Sukses

Kaleidoskop 2022: Hoaks Masih Mengintai meski Kasus Covid-19 Melandai

Berikut kumpulan hoaks Covid-19 yang beredar sepanjang 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Penularan Covid-19 sepanjang 2022 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, meski begitu hoaks seputar penyakit yang diakibatkan oleh virus SARS-CoV-2 tersebut masih beredar.

Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp. PD mengatakan, masyarakat harus tetap berperan dalam melawan hoaks seputar Covid-19, dengan meluruskan informasi yang salah dan tidak menyebarkannya dan membuat orang lain tersesat.

"Yang perlu dilakukan melawan hoaks, jangan sampai kita bagian menyebar hoaks, seperti yang muda perlu memberikan informasi yang benar ke yang tua," kata Dirga, dalam acara Virtual Class in collaboration with IFCN dan WhatsApp, dikutip Selasa (27/12/2022).

Dirga melanjutkan, melawan hoaks seputar Covid-19 tetap harus dilakukan di tengah melandainya kasus Covid-19. Pasalnya, hoaks dapat memberikan dampak negatif bahkan mematikan.

"Karena hoaks terkait pandemi itu taruahnnya nyawa ini mesti berhati-hati," ucapnya.

Cek Fakta Liputan6.com pun terus melakukan penelusuran terhadap informasi seputar Covid-19 yang beredar di tengah masyarakat selama 2022.

Berikut kumpulan hoaks Covid-19 yang beredar sepanjang 2022.

Video Penangkapan 250 Pekerja Laboratorium Kaki Tangan Barat Penyebar Covid-19

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video penangkapan 250 pekerja laboratorium kaki tangan barat penyebar Covid-19. Informasi tersebut beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.

Klaim video penangkapan 250 pekerja laboratorium kaki tangan barat penyebar Covid-19 berupa penangkapan sejumlah orang yang mengenakan baju alat pelindung diri (APD) yang tangannya diikat dan mendapat pengawalan dari polisi.

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"China heran , mengapa covid tidak ada habis-habisnya? Setelah diselidiki, ternyata ada 250 orang di laboratorium yang jadi kaki tangan Barat untuk menyebar virus. Para pelaku sudah ditangkap polisi, dan dapat dipastikan hukumannya adalah tembak mati.

Negara-negara Barat selalu punya cara yg murah & efektif untuk membendung kemajuan China . . . Tapi sayangnya China sudah punya teknologi mata-mata yg lumayan canggih yg tidak diketahui oleh Barat, bahkan untuk bangsanya sendiri."

Benarkah klaim video penangkapan 250 pekerja laboratorium kaki tangan barat penyebar Covid-19? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com simak hasil penelusurannya di sini.

 

Covid-19 Subvarian XBB 5 Kali Lebih Beracun dan Mematikan daripada Varian Delta

Beredar di media sosial postingan pesan berantai yang menyebutkan gejala baru covid-19 subvarian Omicron XBB lima kali lebih beracun dan mematikan daripada varian delta. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.

Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 3 Oktober 2022.

Berikut isi postingannya:

berita singapura!

"Semua orang disarankan memakai masker karena virus corona varian baru COVID-Omicron XBB berbeda, mematikan dan tidak mudah terdeteksi dengan baik:- Gejala virus novel COVID-Omicron XBB adalah sebagai berikut:

- 1. Tidak batuk.

2. Tidak ada demam. Hanya akan ada banyak :

- 3. Nyeri sendi.

4. Sakit kepala.

5. Sakit leher.

6. Sakit punggung bagian atas.

7. Pneumonia.

8. Umumnya tidak nafsu makan. Tentu saja, COVID-Omicron XBB 5 kali lebih beracun daripada varian Delta dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada Delta. Dibutuhkan waktu yang lebih singkat untuk kondisi mencapai tingkat keparahan yang ekstrim, dan kadang-kadang tidak ada gejala yang jelas.

Mari lebih berhati-hati!Jenis virus ini tidak ditemukan di daerah nasofaring, dan secara langsung mempengaruhi paru-paru, "jendela", untuk waktu yang relatif singkat.

Beberapa pasien yang didiagnosis dengan Covid Omicron XBB akhirnya diklasifikasikan sebagai tidak demam dan tidak sakit, tetapi rontgen menunjukkan pneumonia dada ringan. Tes usap hidung umumnya negatif untuk COVID-Omicron XBB, dan kasus negatif palsu dari tes nasofaring meningkat. Artinya, virus tersebut dapat menyebar di masyarakat dan langsung menginfeksi paru-paru, sehingga menyebabkan pneumonia virus, yang pada gilirannya menyebabkan stres pernapasan akut.

Ini menjelaskan mengapa Covid-Omicron XBB menjadi sangat menular, sangat ganas, dan mematikan.

Harap diperhatikan, hindari tempat keramaian, jaga jarak 1,5m meski di tempat terbuka, pakai masker dua lapis, pakai masker yang sesuai, dan sering cuci tangan saat tidak menunjukkan gejala (tidak batuk atau bersin). "Gelombang" Covid Omicron ini lebih mematikan dari gelombang pertama Covid-19.

Jadi kita harus sangat berhati-hati dan mengambil berbagai tindakan pencegahan virus corona yang ditingkatkan. Juga menjaga komunikasi waspada dengan teman dan keluarga.

Jangan simpan informasi ini untuk diri sendiri, bagikan sebanyak mungkin dengan kerabat dan teman lain, terutama milik Anda."

Lalu benarkah postingan pesan berantai yang menyebutkan gejala baru covid-19 subvarian Omicron XBB lima kali lebih beracun dan mematikan daripada varian delta? Simak hasil penelusurannya di sini. 

 

Dokumen CDC AS Nyatakan Covid-19 Tak Ada

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim dokumen dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC AS yang menyatakan Covid-19 tidak ada. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 4 Oktober 2022.

Unggahan klaim dokumen CDC AS menyatakan Covid-19 tidak ada tersebut berupa tangkapan layar artikel dengan judul "CDC admits there is no Covid-19"

Berikut awal tulisan tersebut'

"The CDC document is titled, "CDC 2019-Novel Coronavirus (2019-nCoV) Real-Time RT-PCR Diagnostic Panel." It is dated July 13.2020."

Unggahan tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"👆 nahh lohh...🤭"

Benarkah klaim dokumen CDC AS menyatakan Covid-19 tidak ada? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 

2 dari 4 halaman

Hoaks Berikutnya

WHO Nyatakan Akhir Pandemi Covid-19 pada 14 September 2022

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim WHO menyatakan akhir pandemi Covid-19 14 September 2022. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Twitter pada 17 September 2022.

Unggahan tersebut berupa tayangan video Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan pernyataan sebagai berikut.

"We're not there yet? But the end is in sight. We have never been in a better position to end the pandemic."

Dengan terjemahan sebagai berikut.

"Kita belum sampai? Tapi akhir sudah di depan mata. Kami tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi."

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"WHO menyatakan akhir dari Plandemit Covid 19 per tanggal 14 September 2022

@KemenkesRI ga cape kalian haaa...@GratisTerbaik @MprAldo Teruslah Berjuang🔥🔥We fight together✊Next PLANDEMIC Will come"

Benarkah klaim WHO menyatakan akhir pandemi Covid-19 14 September 2022? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 

Swab Test Suntikan Vaksin untuk Masukan Partikel Nano ke Otak

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim swab test Covid-19 suntikan vaksin untuk memasukan partikel nano ke otak. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 23 Mei 2022.

Unggahan klaim swab test Covid-19 suntikan vaksin untuk memasukan partikel nano ke otak berupa video bertuliskan "Israeli News Live" yang menampilkan dua layar wawancara satu orang bertuliskan Jana Bennun dan seorang yang ada di layar lainnya bertuliskan DR. Lorraine Day.

Dalam vidoe tersebut seorang yang ada di dalam layar bertuliskan DR. Lorraine Day mengeluarkan pernyatakan, berikut transkripnya.

"Anyway, so can go through it. So when they take that swab and they put back there and twist it that doing depositing things back there this you can't see this but this shows they have nanoparticles that are actually on the ends of the Q-tips that they're putting in there that can get into your brain.

They can be hooked up to the cloud. So they they are already vaccinated you with the test with the chest. This is the beginning. So when you go get tested you are actually being vaccinated an implanted with nanoparticles.

A lot of people don't believe that Satan exists. He doesn't he is erecting these people to do this when when all of this is said and done people will recognize it seem really does exist."

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"Interview dr.Lorraine DayAnda sudah divaksin saat anda terima Swab (Pcr, Rapid atau Tcm)"

Benarkah klaim swab test Covid-19 suntikan vaksin untuk memasukan partikel nano ke otak? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berikut ini.

 

Nikotin Obat Efektif Sembuhkan Covid-19

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim nikotin efektif obati Covid-19. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 28 Juli 2022.

Unggahan tersebut berupa tulisan

"Receptor di otak yang mengawal diafragma mengecut adalah sasaran utama spike protein.

Nikotin berupaya menghalang spike protei ini mengikat kepada reseptor tersebutRupanya ada penelitian dilakukan terhadap nikotin dan ia berupaya menjadi pengobatan yg berkesan copidiot."

Tulisan tersebut disertai dengan video seorang yang sedang berbincara memabahas tentang nikotin memberikan perlindungan terhadap Covid-19, didalam video tersebut terdapat tulisan berbahasa melayu seperti berikut.

"Receptor di otak yang mengawal diafragma mengecut adalah sasaran utama spike protein.

Nikotin berupaya menghalang spike protei ini mengikat kepada reseptor tersebut

Rupanya ada penelitian dilakukan terhadap nikotin dan ia berupaya menjadi rawatan berkesan berkesan covid-19."

Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut.

"Reseptor di otak yang mengontrol diafragma yang berkontraksi adalah target utama lonjakan protein.

Nikotin mampu mencegah lonjakan protein ini mengikat reseptor

Ternyata penelitian tentang nikotin telah dilakukan dan mampu menjadi pengobatan yang efektif untuk Covid-19."

Benarkah nikotin efektif obati Covid-19? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

  

3 dari 4 halaman

Hoaks Berikutnya

Menko Luhut Larang Lansia Keluar Rumah Selama 4 Pekan pada Juni 2022 Akibat Covid-19 Menggila

Beredar di media sosial postingan artikel yang menyebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta lansia tidak keluar rumah selama empat pekan ke depan karena covid-19 menggila. Postingan itu beredar sejak akhir pekan ini.

Salah satu akun ada yang mempostingnya di Instagram. Postingan itu diunggah pada 12 Juni 2022.  

Dalam postingannya terdapat artikel Liputan6.com berjudul "Covid-19 Menggila Lagi, Menko Luhut Minta Lansia Tak Keluar Rumah Sebulan"

Akun itu menambahkan narasi:

"Oh kl lansia ga boleh keluar Rumah enter jg dunk, wapres , empud jg dll adil yeee jgn sepihak"

Lalu benarkah postingan artikel yang menyebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta lansia tidak keluar rumah selama empat pekan ke depan karena covid-19 menggila? Simah hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com dalam halaman berikut ini.

 

Ilmuwan Harvard Ditangkap Karena Jual Virus Covid-19 ke China

 Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan postingan video penangkapan ilmuwan Charles Lieber dari Universitas Harvard karena menjual virus covid-19 ke China. Postingan video itu kembali ramai dibagikan belum lama ini.

Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 22 Mei 2022.

Dalam postingannya terdapat video berdurasi 1 menit 44 detik dengan judul "Alhamdulillah, biang Corona nya udah tertangkap"

Selain itu dalam video terdapat narasi "Charles Lieber hari ini beberapa saat setelah penangkapannya di kantornya di Havard"

Akun itu menambahkan narasi " SEKILAS INFO PENJUAL VIRUS CORONA KE CHINA DITANGKAP"

Lalu benarkah postingan video penangkapan ilmuwan Charles Lieber dari Universitas Harvard karena menjual virus covid-19 ke China? Simak hasil penelusurannya dalam artikel dalam halaman berikut ini.

 

Klaim Video Minuman Red Bull Positif Covid-19

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video minuman Red Bull positif Covid-19. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 20 April 2022.

Unggahan klaim video minuman Red Bull positif Covid-19 menampilkan seorang pria menggunakan pakaian pelindung melakukan pengujian Red Bull menggunakan tes antigen dan meneteskan cairan Red Bull ke alat tes antigen, selang beberapa waktu alat tersebut memperlihatkan garis merah pada huruf T dan samar pada huruf C.

Dalam video tersebut terdapat tulisan "RED BULL-Positive for CooVIDD"

Unggahan tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"WHAT..????

Minuman Red Bull positif C19..??? 🤣🤣🤣😅"

Benarkah klaim video minuman Red Bull positif Covid-19? Simak hasil penelusurannya dalam artikel berikut ini.

 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.