Liputan6.com, Jakarta - Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengakui beberapa negara gunakan vaksin booster untuk membunuh anak-anak. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 2 Januari 2022.
Unggahan klaim Direktur Jenderal WHO mengakui beberapa negara gunakan vaksin booster untuk membunuh anak-anak berupa video Tedros Adhanom Ghebreyesus yang sedang memberikan keterangan dengan durasi 53 detik.
Baca Juga
Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
Advertisement
"Tedr os slips up and ad mits some countries using boo ster sho ts to ki ll chil dren 💥💥💥💥
Tedros tergelincir dan mengakui beberapa negara menggunakan temba kan bo os ter untuk mem bu n uh anak-anak.
Credit to HATS TRUTH 🎩
Please check
https://www.who.int/.../who-director-general-s-opening...#
27:20 of the audio version right from the WHO website. He said it. 👍🏼"
Benarkah klaim Direktur Jenderal WHO mengakui beberapa negara gunakan vaksin booster untuk membunuh anak-anak? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Direktur Jenderal WHO mengakui beberapa negara gunakan vaksin booster untuk membunuh anak-anak, menggunakan Google Search dengan kata kunci 'Tedros Adhanom Ghebreyesus booster vaccine to kill children'.
Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Twitter post misconstrues what WHO Director-General said about COVID-19 vaccines and children" yang dimuat situs politifact.com, pada 23 Desember 2021.
Situs politifact.com menyebutkan, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus tersandung kata-katanya, pertama salah mengucapkan kata "anak-anak" dengan "kil/cil." Dia kemudian mengoreksi dirinya sendiri dan mengucapkan kata "anak-anak." Itu membuat beberapa orang mengklaim dia mengatakan "bunuh anak-anak."
WHO mendukung penggunaan vaksin untuk anak-anak dan mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa vaksin COVID-19 telah membunuh anak-anak.
Dalam artikel berjudul "Un video muestra una interpretación errónea de una declaración del director de la OMS" yang dimuat factual.afp.com, pada 24 Desember 2021 menyebutkan, WHO mengatakan kepada AFP pada 23 Desember 2021 bahwa Tedros Adhanom Ghebreyesus ragu-ragu atas suku kata pertama dari kata bahasa Inggris "anak-anak" .
Menurut WHO, pada konferensi pers pada 20 Desember, "ketika [Adhanom] mengucapkan kata 'anak-anak', dia ragu-ragu dengan suku kata pertama 'chil', dan akhirnya terdengar seperti 'cil/kil'" .
"Kemudian dia mengucapkan suku kata yang sama segera setelah itu, dan itu milik 'cil-child'. Penafsiran lain tentang ini 100 persen salah," tambah WHO.
WHO juga mencatat bahwa badan tersebut mendorong penggunaan vaksin untuk melindungi orang dari virus corona baru.
Dalam pernyataannya Adhanom Ghebreyesus berbicara tentang kesetaraan antara negara berpenghasilan tinggi dan rendah.
"Kemudian masalah ekuitas datang ke sini. Daripada memvaksinasi [dengan dosis booster] seorang anak di negara-negara berpenghasilan tinggi, lebih baik memvaksinasi orang tua di negara-negara di mana orang tua belum divaksinasi, bahkan dengan vaksin pertama," katanya.
Dalam halaman berjudul "WHO Director-General's opening remarks at the media briefing for Geneva-based journalists - 20 December 2021" yang dimuat situs who.int menayangkan video yang ada pada klaim secara utuh. Pembahasan klaim tersebut terdapat pada menit ke 26.
Berikut isinya
"Itu bukan karena mereka tidak didorong. Itulah kenyataannya. Jadi, saya pikir mereka harus fokus pada sesuatu yang harus difokuskan, itulah masalahnya. Kami mengadakan pertemuan hari ini dan dalam beberapa hari terakhir. Ada bukti baru yang muncul sekarang tentang manfaatnya, terutama dengan kelompok lansia, lansia, terutama di atas 65 dan di atas 60. Jadi, jika akan digunakan, lebih baik fokus pada kelompok yang memiliki risiko penyakit parah dan kematian, daripada, seperti yang kita lihat, beberapa negara menggunakan untuk memberikan booster kepada anak-anak, yang tidak benar."
Sumber:
https://www.politifact.com/factchecks/2021/dec/23/tweets/twitter-post-misconstrues-what-who-director-genera/
https://factual.afp.com/http%253A%252F%252Fdoc.afp.com%252F9V84QE-1?preview=iKhbbC1D_pDKIjezq-S6PN8dKkfVFH8lKKz4cPGlk2E&fbclid=IwAR39kY_YKRF3iagdqpaBDimiWA7Kr3wQj4mC4VEvkxcSAWhSXCg-XscdZLQ
https://www.who.int/multi-media/details/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-for-geneva-based-journalists---20-december-2021?fbclid=IwAR3s62rfLyXl7SfIjyFaM1tsmKBRVlTO9n8JQxOpVNzpxEAV-BArlGrfV7c#
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim Direktur Jenderal WHO mengakui beberapa negara gunakan vaksin booster untuk membunuh anak-anak tidak benar.
Tedros Adhanom Ghebreyesus tersandung kata-katanya, pertama salah mengucapkan kata "anak-anak" dengan "kil/cil." Dia kemudian mengoreksi dirinya sendiri dan mengucapkan kata "anak-anak." Itu membuat beberapa orang mengklaim dia mengatakan "bunuh anak-anak."
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement