Sukses

Cek Fakta: Klarifikasi IDI terkait Tudingan Rumah Sakit Jualan Covid-19

Beredar kabar tentang rumah sakit jualan Covid-19, benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang rumah sakit jualan Covid-19 beredar di media sosial. Kabar tersebut awalnya diungkapkan Bupati Banjarnegara, Budhi Budhi Sarwono.

Tudingan Budhi Sarwono mengenai rumah sakit jualan Covid-19 juga ramai dibagikan di media sosial. Satu di antaranya akun Facebook Murata Exhibiton pada 1 Juli 2021.

Akun Facebook Murata Exhibiton mengunggah gambar tangkapan layar berisi pernyataan Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono yang menyebut bahwa rumah sakit jualan Covid-19.

"Nggak tahu lho kalau ini dikondisikan. Karena sekarang lumayan sih kalau karantina di rumah sakit lumayan klaimnya. Kemarin saya sudah ketemu sama salesnya, namanya Bejo yang mencari orang sakit untuk di pondokin ke rumah sakit," demikian narasi dalam gambar tersebut.

Benarkah kabar tentang rumah sakit jualan Covid-19? Berikut penelusurannnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kabar tentang rumah sakit jualan Covid-19. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "bupati banjarnegara jualan covid-19" di kolom pencarian Google Search.

Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah tudingan tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Bupati Banjarnegara Sebut RS Rebutan Pasien Covid-19, Ini Respons IDI" yang dimuat situs Liputan6.com pada 30 Juni 2021.

Liputan6.com, Banjarnegara - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Banjarnegara, Jawa Tengah menyatakan tak ada peristiwa rebutan pasien Covid-19 antar rumah sakit dan klaim perawatan.

Sebelumnya, baru-baru ini beredar viral pernyataan Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono terkait adanya kondisi berebut pasien Covid-19 dan klaim. Wacana ini dibantah oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Banjarnegara, dr Agus Ujianto SpB.

Menurut dia, tugas tugas medis, terutama bagi pasien Covid-19 sudah dilakuan oleh petugas medis di rumah sakit baik swasta maupun rumah sakit milik pemerintah. Karenanya, rebutan pasien Covid-19 tak ada.

"Saya kira hal tersebut (berebut pasien) tidak lah benar. Kami sudah melakukan tugas-tugas medis sebagaimana mestinya," kata Agus, Selasa (29/6).

Dia menjelaskan, adanya klaim dari pemerintah untuk pembiayaan pasien Covid-19, secara otomatis rumah sakit akan membiayai terlebih dahulu apa yang dibutuhkan pasien. Misalnya, untuk perawatan dan obat-obatan.

Setelah penanganan dan selesai perawatan, baru setelah itu klaim diajukan. Setelah adanya ajuan tersebut rumah sakit harus menunggu beberapa waktu baru ada pencairan.

"Bahkan, selama ini rumah sakit harus membiayai terlebih dahulu, sebelum klaim dari pemerintah bisa dicairkan," jelasnya.

Agus berharap, kebijakan di daerah semakin sinergi dengan kebijakan di atasnya, agar tidak terjadi kebingungan di tingkat pelaksana kesehatan dan medis. Misalnya di tingkat rumah sakit.

"Kebijakannya mudah dicerna masyarakat, kami petugas medis sifatnya menolong, berapapun pasiennya," ucap dia.

Persoalan calo pasien Covid-19, bagi Agus juga kurang tepat. Ada kemungkinan itu relawan yang ingin membantu, terkait prosedur rumah sakit dan lainnya. Sebab, banyak masyarakat yang bingung perihal prosedur penanganan dan rujukan.

Dia juga menyatakan, jumlah pasien akan selalu disesuaikan dengan kempuan tenaga medis. Sebab, kerja medis memiliki standar operasional termasuk mekanisme rujukan.

“Ada relawan banyak yang membantu dan karena terbiasa dengan birokrasi rumah sakit tertentu jadi merasa seperti agen pengurusan. Saya kira kalau masyarakat memang ikhlas minta dibantu relawan akan memudahkan pasien mendapatkan pelayanan daripada kebingungan," tegasnya.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Kabar tentang rumah sakit jualan Covid-19 ternyata tidak benar. Pihak IDI pun mengklarifikasi bahwa tidak ada rumah sakit yang jualan Covid-19.

 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.