Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran mitos medis dan misinformasi bukanlah fenomena baru. Faktanya, ini telah menjadi masalah yang sedang berlangsung di era media sosial. Tak terkecuali mitos terkait vaksin Covid-19.
Mitos vaksin sering kali menyebar dan membuat orang ketakutan. Dalam beberapa kasus, ternyata hal itu dilakukan dengan sengaja. Karena itu, sangat penting untuk memperhatikan dari mana informasi berasal dan mencari sumber yang dapat dipercaya.
Baca Juga
"Sebagian besar klaim ini sebenarnya bermula dari pendukung anti vaksinasi yang selama puluhan tahun menyebarkan klaim palsu tentang vaksin dan telah menyebarkan kebingungan," ungkap ahli epidemiologi dan ahli kesehatan masyarakat di Parenting Pod, Elizabeth Beatri, dikutip dari healthline.com, Sabtu (22/5/2021).
Advertisement
Beatriz menyarankan agar tiap individu tidak takut bertanya jika mendapat informasi terkait vaksin Covid-19 yang belum valid. Caranya bisa dengan menghubungi dokter atau petugas kesehatan lainnya.
"Jangan takut untuk bertanya. Ada banyak informasi buruk di luar sana, dan mengetahui dari mana informasi buruk itu berasal dapat membantu Anda mendapatkan fakta yang Anda butuhkan agar aman," ucap Beatriz.
Beatriz berharap, vaksinasi Covid-19 dapat menjangkau seluruh manusia di dunia. Tujuannya adalah untuk menyetop penyebaran virus corona Covid-19 dan mengakhiri pandemi.
"Dengan (semakin banyaknya) populasi orang dewasa yang divaksinasi, kami sedang dalam perjalanan untuk mencapai kekebalan kawanan. Tapi itu hanya bisa terjadi jika lebih banyak orang berkomitmen untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain," tutup Beatriz.
Berikut beberapa mitos vaksin Covid-19 yang beredar di media sosial, dikutip dari situs healthline.com.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Mitos: Vaksin Covid-19 Tidak Aman
"Anda membiarkan diri Anda digunakan sebagai eksperimen sains" adalah jawaban umum yang terlihat pada parenting grup media sosial ketika seseorang berbagi bahwa mereka telah divaksinasi.
Tetapi menurut ahli epidemiologi dan anggota Fakultas Inti Universitas Walden, Vasileios Margaritis, vaksin Covid-19 tetap aman digunakan. Meski, dikembangkan dalam waktu singkat.
"Meskipun tampaknya vaksin Covid-19 dikembangkan dalam waktu singkat, ini adalah salah satu pencapaian terbesar penelitian medis," kata Margaritis.
"Vaksin Covid-19 adalah hasil dari kolaborasi ilmiah internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya serta alokasi keuangan dan sumber daya manusia yang sangat besar," tambah dia.
Margaritis menjelaskan, teknologi vaksin ini sebenarnya sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Produsen vaksin baru dapat mengembangkan vaksin ini sekarang karena kerja keras yang telah dilakukan sebelumnya.
"Semua uji laboratorium dan klinis dilakukan sesuai dengan aturan, standar, dan kriteria etika yang paling ketat, tanpa mengorbankan keselamatan peserta. Vaksin disetujui dengan cepat untuk penggunaan darurat," kata Margaritis.
Saat ini, katanya, Food and Drug Administration (FDA) dan komunitas ilmiah terus memantau dengan cermat proses vaksinasi di seluruh dunia untuk memastikan keamanan populasi yang divaksinasi.
Advertisement
Mitos: Vaksin Covid-19 Sebabkan Kemandulan
Menurut ahli epidemiologi dan ahli kesehatan masyarakat di Parenting Pod, Elizabeth Beatriz, PhD, klaim ini berasal dari surat yang memberikan informasi yang salah tentang isi vaksin.
"Meski informasinya salah, itu menyebar seperti api," kata Beatriz.
Dia juga menjelaskan bahwa ada beberapa wanita hamil yang terlibat dalam uji coba vaksin Covid-19. Usai disuntik vaksin, mereka tetap baik-baik saja.
"Sangat penting bagi wanita yang sedang hamil atau sedang berpikir untuk hamil untuk mendapatkan vaksin. Karena jika mereka tertular Covid-19, risiko konsekuensi serius lebih tinggi jika Anda hamil," tambah Beatriz.
Mitos: Banyak Korban Meninggal Dunia karena Vaksin Covid-19
Ahli epidemiologi dan anggota Fakultas Inti Universitas Walden, Vasileios Margaritis menjelaskan bahwa ini adalah salah satu mitos yang sangat populer di media sosial.
"Sistem Pelaporan Kejadian Merugikan Vaksin (VAERS) nasional menerima dan menganalisis laporan dari semua masalah kesehatan setelah vaksinasi. Siapa pun dapat mengirimkan laporan ke VAERS, bahkan masyarakat umum, tetapi laporan ini tidak berarti bahwa vaksin menyebabkan masalah kesehatan yang terdeteksi - termasuk kematian," kata Margaritis.
Meskipun VAERS dapat memberikan informasi penting kepada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan FDA (yang mengarah pada penyelidikan dan tindakan lebih lanjut bila diperlukan), membaca terlalu banyak ke dalam laporan tersebut tanpa memanfaatkan konteks atau latar belakang ilmiah dapat menyesatkan.
"Saat kami memvaksinasi jutaan orang secara global, sayangnya, banyak dari mereka akan meninggal karena alasan yang tidak terkait dengan respons tubuh mereka terhadap vaksin," jelas Margaritis.
Advertisement
Mitos: Vaksin Covid-19 Berbahaya Bagi Ibu Menyusui
Beredar mitos bahwa vaksinasi Covid-19 berbahaya bagi ibu menyusui. Bahkan, mitos tersebut menyebutkan bahwa bayi yang disusui oleh ibunya yang telah divaksin akan meninggal dunia. Klaim itu ternyata salah.
"Tidak ada penelitian untuk mendukung klaim ini, dan berdasarkan cara kerja vaksin, tidak ada alasan untuk percaya bahwa vaksin tersebut dapat membahayakan ibu atau bayi," kata ahli epidemiologi dan ahli kesehatan masyarakat di Parenting Pod, Elizabeth Beatriz, PhD.
"Faktanya, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa wanita yang mendapat vaksinasi saat menyusui sebenarnya dapat melindungi anak yang menyusui dari Covid-19 dengan berbagi antibodi melalui ASI mereka," sambung Beatriz.
Mitos: Vaksin Covid-19 Mengubah DNA
Ahli epidemiologi dan anggota Fakultas Inti Universitas Walden, Vasileios Margaritis menyebut bahwa klaim tersebut keliru. Menurutnya, ada banyak kebingungan seputar vaksin mRNA dan cara kerjanya di dalam tubuh.
"Vaksin mRNA melawan Covid-19 disuntikkan ke lengan untuk mengajari sel otot cara membuat bagian dari protein lonjakan virus korona baru," kata Margaritis.
"Kemudian, tanggapan kekebalan terhadap protein ini dibuat, dan jika virus masuk ke tubuh kita, sistem kekebalan kita sudah terlatih untuk menyerangnya," tambah dia.
Margaritis menjelaskan bahwa mRNA secara alami dibuat oleh tubuh, tetapi mRNA dari vaksin tidak dibuat atau masuk ke inti sel, tempat DNA sebenarnya terkandung.
"Selain itu, mRNA dari vaksin dihancurkan oleh sel setelah instruksi dibaca sehingga tidak ada sirkulasi mRNA yang dimasukkan ini ke dalam tubuh kita, dan kita hanya memiliki perlindungan kekebalan yang dikembangkan," katanya.
Advertisement
Mitos: Penyintas Covid-19 Tak Perlu Divaksin
Ahli epidemiologi dan ahli kesehatan masyarakat di Parenting Pod, Elizabeth Beatriz, PhD mengatakan, ada dua alasan mengapa setiap orang harus mendapatkan vaksin, bahkan mereka yang sebelumnya pernah tertular.
"Kekebalan yang Anda peroleh dari terinfeksi COVID hanya tampak bertahan selama beberapa bulan sedangkan kekebalan dari vaksin tersebut bertahan lebih lama. Jadi jika Anda mengalaminya beberapa waktu yang lalu, Anda mungkin rentan lagi, atau jika Anda mengalaminya baru-baru ini, Anda akan terlindungi lebih lama dengan vaksin," kata Beatriz.
Faktor lainnya, kata dia, saat ini ada beberapa varian Covid-19. Karena itu, vaksin penting dilakukan guna mengurangi risiko terpapar virus corona varian baru.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement