Sukses

Pustakawan Punya Peran Penting Mengedukasi Pelajar soal Misinformasi

Masih terdapat hoaks dan misinformasi di internet dan media sosial yang merugikan masyarakat. Upaya melawan misinformasi penting untuk dilakukan.

Liputan6.com, Jakarta - Digitalisasi membuat akses informasi makin mudah. Namun, kemudahan itu tidak selalu berdampak positif. Nyatanya, masih terdapat hoaks dan misinformasi di internet dan media sosial yang merugikan masyarakat. Upaya melawan misinformasi penting untuk dilakukan.

Terlebih di masa depan, siswa di bangku sekolah akan memiliki hak suara dalam politik. Jika tidak dibekali edukasi misinformasi sejak dini, mereka berpotensi menjadi apatis terhadap politik serta mudah dicuci otak. Hal ini akan membuat mereka memberikan hak suara karena pengaruh dari misinformasi.

Maka dari itu penting untuk mengedukasi siswa terkait misinformasi. Tidak sembarangan, edukasi ini dilakukan dengan pendekatan khusus. Dengan membuat pelajaran terasa menyenangkan dan menarik, serta mengedukasi siswa untuk serius tentang masalah misinformasi. 

Secara umum, kiat untuk melawan misinformasi juga kerap dilakukan berbagai pihak. Seperti pemerintah yang mensosialisasikan literasi digital, organisasi pemberantas hoaks, juga media yang melakukan pengecekan fakta seperti yang dilakukan Cek Fakta Liputan6.com.

Selain itu, melansir dari bookriot.com, pustakawan juga memiliki peran untuk memberantas misinformasi. Hal ini dilakukan dengan pelajaran atau edukasi kepada siswa yang terjerumus dengan misinformasi sejak dini.

2 dari 3 halaman

Cermati Tiga Hal Ini

Dengan edukasi ini diharapkan siswa memiliki pola pikir yang mengarah pada pemikiran kritis dan analisis, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat di masa depan. Berikut beberapa cara yang dilakukan untuk menunjang edukasi misinformasi melansir dari bookriot.com.

Komunikasi

Melakukan komunikasi tentang misinformasi dapat membuka mata mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan bertanya “Mengapa orang membuat hoaks atau misinformasi”. Ditemukan beberapa siswa menjawab karena untuk lelucon atau untuk menipu. Tidak hanya itu, siswa juga diajak berdiskusi terkait dampak dari misinformasi. Hal ini dapat menyadarkan siswa bahwa dampak misinformasi sangat besar, meski saat ini misinformasi belum mempengaruhinya

Menguji Pengetahuan

Pengujian ini dilakukan dengan studi kasus, menunjukkan siswa (usia 11-13 tahun) sebuah video. Lalu menanyakan perasaan mereka menonton video tersebut, adakah kecurigaan atau aman. Kemudian, sampaikan bahwa video tersebut palsu. Edukasi pada siswa bagaimana jika video tersebut berbahaya dan ditujukan untuk merusak reputasi pihak lain. Hal ini dapat mengasah kemampuan berpikir dan analisis siswa.

Buatlah Menyenangkan

Edukasi misinformasi harus dibuat menyenangkan agar sampai dan dipahami oleh siswa. Dapat dilakukan dengan menggunakan cerita lucu dan ringan sebagai studi kasus untuk membedakan hoaks dan fakta. Kemudian, siswa juga dapat dibagi menjadi kelompok dan bekerjasama menentukan apakah cerita tersebut hoaks atau fakta. Pustawakan juga memberikan clue agar siswa dapat mengidentifikasi hoaks, seperti kata sensasional, tata bahasa, dan lainnya.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.