Sukses

Peran Dokter di Media Sosial Harus Terus Aktif Minimalisir Hoaks Pasca Pandemi Covid-19

Saat pandemi covid-19 peran para dokter di media sosial sangat penting untuk mengklarifikasi atau meminimalisir hoaks yang beredar.

Liputan6.com, Jakarta - Saat pandemi covid-19 peran para dokter di media sosial sangat penting untuk mengklarifikasi atau meminimalisir hoaks yang beredar. Apalagi saat ini banyak masyarakat yang mencari informasi hanya dari media sosial.

Sebuah studi yang dilakukan dokter Syafiq Basri Assegaff, MA menemukan bahwa Sekitar 84 persen followers menaati pesan dokter di media sosial, apabila kontennya menyenangkan mereka.

Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran pada 581 followers Instagram dengan analisis konten dan wawancara terhadap tiga dokter influencer yakni ahli penyakit dalam dr. Adaninggar Primadia Nariswari SpPD (Surabaya), ahli kedokteran olahraga dr. Andhika Raspati (Jakarta) dan bintang televisi dr. Lula Kamal.

Penelitian dilakukan terhadap unggahan ketiga dokter di Instagram selama 10 bulan, mulai Maret sampai dengan Desember 2020, periode ketika pandemi COVID-19 sedang memuncak.

Hasilnya menunjukkan 487 dari 581 followers yang mengikuti survei atau 84 persen berniat untuk mengubah sikap untuk hidup lebih sehat, apabila pesan yang disampaikan para dokter itu membuat mereka merasa gembira.

Penelitian juga membuktikan bahwa keterikatan atau interaksi (engagement) paling tinggi terjadi pada konten berupa video. Hasil survei juga menunjukkan bahwa setidaknya sejumlah 35 persen followers menyatakan akan melakukan resharing unggahan ketiga dokter pemilik akun.

"Emosi positif seperti rasa senang atau gembira yang muncul dalam diri followers menyebabkan mereka mau memberi komentar dan lambang hati (likes), yang merupakan tanda adanya engagement antara kedua belah pihak," kata Syafiq.

"Oleh karena itu, para tenaga kesehatan dan influencer pada umumnya perlu meningkatkan kecakapannya dalam berkomunikasi di media sosial dengan cara menerapkan strategi persuasi yang baik. Terutama karena di media sosial terjadi rebutan pengaruh antara penyedia informasi yang benar dan kredibel dengan para penyebar hoaks dan misinformasi yang menolak realitas adanya wabah," ujarnya menambahkan.

Studi itu juga menyarankan agar partisipasi di media sosial secara aktif dapat terus dilakukan pasca pandemi, guna mempromosikan kesadaran sehat masyarakat.

"Dokter harus pandai menciptakan suasana yang relaks, penuh humor, dan berinteraksi secara baik, terbuka dan responsif, agar pasien di ruang praktik, maupun pengikut di media sosial, juga bersikap terbuka, sehingga masyarakat lebih mudah didiagnosis dan menerima saran kesehatan," kata Syafiq.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.