Sukses

Fact Checker UI: Berawal dari Pelatihan Cek Fakta hingga Raih Mafindo Award

Dibentuk pada tahun 2020 dan berawal dari pelatihan cek fakta, siapa sangka Fact Checker UI menjadi komunitas TerAntihoaks dalam acara Mafindo Antihoaks Award.

Liputan6.com, Jakarta - Fact Checker Universitas Indonesia (UI) meraih penghargaan khusus di ajang Mafindo Antihoaks Award 2023, yang digelar Kamis (31/8), di Hotel Lumire, Jakarta Pusat. Mereka memenangkan kategori "Komunitas TerAntihoaks".

Ketua Umum Fact Checker UI, Taffa Hanifar pun mengungkapkan perasaan bahagianya. “Tentu saja perasaannya sangat bahagia karena pengurus-pengurus sebelumnya sudah berusaha membangun Fact Checker UI. Penghargaan ini juga didapat tidak terlepas dari kerja sama tim, pengurus saat ini, dan pembina yang berkontribusi, baik di dalam maupun di luar komunitas,” ujar Taffa dalam wawancara bersama Tim Cek Fakta Liputan6.com.

Fact Checker UI pertama kali dibentuk tahun 2020. Berawal dari beberapa mahasiswa UI yang mengikuti pelatihan cek fakta yang diadakan Mafindo.

“Setelah pelatihan itu, dibentuklah Fact Checker UI. Salah satu mentor yang merupakan pemeriksa fakta profesional, Muhammad Khairil Haesy, turut membantu pembentukan Fact Checker ini. Ia membantu pendirian kami karena kebetulan dia juga alumni UI,” Taffa menjelaskan.

Meskipun berawal dari pelatihan yang diadakan Mafindo, Taffa menjelaskan, Fact Checker UI komunitas independen dan bukan serta-merta didirikan langsung Mafindo. Hanya saja, kebetulan para pendirinya pernah mendapatkan pelatihan di sana.

Saat ini Fact Checker UI masih secara konsisten mengkampanyekan gerakan antihoaks melalui media sosial dan pengabdian masyarakat. Hingga kini, Fact Checker UI masih dibina Muhammad Khairil Haesy, selaku Pembina Eksternal Fact Checker UI. Ke depannya, Fact Checker UI terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuan literasi digital di Indonesia.

2 dari 5 halaman

Kegiatan Rutin Fact Checker UI

Taffa menceritakan kegiatan yang rutin dilakukan oleh Fact Checker UI. Selain mengunggah postingan debunking di media sosial, mereka juga membuat artikel edukasi mengenai hoaks, literasi digital, dan juga yang cakupannya lebih luas, seperti keuangan serta kehidupan sehari-hari.

“Inti kegiatan kami ada di periksa fakta. Tapi, selain itu kita juga ada roadshow ke sekolah-sekolah, yang sasarannya itu siswa SD hingga SMA. Lalu di awal kepengurusan, semua pengurus baru akan dibekali pelatihan dasar-dasar periksa fakta dan juga upgrading tentang jurnalistik hingga copywriting,” jelas Taffa lebih lanjut.

Kegiatan roadshow tersebut secara umum disajikan dalam bentuk pemberian materi melalui salindia. Namun, pada segmen-segmen tertentu, seperti di Sekolah Dasar, diubah dengan memberikan soal-soal ringan.

Sedangkan, untuk SMP dan SMA, mereka menggunakan salah satu tool bernama Google Interland. Di sana mereka akan membaca berbagai pengetahuan tentang literasi digital, salah satunya hoaks. Setelah itu akan dibuat kuis dan siswa dengan skor tertinggi akan mendapat hadiah dari Fact Checker UI.

3 dari 5 halaman

Target Selanjutnya

Saat ini, Fact Checker UI secara mandiri berkolaborasi dengan Pusat Penelitian, Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB) yang berada dalam payung Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Meskipun begitu, pengurus dan keanggotaannya dapat diikuti oleh mahasiswa dari fakultas manapun.

Selanjutnya, Taffa berharap Fact Checker UI bisa terus berkembang, pengurus dan staf bisa lebih banyak dan lebih aktif lagi. Ia juga berharap mereka bisa mendampingi rekan media dalam mengikuti dinamika hoaks di negara ini menjelang pemilu.

Fact Checker UI berharap dapat memberikan dampak nyata yang baik untuk masyarakat Indonesia secara luas, bukan hanya di Jakarta, Depok, dan sekitarnya. “Kita juga mau memberikan keterdampakan yang baik untuk masyarakat Indonesia, bukan hanya Jakarta, Depok, dan sekitarnya,” tegasnya.

4 dari 5 halaman

Harapan untuk Mahasiswa Indonesia

Menurut Taffa, cek fakta dan literasi digital adalah bagian yang tidak terpisahkan dari mahasiswa, baik dalam kehidupan kampus maupun kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu memiliki kesadaran atas pentingnya kedua hal tersebut agar dapat menyikapi dunia digital dengan literasi yang matang.

“Namanya juga mahasiswa, saat menyusun tugas juga kita harus mencari sumber, nah sumber kan harus kita validasi juga yang benar dan yang salah. Terus, kasus umum juga sering kita temui di grup-grup percakapan, terutama di grup keluarga. Jadi, memang kegiatan ini tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, makanya kita perlu aware supaya punya literasi yang matang dalam menyikapi dunia digital,” jelasnya.

Dengan mahasiswa yang sadar akan pentingnya cek fakta dan literasi digital, bukan tidak mungkin titel Indonesia Emas 2045 akan terealisasikan. “Harapannya sih kalau bisa (mahasiswa) masuk ke dalam komunitas supaya punya wadah dalam melakukan aktivitas cek fakta agar semakin terarah dan terorganisir juga,” ujar Taffa lagi.

5 dari 5 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.