Liputan6.com, Jakarta - Hoaks terkait varian covid-19 beberapa kali muncul di masyarakat. Hoaks ini biasanya menyebar saat kasus positif sedang tinggi.
Baca Juga
Advertisement
Lalu apa saja hoaks terkait varian covid-19? Berikut beberapa di antaranya:
1. Cek Fakta: Tidak Benar Covid-19 Subvarian XBB 5 Kali Lebih Beracun dan Mematikan daripada Varian Delta
Beredar di media sosial postingan pesan berantai yang menyebutkan gejala baru covid-19 subvarian Omicron XBB lima kali lebih beracun dan mematikan daripada varian delta. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.
Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 3 Oktober 2022.
Berikut isi postingannya:
"berita singapura!
"Semua orang disarankan memakai masker karena virus corona varian baru COVID-Omicron XBB berbeda, mematikan dan tidak mudah terdeteksi dengan baik:- Gejala virus novel COVID-Omicron XBB adalah sebagai berikut:
- 1. Tidak batuk.
2. Tidak ada demam. Hanya akan ada banyak :
- 3. Nyeri sendi.
4. Sakit kepala.
5. Sakit leher.
6. Sakit punggung bagian atas.
7. Pneumonia.
8. Umumnya tidak nafsu makan. Tentu saja, COVID-Omicron XBB 5 kali lebih beracun daripada varian Delta dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada Delta. Dibutuhkan waktu yang lebih singkat untuk kondisi mencapai tingkat keparahan yang ekstrim, dan kadang-kadang tidak ada gejala yang jelas.
Mari lebih berhati-hati!Jenis virus ini tidak ditemukan di daerah nasofaring, dan secara langsung mempengaruhi paru-paru, "jendela", untuk waktu yang relatif singkat.
Beberapa pasien yang didiagnosis dengan Covid Omicron XBB akhirnya diklasifikasikan sebagai tidak demam dan tidak sakit, tetapi rontgen menunjukkan pneumonia dada ringan. Tes usap hidung umumnya negatif untuk COVID-Omicron XBB, dan kasus negatif palsu dari tes nasofaring meningkat. Artinya, virus tersebut dapat menyebar di masyarakat dan langsung menginfeksi paru-paru, sehingga menyebabkan pneumonia virus, yang pada gilirannya menyebabkan stres pernapasan akut.
Ini menjelaskan mengapa Covid-Omicron XBB menjadi sangat menular, sangat ganas, dan mematikan.
Harap diperhatikan, hindari tempat keramaian, jaga jarak 1,5m meski di tempat terbuka, pakai masker dua lapis, pakai masker yang sesuai, dan sering cuci tangan saat tidak menunjukkan gejala (tidak batuk atau bersin). "Gelombang" Covid Omicron ini lebih mematikan dari gelombang pertama Covid-19.
Jadi kita harus sangat berhati-hati dan mengambil berbagai tindakan pencegahan virus corona yang ditingkatkan. Juga menjaga komunikasi waspada dengan teman dan keluarga.
Jangan simpan informasi ini untuk diri sendiri, bagikan sebanyak mungkin dengan kerabat dan teman lain, terutama milik Anda."
Lalu benarkah postingan pesan berantai yang menyebutkan gejala baru covid-19 subvarian Omicron XBB lima kali lebih beracun dan mematikan daripada varian delta? Simak dalam artikel berikut ini...
2. Cek Fakta: Tidak Benar Vaksin Covid-19 Sebabkan Mutasi Varian Covid-19
Beredar kembali di media sosial dan aplikasi percakapan postingan terkait vaksin covid-19 yang disebut telah bermutasi menjadi ribuan varian covid-19. Postingan itu kembali diedarkan sejak tengah pekan ini.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya kembali di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 24 Februari 2022.
Berikut isi postingannya:
"Mohon yg sdh divaksin baca betul informasi ini, berita dari Univ. Brawijaya.......👍👍
JAGA DIRI agar IMUNITAS tubuh kita tetap TINGGI
Hanya dg cara ini kita bisa tahan thd serangan Virus Covid-19 yg menempel pada tubuh kita.
Prof. Sutiman Bambang Sumitro adalah seorang peneliti handal yg dimiliki oleh Universitas Brawijaya Malang. Beliau telah meluluskan lebih dari 60 Doktor dlm Bidang Mikrobiologi, reputasinya di Indonesia sdh tdk diragukan lagi.
Kemarin, dlm pertemuan di Rektorat UNIBRAW, Malang. Beliau mengatakan bhw Vaksin Virus Covid-19 nyaris tdk ada gunanya. Saya kaget. Apa pasalnya kok Vaksin menjadi tdk berguna?
Ternyata inilah penyebabnya: Vaksin Covid-19 itu telah bermutasi menjadi ribuan varian Covid-19 baru di seluruh dunia. Beliau bersama anaknya yg ahli IT mengumpulkan data tsb dari seluruh dunia. Di Indonesia sendiri telah ditemukan ratusan varian Covid-19.
Padahal Vaksin adalah Spesifik. Artinya, ia hanya efektif untuk menangkal jenis Virus Covid-19 tertentu saja. Kalau Virusnya sdh bermutasi, maka Antibodi yg dibentuk dari vaksinasi tsb nyaris tdk akan efektif lagi menangkal Virus Covid-19 yg telah bermutasi.
Ini barangkali penjelasan, kenapa ada orang yg pernah terkena Covid-19 lantas sembuh, tetapi ternyata kambuh lagi.
Rekan kami, Rhiza M. Sajad menulis, bhw tetangga beliau, dr. Noer Bahri Noor, sekarang dirawat di rumah sakit krn Covid-19, padahal sebelumnya beliau sdh pernah terkena Covid-19 dan berhasil sembuh. Jadi inveksi Covid-19 dapat berulang.
Beberapa waktu yg lalu juga sempat diberitakan bhw ada seorang perawat yg meninggal dlm kondisi hamil, krn Covid-19. Pdh sebelumnya ia sdh pernah terkena Covid-19 dan sembuh.
Bahkan, salah satu relawan Covid-19 yg disuntik vaksin di Bandung tempo hari, diberitakan positif Covid-19 setelah dia pergi ke Semarang.
Dg semakin banyaknya Mutan dan Varian Covid-19, nyaris sekarang tdk ada lagi yg aman dari Covid-19. Tak ada lagi yg bisa JUMAWA, bhw dirinya KEBAL dari Covid-19.
Jadi apa upaya yg hrs kita tempuh, supaya tdk terkena Covid-19 ???
Jaga diri agar imunitas tubuh Anda tetap bisa tinggi terus. "Sering-seringlah kena paparan sinar matahari, bekerja di terik matahari shg berpeluh-peluh", krn itu adalah exercise yg sangat bagus untuk meningkatkan Imunitas.
Selain itu, "sering-seringlah makan sayur dlm jumlah besar, agar kondisi badan / tubuh kita cenderung Basa (pH 7-14). Banyak sekali sayuran di sekitar kita. Bayam satu ikat cuma Rp. 2000,-Kalau sehari menghabiskan bayam 3 ikat seorang diri, kan cuma keluar Rp. 6000,-. Makan sayur yg banyak juga akan mengurangi volume karbohidrat / nasi putih, shg kita akan lbh sehat.
Keep Heathly 👍🏼🤸🏾♂️⛹🏾♂️
Pengobatan sederhana unt Covid-19 yg bisa dilakukan di rumah, sebelum ke Dokter adalah:
Pertama, kita hrs tahu bhw batuk bukanlah penyakit utama, juga demam bukan penyakit utama !!! Tetapi itu hanya reaksi tubuh sbg perlawanan atas adanya infeksi, atau lainnya, termasuk sakit tenggorokan.
Kalau kita beli obat flu, isinya adalah pereda nyeri tenggorokan, pereda batuk kering, pereda demam, ada pengencer dahaknya kadang-kadang.
Dari sini kita belajar, untuk penyembuhan flu yg diobati sesuai dg gejala sakitnya.
Katakanlah Covid-19, gejala sakitnya adalah radang tenggorokan, batuk kering, demam, dan sesak nafas. Maka pengobatannya adalah:
1. Istirahat Total. Ini wajib, apapun jenis sakit flu-nya, krn virus hanya bisa dilawan oleh antibodi. Shg hrs benar-benar istirahat smp fit, bukan smp badan terasa enakan. Hrs smp fit, bisa jadi 7 hari istirahatnya.
2. Suplai vitamin dg dosis double. Kalau saya kena flu biasanya minum: - Farmaton Vit 2x sehari- Ester C 1000 mg 2x sehari- Madu 5 sendok- Habbats Cair 5 kapsul, - Zaitun 3 sendok.
3. Jika sesak nafas, krn semua jenis flu yg menyerang manusia memang menyebabkan atau dibarengi dg sesak nafas, apalagi untuk orang yg memang sdh punya asma. Jadi tdk usah heran kalau Covid-19 katanya bikin sesak nafas, krn semua flu memang cenderung begitu.
Nah lanjut lagi, kalau sdh sesak nafas, pengobatan yg mujarab adl dg:1). Alat uap Nebulizer + obat Ventolin cair + cairan infus, bisa dilakukan sendiri di rumah, sangat mdh & tdk berbahaya.2). Diuapi sehari 3x smp hilang sesak nafasnya, biasanya 1-3 hari hilang sesaknya seiring dg semakin membaiknya kondisi tubuh.Jika batuk ada dahaknya, dg diuapi, ikutan sembuh juga batuknya. Masalahnya, dahak akan keluar banyak dan pasti membuat iritasi tenggorokan, shg membuat sakit tenggorokan.
4. Sakit tenggorokan diobati dg Methyl Prednisolon dan pereda nyerinya Asam Mefenamat, biasanya 1 smp 3x minum sdh sembuh.
5. Kalau ada demam, tinggal panasnya diturunkan dg Paracetamol. Perlu diingat bhw demam di sini berhubungan dg infeksi, biasanya infeksi di tenggorokan atau radang tenggorokan. Kalau tidak ada radang tenggorokan, atau tdk parah, biasanya tdk akan demam.
6. Hindari makan buah yg bergetah, spt: melon, nanas, semangka. Makanlah buah jeruk saja, jeruk itu sangat bagus.
7. Selama pengobatan ini, istirahat total dg mengisolasi diri. Tdk usah mikir pekerjaan, tdk usah mikir yg lain-lain, krn cara ini yg akan bantu mempercepat penyembuhan.
💚 "Lindungi diri Anda & keluarga Anda agar tetap aman dari COVID-19" 🙏🏻 JANGAN menyimpan informasi ini hanya untuk diri Anda, berikan kpd semua keluarga dan teman Anda...Semoga bermanfaat"
Lalu benarkah postingan yang menyebut vaksin covid-19 telah bermutasi menjadi ribuan virus baru di seluruh dunia? Simak dalam artikel berikut ini...
3. Cek Fakta: Tidak Benar Ada Varian Baru Covid-19 Bernama Florona
Beredar di media sosial postingan terkait varian covid-19 baru bernama Florona. Postingan itu ramai dibagikan sejak beberapa hari lalu.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 5 Januari 2022.
Dalam postingannya terdapat narasi sebagai berikut:
"Florona itu siapa, Mas? Namanya ada di mana-mana lho di sini! *halah!
Setelah muncul dengan Varian Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, Kappa, Kembar Delta, Delmicron dan Omicron, sekarang COVID-19 muncul dengan Varian Florona. Udah kayak sinetron aja, bersambung-sambung nih episode virus"
Lalu benarkah postingan yang mengklaim ada varian covid-19 baru bernama Florona? Simak dalam artikel berikut ini...
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement