Sukses

Masyarakat Indonesia Masih Rentan Terpapar Hoaks, Literasi Digital di Lingkungan Terdekat Jadi Solusi?  

Peneterasi digital di Indonesia sangat tinggi. Namun, literasi digital di negeri ini masihlah rendah.  

Liputan6.com, Jakarta - Peneterasi digital di Indonesia sangat tinggi. Namun, literasi digital di negeri ini masihlah rendah. Hal itu terungkap dari survey yang dilakukan UNICEF Indonesia bekerja sama dengan Nielsen.

Lima dari sepuluh orang Indonesia ternyata masih rentan terhadap serangan hoaks. Artinya mereka tidak bisa membedakan informasi mana yang benar dan tidak.

Survey ini dilakukan UNICEF dan Nielsen dengan melibatkan 2.000 responden di enam kota besar Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar dan Medan. Survey ini disampaikan pada Lokakarya "Penguatan Kolaborasi Penanganan Hoaks Kesehatan" yang diselenggarakan oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Jakarta (27/7/2023). 

Risang Rimbatmaja, perwakilan dari UNICEF Indonesia mengatakan, masyarakat yang mendapatkan edukasi anti-hoaks hanya 5%, dan data di awal menunjukkan bahwa sekitar 60% orang tidak bisa membedakan informasi hoaks

“Kalau dibiarkan begini terus, masalah kita tambah runyam. Urusan persatuan negeri bisa rentan gara-gara mudah diadu domba dengan masalah kesehatan terkait ekonomi, bisnis dan sebagainya,” ujar Risang dalam lokakarya tersebut.

Menurut Risang, perlu dilakukan edukasi yang berbeda karena berada di lingkungan terdekat. Lalu, ada juga temuan bahwa media sosial dan aplikasi percakapan seperti menjadi wadah penyebaran hoaks. 

Perlu pendekatan antarpribadi. Peningkatan dan pemahaman literasi digital pun menjadi penting.

“Jika bicara berapa orang mendapat edukasi memang sedikit, tapi metode pendekatan ini mendorong orang bisa melakukan kapan saja dan di mana saja dengan praktis,” ujar Indriyanto Banyumurti, Direktur Eksekutif ICT Watch, yang juga tampil jadi salah satu pembicara.

ICT Watch telah melakukan edukasi ini, peningkatan literasi digital melalui pendekatan antarpribadi. Dalam enam bulan terakhir ICT Watch melalukan pelatihan literasi digital di 10 kota besar di Indonesia, yaitu Banda Aceh, Mataram, Kupang, Surabaya, Semarang, Makasar, Ambon, Jayapura, Yogyakarta dan Jakarta yang di dukung oleh UNICEF. 

Edukasi seperti ini memang masih banyak dibutuhkan masyarakat. Mulai dari pembelajaran berpikir kritis sampai dengan pemanfaatan tools yang tersedia dengan kolaborasi yang dapat dibangun oleh organisasi yang berbeda untuk melakukan edukasi literasi digital

 

2 dari 3 halaman

Kolaborasi Manajemen Infodemik

Bersama Mafindo, ICT Watch juga telah melakukan berbagai kegiatan inovasi dengan dukungan UNICEF Indonesia. Salah satunya melalui sistem tiga pilar manajemen infodemik.  

Pertama, memperkuat mekanisme debunking hoaks (social listening, fast checking, produksi konten, data dashboard, aplikasi, dll).  Kedua, memperkuat edukasi literasi digital masyarakat dengan pendekatan komunikasi antar personal (IPC). 

Ketiga, membentuk mekanisme untuk koordinasi, kolaborasi, dan advokasi pusat dan daerah.  “Perlu strategi untuk pendekatan sustainable dalam menangani hoaks serta harus disertai dengan kemampuan berpikir kritis dan kunci nya ada di literasi digital,” kata Santi Indra Astuti dari Mafindo.

 

(Raihan Alfriansyah/Universitas Padjadjaran)

 

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.