Sukses

Hasil Riset: Disinformasi dan Misinformasi di TikTok Sulit Dideteksi

Pelacakan atas misinformasi dan disinformasi di TikTok cukup menantang

Liputan6.com, Jakarta- TikTok menjadi salah satu sosial media yang kerap dimanfaatkan untuk menyebar hoaks, namun terdapat kesulitan untuk melacak misinformasi dan disinformasi pada platform tersebut.

Dilansir dari theconversation.com, selama delapan bulan masa riset tim theconversation.com menemukan bahwa pelacakan atas misinformasi dan disinformasi di TikTok cukup menantang. Tantangan ini masih ada meskipun platform ini telah meluncurkan program pengecekan kebenaran pada tahun 2020, dalam kemitraannya dengan organisasi cek fakta independen di seluruh dunia yang “membantu meninjau dan menilai keakuratan konten” di platform ini.

Untuk melacak misinformasi dan disinformasi secara efektif, semua konten harus ditonton dengan cermat dan dipahami berdasarkan konteks lokal. Untuk memastikan penilaian yang benar, upaya ini membutuhkan pengamatan langsung oleh manusia dan analisis video selama berjam-jam, untuk mengamati bahasa, isyarat nonverbal, istilah, gambar, teks, dan keterangan.

Inilah sebabnya mengapa pemeriksa fakta secara global mengandalkan partisipasi publik untuk melaporkan konten yang menyesatkan, selain memiliki tim pemeriksa fakta yang fokus utamanya memverifikasi konten viral.

Teknologi kecerdasan buatan dapat membantu memverifikasi beberapa unggahan ini. Namun, pengecekan kebenaran konten audiovisual masih sangat bergantung pada penilaian manusia demi mendapatkan akurasi.

Hingga saat ini, konten audio visual menjadi format paling menantang untuk dicek kebenarannya di seluruh dunia. Platform media sosial yang lain juga mengalaminya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Faktor Bahasa Juga Mempengaruhi

Dalam penelitian ini, juga ditemukan bahwa bahasa gaul mempersulit pelacakan misinformasi dan disinformasi politik di TikTok bahkan ketika kami menganalisis konten yang diunggah dalam bahasa ibu.

Faktor-faktor seperti kesenjangan generasi dan kurangnya kesadaran akan bahasa gaul dan jargon terkini yang digunakan oleh pembuat konten dan pengguna tidak boleh diremehkan dalam memeriksa fakta konten di platform. Tidak diragukan lagi, ini juga akan menjadi masalah bagi mekanisme pengecekan fakta yang digerakkan oleh kecerdasan buatan

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.