Liputan6.com, Jakarta Vaksinasi lengkap dapat mengurangi risiko long covid atau gejala-gejala yang masih menyertai para penyintas Covid-19. Hal ini disampaikan oleh seorang vaksinolog, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD.
“Ada satu penelitian dari Inggris, disimpulkan bahwa orang-orang yang sudah divaksinasi kalau sampai dia kena Covid-19, risiko mengalami long covid itu turun sampai 49%,” dr. Dirga menjelaskan di program Virtual Class Cek Fakta Liputan6.com bertajuk “Dahsyatnya Omicron, Bikin Pertahanan Tubuh Jebol”, Jumat (25/02/2022).
Perlu diketahui, long covid sama sekali tidak menular karena virus yang ada di tubuh penyintas Covid-19 sudah mati. Hanya saja, beberapa gejala-gejala Covid-19 masih dirasakan oleh orang yang pernah terinfeksi virus tersebut. Inilah yang disebut dengan long covid.
Advertisement
dr. Dirga juga mengingatkan long covid memang jarang sekali membahayakan. Namun, jika gejala long covid mengganggu kehidupan seseorang, bahkan menurunkan kualitas hidupnya, maka ia wajib dikonsultasikan ke dokter.
Selain efektif untuk meringankan long covid, vaksinasi juga dapat meringankan gejala Covid-19 varian Omicron. Terutama jika orang tersebut telah mendapat dosis ketiga atau booster, efektivitas vaksinnya mencapai 90-95%.
Namun, seringkali masyarakat menganggap varian Omicron sebagai flu biasa. Asumsi masyarakat tersebut justru membuat masyarakat menjadi tidak waspada.
“Memang betul omicron lebih ringan daripada delta, dalam artian yang meninggal lebih sedikit, yang dirawat lebih sedikit. Tapi, tetap omicron bukan flu biasa. Omicron adalah varian dari virus Covid-19,” tegas dr. Dirga.
Baca Juga
Maka dari itu, ia menegaskan pentingnya vaksinasi dan tes swab PCR atau Antigen. Tes ini berguna untuk mendeteksi virus dan penanganannya pada orang yang terinfeksi. Jika tidak terdeteksi maka akan berbahaya bagi kelompok-kelompok rentan seperti lansia, orang dengan komorbid, dan orang yang belum divaksinasi.
Ada beberapa kasus seseorang positif Covid-19 setelah divaksin. Namun, dr. Dirga dapat memastikan penyebabnya bukanlah dari vaksin, melainkan ada infeksi alamiah 1-2 hari sebelum vaksinasi.
Lebih lanjut ia tegaskan, “Semua merk vaksin Covid-19 tidak ada yang mengandung virus yang hidup, vaksin Covid-19 merk apapun tidak mungkin menyebabkan swab kita menjadi positif.”
Penulis: Viona Pricilla/Universitas Multimedia Nusantara
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement