi.
Teori konspirasi berkembang dalam masa penuh ketidakpastian dan ancaman, saat kita berusaha memahami dunia yang kacau. Ini adalah kondisi yang sama yang dihasilkan oleh wabah virus, yang menjelaskan penyebaran teori konspirasi yang berkaitan dengan SARS-CoV-2.
Kepercayaan pada saran-saran dari para profesional dan organisasi kesehatan adalah sumber daya penting untuk menghadapi krisis kesehatan.
Namun, orang-orang yang percaya pada teori konspirasi umumnya tidak mempercayai kelompok yang mereka anggap kuat, termasuk manajer, politikus, dan perusahaan obat. Jika orang tidak percaya, mereka cenderung tidak mengikuti saran medis.
Para peneliti telah menunjukkan bahwa teori konspirasi medis memiliki kekuatan untuk meningkatkan ketidakpercayaan pada otoritas medis, yang dapat mempengaruhi kesediaan orang untuk melindungi diri mereka sendiri.
Orang yang mendukung teori konspirasi medis lebih kecil kemungkinannya mendapat vaksinasi atau menggunakan antibiotik dan lebih cenderung mengkonsumsi suplemen herbal atau vitamin. Ditambah, mereka lebih cenderung mengatakan mereka akan mempercayai saran medis dari nonprofesional seperti teman dan keluarga.
Melihat temuan-temuan ini, orang-orang yang mendukung teori konspirasi tentang SARS-CoV-2 mungkin cenderung untuk tidak mengikuti saran kesehatan seperti sering mencuci tangan dengan pembersih berbahan alkohol atau sabun, atau mengisolasi diri setelah mengunjungi daerah berisiko.
Sebaliknya, orang-orang ini mungkin lebih cenderung memiliki sikap negatif terhadap perilaku pencegahan atau menggunakan alternatif berbahaya sebagai cara pengobatan. Ini akan meningkatkan kemungkinan penyebaran virus dan menempatkan lebih banyak orang dalam bahaya.
Kita pun sudah bisa melihat pendekatan penyembuhan alternatif bermunculan, beberapa di antaranya sangat berbahaya.
Teori konspirasi ini menyebabkan serangan kekerasan dan pembantaian komunitas Yahudi di seluruh Eropa. Wabah Covid-19 telah menyebabkan peningkatan serangan rasis di seluruh dunia yang ditargetkan pada orang yang dianggap sebagai orang Asia Timur. Teori konspirasi bisa sangat berbahaya bagi masyarakat.
Teori-teori ini tidak hanya dapat mempengaruhi pilihan kesehatan orang, mereka juga dapat mengganggu cara berbagai kelompok yang berbeda saling berhubungan serta meningkatkan permusuhan dan kekerasan terhadap mereka yang dianggap "bersekongkol”.
Jadi, selain bertindak untuk memerangi penyebaran SARS-CoV-2, pemerintah juga harus bertindak untuk menghentikan kesalahan informasi dan teori konspirasi yang berkaitan dengan virus agar tidak lepas kendali.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement