Sukses

Hoaks Seputar Covid-19 Varian Omicron Masih Beredar, Kenali Faktanya

Berikut kumpulan hoaks seputar Covid-19 varian Omicron

Liputan6.com, Jakarta- Hoaks seputar Covid-19 varian Omicron masih beredar di tengah masyarakat, kondisi ini masih dapat menyesatkan meski angka kasus penularan penyakit tersebut melandai.

Kabar bohong seputar Covid-19 varian Omicron tersebut perlu dihindari, caranya dengan memastikan kebenaran informasi yang didapat sebelum mempercayainya.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah menelusuri sejumlah informasi seputar Covid-19 varian Omicron, hasilnya sebagian terbukti hoaks.

Berikut kumpulan hoaks seputar Covid-19 varian Omicron.

 Covid-19 Omicron Subvarian XBB Tidak Mudah Terdeteksi

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim Covid-19 Omicron subvarian XBB mematikan dan tidak mudah terdeteksi, informasi tersebut beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.

Berikut klaim Covid-19 varian Omicron XBB mematikan dan tidak mudah terdeteksi.

"BREAKING NEWS FROM SINGAPURE

Semua orang disarankan memakai masker karena virus corona varian baru COVID-Omicron XBB berbeda, mematikan dan tidak mudah terdeteksi dengan baik:-

Gejala virus novel COVID-Omicron XBB adalah sebagai berikut:-

1. Tidak batuk.

2. Tidak ada demam.

Hanya akan ada banyak :-

3. Nyeri sendi.

4. Sakit kepala.

5. Sakit leher.

6. Sakit punggung bagian atas.

7. Pneumonia.

8. Umumnya tidak nafsu makan.

Tentu saja, COVID-Omicron XBB 5 kali lebih beracun daripada varian Delta dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada Delta.

Dibutuhkan waktu yang lebih singkat untuk kondisi mencapai tingkat keparahan yang ekstrim, dan kadang-kadang tidak ada gejala yang jelas.

Mari lebih berhati-hati!

Jenis virus ini tidak ditemukan di daerah nasofaring, dan secara langsung mempengaruhi paru-paru, ``jendela``, untuk waktu yang relatif singkat.

Beberapa pasien yang didiagnosis dengan Covid Omicron XBB akhirnya diklasifikasikan sebagai tidak demam dan tidak sakit, tetapi rontgen menunjukkan pneumonia dada ringan.

Tes usap hidung umumnya negatif untuk COVID-Omicron XBB, dan kasus negatif palsu dari tes nasofaring meningkat.

Artinya, virus tersebut dapat menyebar di masyarakat dan langsung menginfeksi paru-paru, sehingga menyebabkan pneumonia virus, yang pada gilirannya menyebabkan stres pernapasan akut.

Ini menjelaskan mengapa Covid-Omicron XBB menjadi sangat menular, sangat ganas, dan mematikan.

Harap diperhatikan, hindari tempat keramaian, jaga jarak 1,5m meski di tempat terbuka, pakai masker dua lapis, pakai masker yang sesuai, dan sering cuci tangan saat tidak menunjukkan gejala (tidak batuk atau bersin).

``Gelombang`` Covid Omicron ini lebih mematikan dari gelombang pertama Covid-19. Jadi kita harus sangat berhati-hati dan mengambil berbagai tindakan pencegahan virus corona yang ditingkatkan.

Juga menjaga komunikasi waspada dengan teman dan keluarga.

Jangan simpan informasi ini untuk diri sendiri, bagikan sebanyak mungkin dengan kerabat dan teman lain, terutama milik Anda."

Benarkah klaim Covid-19 Omicron subvarian XBB mematikan dan tidak mudah terdeteksi? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com dalam halaman berikut ini...

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Covid-19 Varian Omicron Adalah Senjata Biologis Buatan

Beredar di media sosial postingan terkait covid-19 varian Omicron yang merupakan senjata biologis buatan. Postingan tersebut beredar sejak tengah pekan ini.

Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Instagram. Akun itu mempostingnya pada 9 Maret 2022.

Berikut isi postingannya:

"Covid-19 varian omicron beneran senjata biologis ya? ini emang settingan WHO, Bill Gates, dan Paus Fransiskus ya?"

Lalu benarkah postingan yang mengklaim covid-19 varian Omicron merupakan senjata biologis buatan? Simak hasil penelusurannya di sini.

 

3 dari 4 halaman

Obat untuk Menyembuhkan Pasien COVID-19 Varian Omicron

Klaim paracetamol hingga vitamin D3 1000 IU sebagai obat penyembuh COVID-19 varian Omicron beredar di media sosial. Klaim tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 5 Februari 2021.

Akun Facebook tersebut mengunggah sebuah narasi berisi paracetamol hingga vitamin D3 1000 IU sebagai obat penyembuh COVID-19 varian omicron.

"Jangan panik ya kalau terinfeksi omicron. Obatnya cuma:

Paracetamol 500 mg.. 3 x sehari 1 tab.

Vit C 1000 mg sehari 1 x 1 tab.

Vit D3 1000 IU sehari 1 x 1 tab.

Sembuh sendiri dalam 5-6 hari

Simpan catatan siapa tahu nanti butuh," demikian narasinya.

"Ada info berharga

Efektif atau tidak ...

Gak ada salahnya dipersiapkan / dicoba

Mudah2an berhasil...," tulis salah satu akun Facebook.

Konten yang disebarkan akun Facebook telah 130 kali dibagikan dan mendapat 1 komentar warganet.

Benarkah paracetamol hingga vitamin D3 1000 IU sebagai obat penyembuh COVID-19? Simak dalam artikel berikut ini...

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini