Sukses

Literasi Digital dan Lintas Budaya Sebagai Sarana Pembelajaran Mahasiswa

Singapore Management University melakukan penelitian yang melibatkan mahasiswa untuk belajar budaya dan literasi digital dalam meningkatkan pengalaman.

Liputan6.com, Jakarta- Dalam lingkup pendidikan, lintas budaya dan transformasi digital merupakan bagian dari pembelajaran dan sarana pengalaman bagi mahasiswa. Salah satunya yang dilakukan oleh Singapore Management University (SMU) yang menerapkan kolaborasi sebagai bentuk pembelajaran bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja secara nyata. 

Kolaborasi mahasiswa dilakukan bersama dengan pihak atau mahasiswa dari negara lain untuk mempelajari budaya serta kemampuan literasi digital melalui kompetensi lintas budaya. 

Yuanto Kusnadi, Profesor Asosiasi Akuntansi, melakukan studi yang dinamakan “Study Mission” di mana mahasiswa berkesempatan untuk mengunjungi perusahaan di luar negeri dan berinteraksi mengenai lingkungan bisnis dan budaya di negara tersebut. 

“Sejauh yang kami ketahui, belum ada yang melakukan penelitian untuk memahami kecerdasan budaya sebagaimana dengan kemajuan teknologi, jadi kami pikir itu akan jadi ide bagus untuk melihat bagaimana mahasiswa dapat berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan teknologi suatu perusahaan,” jelas Prof. Kusnadi.

Adanya pandemi COVID-19 membuat proses transformasi digital perusahaan perlu mengadopsi mindset yang memperluas lingkup mereka ke luar negeri. Hal tersebut tentunya membutuhkan literasi digital dan kemampuan teknologi yang baik.

Penelitian SMU menyatakan bahwa transformasi yang cepat membutuhkan dorongan wawasan digital dan kecerdasan budaya yang pesat yang dapat mengizinkan mahasiswa untuk merencanakan pekerjaan mereka di masa depan. Dalam hal ini, penggunaan teknologi dan interaksi dengan klien global adalah hal yang wajar. 

Penelitian ini turut serta melibatkan Universitas Indonesia dalam berpartisipasi. 

“Dengan bekerja bersama dalam proyek mahasiswa, mereka akan belajar masing-masing budaya. Umpan balik yang dihasilkan juga positif karena dengan melibatkan negara lain serta pengetahuan lokal mereka akan menambah dinamika budaya dan sama-sama menambah pengalaman belajar,” ujar Prof. Kusnadi. 

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.