Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan digital saat ini menjadikan masyarakat tak lepas dari ekosistem internet dan media sosial dalam keseharian. Internet dan media sosial memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat dalam berinteraksi dan mencari informasi secara instan dan real time.
Namun, manfaat positif tersebut tak menutup kemungkinan pada hal yang perlu diwaspadai di era banjir informasi ini. Beredarnya informasi palsu, seperti hoaks, misinformasi, disinformasi dan malinformasi sering terjadi di internet maupun media sosial. Jika arus informasi tersebut tidak dibarengi dengan literasi yang baik, maka masyarakat tak bisa memilah dan memilih informasi yang patut dikonsumsi.
Baca Juga
Oleh karenanya, tim Cek Fakta Liputan6.com dengan melansir dari Firstdraftnews.com sebuah organisasi nonprofit di bidang literasi, memperkenalkan tipe-tipe gangguan informasi yang harus diketahui.
Advertisement
3 Kategori Gangguan Informasi
Gangguan informasi dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kebenaran dan tujuan di baliknya, ketiganya adalah sebagai berikut:
- Misinformasi
Informasi tidak akurat atau tidak benar yang disebarluaskan tanpa adanya maksud menipu penerima informasi disebut dengan misinformasi. Informasi tersebut dibagikan oleh seseorang tidak dimaksudkan untuk kejahatan, namun ingin membantu memberikan informasi.
Pemberi informasi biasanya didorong oleh faktor sosiopsikologis, dimana ia memiliki keinginan terhubung dengan orang yang beridentitas sama, seperti satu suku atau satu minat yang sama. Tetapi informasi yang diberikannya tidak melalui tahap verifikasi informasi terlebih dahulu sebelum disebarkan, sehingga berakibat adanya beberapa kekeliruan atau kesalahan informasi.
- Disinformasi
Disinformasi merupakan informasi salah yang sengaja dibuat dan disebarkan dengan tujuan mengelabui penerima. Pemberi informasi telah sadar bahwa informasi yang disebarkan palsu (fabricated) dan tetap menyebarkan informasi tersebut untuk mempengaruhi opini publik sehingga ia mendapat keuntungan tertentu dari usahanya menyebar informasi palsu.
- Malinformasi
Sedangkan malinformasi merupakan informasi yang benar berdasarkan penggalan atau keseluruhan fakta obyektif. Tetapi, cara pengemasan informasinya dibuat sedemikian rupa agar merugikan pihak lain. Biasanya informasi ini digunakan dalam bentuk pelecehan (verbal), ujaran kebencian dan diskriminasi, serta penyebaran informasi hasil pelanggaran privasi dan data pribadi.
Advertisement
7 Jenis Misinformasi dan Disinformasi
Salah seorang peneliti dari First Draft, Claire Wardle, Claire Wardle, seorang peneliti dari First Draft, telah mengelompokkan misinformasi dan disinformasi menjadi tujuh kategori yang berbeda dalam tingkat bahaya yang bervariasi, yaitu:
- Satir atau Parodi
Satir atau parodi adalah jenis konten yang digunakan untuk mengkritik sosial, organisasi, pemerintah, atau masyarakat dengan cara menggunakan parodi, sarkasme, atau ironi. Meskipun seringkali mengundang tawa, tujuan utama dari satir adalah untuk mengungkapkan masalah yang terjadi dalam masyarakat (kritik sosial).
Satir biasanya menampilkan tokoh fiktif yang merepresentasikan tokoh riil dalam kehidupan nyata, agar dapat mengekspos keburukannya. Beberapa kartun politik di media massa seringkali menjadi bentuk karya satir dengan cara menampilkan tokoh politik secara komikal. Walaupun satir tidak selalu ditujukan kepada individu, namun terkadang juga menyindir fenomena yang banyak terjadi di masyarakat.
Pada dasarnya, satir tidak memiliki tujuan untuk menipu pembaca, dan relatif tidak berbahaya dibandingkan dengan jenis informasi yang salah lainnya. Namun, pembaca yang tidak memahami gaya bahasa satir berpotensi untuk tertipu dan menganggap apa yang mereka baca sebagai kebenaran, terutama ketika media yang menayangkannya tidak mengklasifikasikannya sebagai satir.
- Koneksi yang Salah (False Connection)
Ini adalah jenis informasi yang menggunakan judul, gambar, atau caption yang tidak memiliki hubungan dengan isi berita yang sebenarnya. Salah satu bentuk false connection yang populer saat ini adalah clickbait, yaitu teknik pemasaran digital yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah klik dan berbagi konten oleh pengunjung.
Pembuat konten biasanya menggunakan jumlah pengunjung atau tampilan halaman untuk mendapatkan keuntungan finansial dari iklan yang dipasang. Clickbait menggunakan judul dan gambar yang menarik, provokatif, atau kontroversial sebagai daya tarik (umpan) untuk menarik pengunjung mengklik tautan. Namun, pada kenyataannya, konten dari clickbait seringkali tidak se-sensasional judulnya sehingga membuat pembaca yang telah mengklik merasa kecewa atau tertipu.
- Konten Menyesatkan (Misleading Content)
Konten yang menyesatkan merujuk pada penggunaan informasi untuk mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap isu atau individu tertentu. Konten yang menyesatkan bisa dibuat secara sengaja dengan cara menyajikan informasi tanpa konteks untuk mengarahkan opini pembaca sesuai dengan keinginan pembuatnya. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menciptakan konten yang menyesatkan termasuk teknik cropping pada gambar, mengutip pernyataan tanpa menyertakan konteksnya, atau menampilkan statistik yang hanya mendukung opini yang diinginkan sementara mengabaikan data yang lain.
- Konteks yang Salah (False Context)
Konten yang berupa informasi yang benar namun disajikan dalam konteks yang salah merujuk pada situasi di mana sebuah media menempatkan pernyataan, gambar, atau video dalam konteks yang tidak sesuai dengan aslinya. Biasanya, false context digunakan untuk mempengaruhi opini pembaca, baik dalam konteks politik maupun isu lainnya.
- Konten Tiruan (Imposter)
Jenis disinformasi ini merujuk pada konten yang dibuat untuk meniru sumber asli dengan maksud untuk menipu pembaca. Ada banyak motif yang mendasari pembuatan konten palsu semacam ini, di antaranya adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi.Â
- Konten yang Dimanipulasi (Manipulated Content)
Jenis konten ini terdiri dari konten asli yang telah dimanipulasi, entah hanya untuk kesenangan semata, menimbulkan provokasi bagi pembaca, menyebarkan propaganda, atau bahkan untuk kepentingan politik.
- Konten Palsu (Fabricated Content)
Istilah lain untuk konten palsu adalah bogus atau fabricated content, yang secara keseluruhan dibuat dengan sengaja untuk menipu pembacanya.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement