Liputan6.com, Jakarta - Vaksin covid-19 yang dijadikan telah didistribusikan dan digunakan di seluruh dunia. Namun, tidak sedikit masyarakat yang masih meragukannya.
Hal ini tentu menghadirkan masalah sehingga menghambat target cakupan vaksinasi covid-19 itu sendiri.
Advertisement
Baca Juga
Berikut beberapa mitos seputar vaksin covid-19 yang masih dipercaya beberapa kalangan masyarakat:
1. Mitos vaksin mRNA mengubah DNA
Sempat tersebar di sosial media, mitos bahwa vaksin mRNA dapat mengubah DNA manusia yang menerimanya. Seperti yang diketahui, terdapat dua macam vaksin yang menggunakan teknologi mRNA yakni Pfizer/BioNTech dan Moderna yang digunakan mengirimkan potongan kode virus ke tubuh. Jika sudah dimasukkan ke tubuh, vaksin ini bertugas mengajari sistem kekebalan tubuh kita seperti apa virus SARS-CoV-2.
Jika sistem kekebalan kita menghadapi virus, vaksin ini akan melakukan pertahanan melawan virus menggunakan antibodi khusus dan sel T. MRNA dalam vaksin akan dibawa ke area sel Anda yang disebut sitoplasma.
Kemudian mRNA diubah menjadi protein virus covid-19 yang terkenal digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh kita. Protein inilah yang akan mendorong sistem kekebalan untuk beraksi jika kemudian bersentuhan dengan hal yang nyata. Sehingga mRNA tidak akan melewati penghalang di dalam sel tempat DNA disimpan, yang disebut nukleus atau inti sel.
"Inilah mengapa kami mengambil biologi sekolah menengah. Kami mengetahui bahwa sel memiliki nukleus dan sitoplasma, dan DNA ada di dalam nukleus,” ujar Prof Peter Hotez, Dekan National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine dan Wakil Direktur Pusat Pengembangan Vaksin Rumah Sakit Anak Texas, dilansir Fortune.com.
"[MRNA] tidak masuk ke inti sel, sehingga vaksin mRNA tidak dapat mengubah DNA penerimanya,” Hotez menambahkan.
2. Vaksin berdampak negatif terhadap kesuburan
Mitos dampak negatif terhadap kesuburan menjadi salah satu mitos yang cukup banyak dipercayai dan disebarkan oleh masyarakat.
Terdapat klaim yang menyebutkan Vaksin covid-19 dapat mempengaruhi menstruasi wanita. Seorang ahli kandungan, Jen Gunter sempat menuliskan informasi yang salah yang menyatakan vaksin dapat memiliki efek samping mempengaruhi lapisan rahim wanita.
Hingga saat ini, belum ditemukan adanya penelitian yang menyatakan bahwa hal tersebut benar. Perubahan itu hanya sebuah kebetulan dan tidak ada kaitannya vaksin. Dugaan lain berasal dari pribadi wanita tersebut yang stres akibat pandemi dan mendapatkan vaksinasi mempengaruhi siklus menstruasi wanita.
3. Mitos Vaksin Covid-19 dibuat secara terburu-buru dan tidak dijelaskan efek samping jangka panjangnya
Vaksin covid-19 juga sempat dinilai beberapa masyarakat dibuat dalam waktu yang singkat dan tidak diberitahukan efek vaksin ini dalam jangka panjang. Faktanya, penelitian tentang mRNA dan vaksin covid-19 telah melalui proses yang rumit.
Bahkan Ilmuwan pertama yang mengusulkan penggunaan mRNA sebagai obat melakukannya pada tahun 1988. Tes pertama vaksin mRNA pada tikus terjadi pada tahun 1993, dan uji klinis pertama vaksin mRNA pada manusia dimulai pada tahun 2015. Sedangkan untuk vaksin Covid-19 telah dilakukan pengujian klinis dari Maret 2020.
Terkait dampak jangka panjang, Paul Offit, Direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia menyatakan dalam beberapa wawancara terkait efek samping paling parah dari vaksin semuanya terjadi dalam enam minggu pertama setelah pemberian dosis. Sehingga, sangat kecil kemungkinan vaksin covid-19 menghadirkan risiko berupa efek samping serius.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mitos Selanjutnya
4. Mitos jika sudah terkena Covid-19, Kamu tidak perlu vaksin
Meski benar, saat kita sempat terinfeksi virus tersebut memiliki kemungkinan besar memiliki antibodi untuk melawannya, tetapi hal tersebut tidak dapat diuji dengan tepat seberapa lama mereka akan bertahan dalam tubuh kita.
Fortune.com melansir penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat antibodi pasien yang sembuh dari Covid-19 bervariasi. "Kita tidak tahu kelompok antibodi mana yang keluar saat sedang sakit," ujar Hotez.
Sedangkan vaksin dapat menghadirkan antibodi secara konsisten dan tinggi. Antibodi juga dapat berkurang seiring berjalannya waktu. Maka dari itu, masyarakat yang sempat menjadi pasien dan kini sudah sembuh dari virus tersebut diimbau untuk tetap melakukan vaksinasi.
5. Mitos Vaksin tidak melindungi penerima dari penularan
Mitos terakhir yang sempat beredar yakni vaksin covid-19 tidak melindungi penerimanya dari penularan.
Saat ini vaksin covid-19 memang hanya berfokus untuk perlindungan masyarakat yang mengidap penyakit simtomatik, sedang rawat inap, hingga kematian. Tetapi kini telah dikembangkan lebih jauh. Bahkan penelitian Israel menunjukkan bahwa mereka sedang membantu mencegah penularan dengan mengurangi pelepasan virus jika seseorang mengalami infeksi terobosan melalui vaksin.
Kekebalan antibodi yang dihasilkan dari vaksin covid-19 yang akan berkurang dari waktu ke waktu ditambah pengaruh akibat penyebaran varian Delta berpeluang menjadikan penerimanya vaksin dapat tertular. Sehingga mengakibatkan perlindungan terhadap penularan pada orang yang divaksinasi tidak sekuat dulu. Tapi bukan berarti hilang sama sekali.
Terdapat sekitar kurang dari 50 persen kemungkinan masyarakat yang telah divaksin dapat terinfeksi Covid-19. Kini, beberapa negara telah menjalankan adanya vaksin booster untuk menangkal penyebaran tersebut.
(Penulis: Azarine Jovita Halim)
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.