Liputan6.com, Jakarta - Hoaks kematian akibat vaksin masih berhembus di tengah masyarakat, meski sebagian telah menjalani vaksinasi namun kabar dusta tersebut tetap menimbulkan kekhawatiran.
Beredasarkan hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, hoaks kematian akibat vaksin terus bermunculan dengan beragam isu, dari pengemudi ojek online sampai pembunuhan massal.
Baca Juga
Berikut kumpulan hoaks kematian akibat vaksin.
Advertisement
Video Pengemudi Ojek OnlineMeningal saat Berkendara Akibat Vaksin
Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video pengemudi ojek online atau ojol meninggal saat berkendara akibat vaksin. Kabar tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 13 Februari 2023.
Unggahan klaim video pengemudi ojol meninggal saat berkendara akibat vaksin, menampilkan seorang mengenakan jaket hijau sedang menunduk kaku di atas sepeda motor berwarna biru sedang mendapat pertolongan dari sejumlah orang yang melihat kondisinya.
Dalam video tersebut terdapat narasi suara, sebagai berikut.
"Masih bergerak matanya, bawa ke rumah sakit"
Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut. "Seorang driver ojol meninggal dunia dalam keadaan mengendarai kendaraan ojolnya, tubuhnya kaku.
Akhir-akhir ini banyak kematian mendadak tapi gak diekspos media. Pun kematian mendadak ini banyak yang menimpa para driver ojek online (ojol). Patut dicurigai kematian mendadak akibat dari cairan setan dalam botol niskav.
Yang sudah di niskav perbanyak istighfar dan bertaubat, jauhi perkataan dan perbuatan yang sia-sia."
Benarkah klaim video pengemudi ojol meninggal saat berkendara akibat vaksin? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berikut ini...
Vaksin Genosida Uni Eropa Membuat 100 Ribu Kematian
Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin genosida Uni Eropa membuat 100 ribu kematian dalam seminggu. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 27 Oktober 2022.
Klaim vaksin genosida Uni Eropa membuat 100 ribu kematian dalam seminggu berupa tangkapan layar tumbnails YouTube berjudul "SHOCKING: 100,000 PLUS DEATHS A WEEK! - VACCINE GENOCIDE! - EU To PROSECUTE PRESIDENT?"
Tangkapan layar tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
"📣 SHOCKING : LEBIH 100.000 KEMATIAN DALAM SEMINGGU - PEMBANTAIAN MASSAL VAKSIN - EUROPA UNION ______________
#yang dipuja - puja sebagai pemimpin hanya wayang demi membunuh 95% populasi dunia!"
Benarkah klaim vaksin genosida Uni Eropa membuat 100 ribu kematian dalam seminggu? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.
Â
Advertisement
Vaksin Covid-19 Sebabkan Sindrom Kematian Mendadak Bagi Atlet
Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan postingan video yang menyebut sejumlah atlet meninggal dunia karena terkena Sudden Arrythmic Death Syndrome (SADS) atau kematian yang terjadi secara tiba-tiba akibat serangan jantung setelah vaksin covid-19. Postingan ini beredar sejak beberapa waktu lalu.
Dalam postingan video berdurasi 58 detik itu terdapat potongan-potongan video atlet yang tiba-tiba pingsan atau terjatuh di lapangan.
Selain itu terdapat potongan artikel mengenai meninggalnya atlet di seluruh dunia karena serangan jantung. Postingan ini disertai narasi:
"Mysterious deaths of athletes around the world following the rollout of experimental mRNA vaccines is being written off in the media as "sudden adult death syndrome (SADS)."
This is the price of people allowing themselves to be ruled by Satanic leaders, Zionists, and international finance capital"
atau dalam Bahasa Indonesia
"Kematian misterius atlet di seluruh dunia setelah peluncuran vaksin mRNA eksperimental sedang ditulis di media sebagai" sindrom kematian orang dewasa mendadak (SADS)."
Ini adalah harga dari orang-orang yang membiarkan diri mereka diperintah oleh para pemimpin setan, Zionis, dan modal keuangan internasional"
Lalu benarkah postingan video yang menyebut vaksin covid-19 menyebabkan SADS dan membuat atlet meninggal dunia secara mendadak? Simak dalam artikel berikut ini...
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement