Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia perdagangan online yang semakin berkembang pesat, e-commerce telah jadi salah satu saluran utama bagi penjual untuk menjangkau konsumen mereka. Namun, di tengah kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan platform ini, risiko terjadinya penipuan juga terus meningkat.
Para penipu terus berinovasi dan kini mereka menggunakan modus baru yang sangat licik. Sebelumnya menggunakan modus mengirim file undangan pernikahan dan foto paket yang ternyata ketika diklik itu merupakan file aplikasi atau APK yang dapat meretas data dan membajak perangkat yang digunakan.
Baca Juga
Belakangan, modus penipuan baru muncul, yakni dengan mengirim file PDF melalui WhatsApp. Namun, di balik tampilan yang terlihat asli, file PDF tersebut sebenarnya menyimpan serangkaian skema penipuan yang sangat berbahaya.
Advertisement
Saat penjual mengklik atau membuka file PDF tersebut, sebenarnya mereka menginstal aplikasi yang jahat atau berbahaya ke dalam perangkat mereka. Aplikasi ini dapat berpotensi mencuri data pribadi, seperti informasi login, password, atau bahkan mengakses rekening bank penjual.
Selain itu, aplikasi yang tersembunyi di balik file APK dapat memantau dan merekam aktivitas pengguna, membuka pintu bagi kebocoran informasi sensitif.
Ciri Modus Penipuan dengan File PDF
Belakangan ini, sempat ramai diperbincangkan modus penipuan baru dengan file PDF di media sosial Twitter. Salah satunya postingan yang diunggah oleh akun @txtdarionlshop.
Modus penipuan ini dimulai dengan munculnya pesan di laman e-commerce, dimana penipu yang berkamuflase menjadi calon pembeli meminta penjual memberikan nomor WhatsApp, karena berminat membeli produk yang dijual dalam jumlah yang besar. Ketika sudah mendapatkan nomor WhatsApp, penipu akan mengirimkan file dengan extension .Pdf yang diklaim berisi list pesanan.
Namun ternyata setelah diperhatikan kembali terdapat beberapa hal yang janggal dari permintaan calon pembeli tersebut dan dapat dijadikan ciri untuk membedakan penipu atau pembeli sungguhan, yaitu:
- Penipu ingin melakukan transaksi order di luar platform e-commerce.
- Penipu meminta (bahkan memaksa) dikirimkan nomor WhatsApp penjual dengan alasan ingin membeli produk dengan jumlah besar
- Jika sudah mendapatkan nomor WhatsApp penjual, penipu akan mengirimkan list orderan dalam bentuk file PDF.
- Nama extension filenya adalah (.Pdf), sedangkan extension file biasanya terdiri dari huruf kecil semua (.pdf). Maka jelas, file tersebut telah di-rename terlebih dahulu.
- Logo PDF tidak berwarna merah seperti logo PDF pada umumnya.
- Tidak ada preview file PDF, sedangkan biasanya di WhatsApp file PDF terdapat preview-nya.
- File PDF memiliki ukuran yang cukup besar.
Beberapa hal ini perlu diwaspadai oleh para penjual di e-commerce agar tidak mudah tertipu.
Advertisement
Apa yang Harus Dilakukan?
Jika mengalami hal yang serupa, maka yang perlu kita lakukan adalah:
- Harus selalu mencurigai pesan dari pengirim yang tidak dikenal dengan mengecek keaslian nomor yang menghubungi di aplikasi ketiga, seperti Get Contact. Lihatlah dalam aplikasi tersebut, apakah terdapat riwayat yang mencurigakan atau tidak.
- Penting untuk tidak langsung membuka atau mengklik file tersebut sebelum memastikan keasliannya.
- Periksa dengan cermat nama dan ekstensi file sebelum membukanya. Sebelum membuka file PDF yang diterima, penjual harus menggunakan fitur keamanan dari aplikasi pihak ketiga untuk memverifikasi integritas file tersebut.Jika file tersebut diklik dan memang itu file PDF, maka akan muncul notifikasi untuk membuka file PDF di aplikasi PDF viewer yang mana. Tetapi, jika yang muncul adalah notifikasi “allow” atau mengizinkan menginstal sesuatu diluar Playstore, maka segera keluarkan, jangan diteruskan.
- Hindari membuka file yang mencurigakan di perangkat PC.
- Sebaiknya juga menghindari mengunduh atau menginstal aplikasi dari sumber yang tidak terpercaya.
- Laporkan ke pihak e-commerce terkait untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Dalam dunia e-commerce yang penuh dengan peluang dan potensi, penipuan tidak dapat dihindarkan sepenuhnya. Namun, dengan peningkatan kewaspadaan dan pengetahuan yang tepat tentang modus penipuan baru, para penjual e-commerce dapat melindungi diri mereka sendiri dan menjaga integritas bisnis online mereka.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement