Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Riau, dr Indra Yovi mengatakan, realisasi vaksinasi di masyarakat setempat untuk golongan umum dan lansia masih rendah karena adanya miskomunikasi dan hoaks soal vaksin.
"Jadi masih banyak orang tua dan saudara-saudara kita yang takut akibat hoaks yang sering muncul," kata Indra Yovi dikutip dari Antara, Rabu (14/7/2021).
Indra Yovi menambahkan, pihaknya menemukan banyak informasi hoaks terkait vaksin Covid-19 yang tersebar melalui media sosial.
Advertisement
"Konten hoaks vaksin ada 1.810 hoaks, di antaranya di Facebook ada 1.467 hoaks, kemudian di Instagram 11 hoaks, Twitter 96 hoaks, Youtube 41 hoaks, dan TikTok 15 hoaks," sebutnya.
Sejauh ini, diakui Indra Yovi, realisasi vaksinasi Covid-19 Provinsi Riau, baik tahap pertama dan kedua untuk masyarakat umum, termasuk lanjut usia progresnya tergolong rendah.
"Kalau untuk tenaga kesehatan dan pelayan publik cukup tinggi," katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau, untuk capaian vaksinasi Covid-19 bagi nakes dengan sasaran 32.923 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 35.225 (107 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 32.257 (98 persen).
Sedangkan capaian vaksinasi Covid-19 bagi lansia dengan sasaran 582.505 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 52.371 (8,99 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 32.135 (5,52 persen).
Kemudian capaian vaksinasi Covid-19 bagi pelayan publik dengan sasaran 349.418 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 444.919 (127,33 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 257.995 (73,84 persen).
Terakhir capaian vaksinasi bagi masyarakat umum dengan sasaran 3.452.440 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 252.642 (7,32 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 115.259 (3,34 persen).
"Jika dilihat secara keseluruhan target vaksinasi untuk empat kelompok itu, maka sasaran vaksinasinya sebanyak 4.417.286 jiwa. Sedangkan realisasi vaksin sampai tahap kedua baru 437.646 orang atau baru 10 persen," katanya.
Dia menyebut, banyak masyarakat tidak mau divaksin karena memiliki komorbid (penyakit penyerta), kemudian diperparah lagi adanya informasi hoaks.
Ia juga mengajak, para tokoh dan pelayan masyarakat untuk menyosialisasikan program vaksinasi Covid-19, guna memutus mata rantai penularan virus yang mematikan tersebut.Â
"Jangan takut kalau punya komorbid. Apakah kita punya komorbid serta merta tidak boleh divaksin, tidak begitu. Yang menentukan komorbid boleh tidak boleh divaksin itu tenaga kesehatan, nanti ada pemeriksaannya, misal, dia punya diabetes tidak mau divaksin. Banyak juga pasien diabetes yang belum divaksin juga meninggal," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement