Sukses

Deretan Hoaks terkait Chemtrail, Simak Faktanya

Sejumlah informasi soal chemtrail bermunculan di media sosial. Berikut rangkumannya.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah informasi soal chemtrail bermunculan di media sosial. Satu di antaranya Klaim tentang virus corona COVID-19 varian omicron muncul akibat keracunan chemtrail.

Klaim tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 10 Februari 2022. Akun Facebook tersebut mengunggah gambar berisi narasi bahwa COVID-19 varian Omicron disebabkan dari keracunan chemtrail di udara.

"WASPADA!!

Akhir2 ini pesawat chemtrail sgt aktif di udara. Gejala keracunan chemtrail:

Demam, badan linu, batuk, flu, diare, badan gatal2, dll.

Jika anda sampai keracunan jangan minum obat paracetamol. Sedia selalu norit, VCO, cuka apel, jeruk lemon, himalayan salt, minum air kelapa ijo.

Jadi paham ya apa yg dimaksud Omicron itu bkn lah virus, tapi sebab akibat dari keracunan chemtrail yg disebar di udara"

"Pantes saja smua orang menderita sedemikian," tulis salah satu akun Facebook.

Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 109 kali dibagikan dan mendapat 25 komentar warganet.

Setelah ditelusuri, klaim virus corona COVID-19 varian omicron disebabkan keracunan chemtrail ternyata tidak benar. Faktanya, tidak ada kaitannya antara chemtrail dengan virus corona COVID-19 varian omicron.

Selain klaim virus corona COVID-19 varian omicron disebabkan keracunan chemtrail di udara, terdapat informasi palsu lainnya soal chemtrail. Berikut rangkumannya.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penampakan Penyebaran Zat Kimia Penyebab Penyakit di Langit

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video penampakan penyebaran zat kimia penyebab penyakit dari pesawat di langit atau Chemtrails. Klaim tersebut diunggah akun Facebook Aldous, pada 8 Juli 2021.

Klaim penampakan penyebaran zat kimia penyebab penyakit dari pesawat di langit menampilkan foto garis putih seperti awan. Kemudian foto tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

Zat berbahaya yg bernama Chemtrails(chemical trails) yg sudah di sebarkan di berbagai kota,sudah banyak kota yg diberikan zat kimia ini terutama Bekasi,Riau,Jogja dan berbagai tempat lainnya yg terlihat seolah olah air hujan turun padahal itu zat kimia yg membuat seseorang apabila menghirup atau terkena bisa menyebabkan BATUK,PILEK,RADANG dan lainnya,maka dari itu yg sakit ke gitu pasti di bilang COVIDIOT padahal itu oknum para petinggi bodoh yg telah melakukannya,SANGAT JAHAT MEMBUNUH PELAN PELAN

#covidhoaxterbesardalamsejarah

#covidindonesia

#covid19"

Setelah ditelusuri, klaim penampakan penyebaran zat kimia penyebab penyakit di langit tidak benar.

Asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat lewat adalah hal yang biasa, fenomena jejak putih itu dikenal dengan jejak kondensasi pesawat terbang atau disebut dengan condensation trail yang disingkat Contrail.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

 

3 dari 4 halaman

Burung Pipit di Bali Berjatuhan dan Mati Akibat Chemtrail

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim burung pipit di Bali berjatuhan dan mati akibat efek chemtrail atau penyebaran racun di udara. Informasi tersebut dibagikan salah satu akun Facebook.

Unggahan berupa video yang menayangkan sejumlah burung berbaring di tanah. Dalam video tersebut juga terdapat suara orang bicara dengan bahasa bali Diberi keterangan sebagai berikut:

"Efek chemtrail nih"

Setelah ditelusuri, klaim burung pipit di Bali berjatuhan dan mati akibat efek chemtrail belum terbukti.

Pengujian BBVet Denpasar mengecek penyakit infeksius tersebut melalui pemeriksaan histopatologi. Hasil tes polymerase chain reaction (PCR) juga menunjukkan bahwa satwa tersebut negatif dari penyakit flu burung.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.