Sukses

Vaksinasi Hindari Risiko Long Covid-19 hingga 49-95 Persen

Long Covid-19 terjadi ketika reaksi gejala Covidnya beragam dan berlangsung cukup lama.

Liputan6.com, Jakarta - Nyaris tiga tahun sudah virus Corona Covid-19 mendiami beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, kini makin bermutasi setelah memasuki tubuh manusia.

Setelah gelombang Delta yang sempat mengguncangkan dunia, saat ini varian virus itu bermutasi lagi dengan sebutan Omicron, di mana penyebarannya yang cukup cepat disertai gejala terbilang ringan.

Varian-varian Covid-19 ini telah memakan banyak korban di seluruh dunia, meski banyak juga yang sembuh karena vaksinasi untuk mencegah Covid-19.

Namun begitu, beberapa orang yang pernah terinfeksi Covid-19 masih merasakan sesak, batuk, dan mudah lelah. Inilah yang disebut dengan Long Covid-19.

"Lazimnya itu, orang yang terinfeksi Covid-19 sembuh sekitar 10 sampai 14 hari. Tapi ternyata ada 10 sampai 20% dari mereka yang sampai dua bulan, tiga bulan, bahkan enam bulan masih merasakan sesak napas, batuk, dan gejala lainnya," Vaksinolog EMC, dr. Dirga Sakti Rambe, menjelaskan di program Virtual Class Cek Fakta Liputan6.com bertema “Dahsyatnya Omicron, Bikin Pertahanan Tubuh Jebol”, beberapa waktu lalu.

Namun, dr. Dirga juga menjelaskan, orang-orang yang menderita Long Covid-19 ini tidak lagi menularkan.

Menurut dr. Dirga, Long Covid-19 terjadi ketika reaksi gejala Covidnya beragam dan berlangsung cukup lama. Meskipun Long Covid tidak berbahaya, tapi hal ini dapat menurunkan kualitas hidup seseorang.

 

Salah satu yang dapat menurunkan risiko Long Covid menurut dr. Dirga adalah vaksinasi, dengan penurunan risiko mencapai 49%. Terutama setelah melakukan booster atau dosis ketiga, kemungkinan terhindarnya mencapai 90-95%.

Tidak hanya istilah Long Covid, kini ada lagi sebutan Omicron siluman yang mana Omicron ini merupakan bagian dari sub-sub Omicron. Omicron siluman merupakan sebutan lain dari BA2 yang mana diduga bahhwa tingkat keparahannya sama dengan Delta dan penyebarannya sama dengan Omicron.

"Varian Omicron ini punya anak-anak varian atau sub varian, ada BA1, ada BA2. Nah, yang disebut siluman itu adalah BA2," ujar dr. Dirga. "Namun saat ini yang beredar lebih luas adalah BA1 yang sedang kita alami. Diduga kecepatannya sama dengan Omicron sekarang (BA1) tapi keparahannya sama dengan delta."dr. Dirga pun mengingatkan, agar masyarakat tidak menganggap bahwa Omicron adalah varian dengan gejala ringan. Sebab, varian ini juga sangat berbahayauntuk mereka yang rentan, seperti lansia, anak-anak dan penderita yang memiliki komorbid.

"Kalau kita menganggapnya ringan cenderung menyebabkan ketidak hati-hatian. Mungkin Anda masih muda, tidak ada komorbid, betul gejalanya itu ringan sekali, seperti batuk pilek. Tapi jangan lupa sekalipun tidak bergejala kita itu bisa tetap menularkan. Begitu kita menularkan ke orang-orang yang rentan yaitu satu dengan lansia, dua penderita komorbid, tiga belum vaksinasi, mereka itu bisa meninggal," dia menegaskan.

Efani Angreini/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.