Sukses

Masih Marak Hoaks Vaksin Covid-19 Ditanam Microchip, Ahli Kembali Berikan Penjelasan

Di Inggris dilansir dari CNBC, klaim palsu yang menghubungkan 5G dengan covid-19 menyebabkan 133 serangan pembakaran.

Liputan6.com, Jakarta - Masih terus beredar di media sosial teori konspirasi vaksin covid-19 mengandung microchip yang akan digunakan pemerintah atau elite global untuk melacak warga. Teori konspirasi ini disebarkan dalam bentuk video dan telah ditonton jutaan pengguna platform TikTok.

Teori konspirasi tersebut juga telah menyebar dengan cepat di luar AS. Di Inggris dilansir dari CNBC, klaim palsu yang menghubungkan 5G dengan covid-19 menyebabkan 133 serangan pembakaran pada peralatan telekomunikasi dan 300 insiden staf dilecehkan secara fisik atau verbal.

Dr. Matt Laurens, Spesialis Penyakit Menular Pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland menanggapi hal tersebut dan menyebutkan bahwa tidak mungkin ukuran chip dapat masuk melalui vaksin Covid-19.

"Itu tidak mungkin sejauh ukuran yang dibutuhkan untuk microchip itu. Kedua, microchip itu harus memiliki sumber daya yang terkait, dan selain itu, sumber daya itu harus mengirimkan sinyal melalui setidaknya satu inci otot, lemak, dan kulit ke perangkat jarak jauh, yang sekali lagi, tidak bisa. tidak masuk akal," ujar Laurens.

Meski kini, Perusahaan Biohax yang telah mengembangkan sistem chip RFID yang dapat disuntikkan di bawah kulit, hal ini tidak dapat dijadikan bukti bahwa terdapat chip yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan vaksin covid-19. Pasalnya kedua hal ini memiliki ukuran dan jangka waktu pemberian yang berbeda.

Vaksin covid-19 disuntikkan setidaknya satu inci ke otot padat, jauh lebih dalam daripada chip Biohax yang masuk tepat di bawah kulit.

"Kami memiliki banyak teknologi berbeda untuk melacak orang dan data mereka. Dan mudah-mudahan kita akan memiliki sistem hukum yang lebih kuat sehingga kita dapat mengenal sistem itu dengan lebih baik, tetapi kita jelas tidak perlu menempatkan microchip di tangan orang-orang," ujar Rachel Moran, Peneliti Konspirasi Online dari University of Washington. 

(Penulis: Azarine Jovita Halim)

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.